“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raaf: 205)
Supaya kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang lalai, maka, kita sebut nama Allah. Kita berdzikir dengan doa, dengan dzikir-dzikir dari Al-Qur’an, hadis dan wirid-wirid dengan merendahkan hati kita dan diri kita di hadapan Allah dengan penuh rasa takut.
Dengan kita mendisiplinkan dzikir pagi dan petang, sesungguhnya kita berada di dalam siklus orang-orang yang tidak lalai karena kita senantiasa mengingat Allah. Begitu datang pagi, kita berdzikir. Datang sore, kita juga berdzikir.
Berikut dzikir pertama dari susunan dzikir pagi petang,
Pertama:
A’udzu bikalimatillahittammati min syarri maa khalaq.
Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya”.
Kemudian:
Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya: “Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dalam beberapa dzikir yang bukan termasuk ayat Qur’an, saya menggunakan dhamir atau kata ganti ‘saya’ dan ‘kami’. Sebagai contoh, Allahumma ajirnii minan naar, yang menggunakan kata ganti ‘saya’, kemudian, saya lebih suka memakai Allahumma ajirnaaminan naar, yang menggunakan kata ganti ‘kami’.
Sebenarnya saya memang lebih senang pake “ajirnaa” yang memakai dhamir nahnu, bukan “ajirnii” Kita bayangkan keluarga kita semuanya. Termasuk saya bilang, keluarga kita, keluarga muslimin-muslimat seluruh Indonesia, seluruh dunia. “Ajirnaa”-nya buat rame-rame.