Tingkatan Nafsu

Tingkatan Nafsu
Tingkatan Nafsu
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : H. M. Yasin, Kabid Organisasi Pengurus Daerah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PD IPHI Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Hajinews.id – Kata nafsu berasal dari bahasa Arab, Nafsun (kata mufrad) jama’nya, anfus atau Nufusun dapat diartikan ruh, nyawa, tubuh dari seseorang, dan kehendak atau keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Nafsu secara etimologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawwuf akhlak, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya. Secara istilah nafsu, adalah laṭhifah/ sesuatu yang lembut pada diri seseorang yang menimbulkan keinginan dan dorongan-dorongan hati yang kuat untuk memuaskan kebutuhan hidupnya, atau sesuatu yang disenangi oleh jiwa kita yang cenderung negatif, baik bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu yang bersifat jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan tubuh kita seperti makanan, minum dan kebutuhan biologis lainnya. Sedangkan nafsu yang bersifat maknawi yaitu nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti nafsu ingin diperhatikan orang lain, ingin dianggap sebagai orang yang paling penting, paling pintar, paling berperan, paling hebat, ingin disanjung dan lain sebagainya. Inilah yang mengakibatkan pengaruh buruk atau negatif bagi manusia.

Ketika kita menelah ayat-ayat Al-Qur’an, kita temukan ayat-ayat tersebut menunjukkan berbagai keadaan jiwa manusia dan menamainya dengan nama-nama yang berbeda yang mencerminkan tingkatan kondisi jiwa/nafsu.

Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 jenis atau tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi”. Tempat-tempat dimana nafsu ini bersemayam, dan dalam dunia sufi biasa dinamakan sebagai “lathifah”, yaitu sebuah titik halus dalam diri kita yang keberadaannya tersebar.

  1. Nafsu Amarah

Yakni Jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang rendah yakni kesenangan duniawi, dan nafsu ini berada pada tingkatan terendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada perbuatan-perbuatan maksiat, dan secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak baik. Bahkan karena kebiasaan keburukan tersebut, bila mana dia tidak melakukannya maka dia akan merasa gelisah. (lihat QS. Yusuf ayat 53)

  1. Nafsu Lawwamah

Yakni jiwa yangn sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkann perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupayan melakukan sesuatu yang mengantarkan dirinya pada kebahagiaan, dan nafsu ini setingkat lebih baik daripada nafsu amarah, namun dia belum stabil betul, karena terkadang dia kembali kepada tingkat nafsu amarah. Dalam nafsu lawamah ini sudah timbul penyesalan, walaupun penyesalan itu datangnya belakangan. Ketika mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT maka akan mulai timbul penyesalan atas pelaksanaan tersebut. Pekerjaan yang dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika menyadari bahwa kegiatan itu dilarang oleh Allah SWT. (lihat QS. Al Qiyamah ayat 2)

  1. Nafsu Mulhimah

Yaitu jiwa yang telah cukup mengetahui tentang kebenaran (haq) dan Kesalahan (Bathil), namun belum mampu untuk melaksanakannya dengan baik, dikarenakan kelemahannya. Nafsu ini merupakan nafsu yang kosong dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat jelek sudah mulai dapat dihilangkan, dan mulai mengerjakan solat sunah, berdzikir, wirid. Orang yang dikuasai nafsu Mulhimah sudah belajar untuk istiqomah dan beramal soleh dan mulai meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah. (liha QS. Asy Syam ayat 8)

  1. Nafsu Muthmainah

Yakni jiwa yang tenang, tentram, karena nafsu ini tergolong tahap tertinggi, nafsu yangbn sempurna berada dalam kebenaran dan kebajikan. Tingkatan ini adalah orang yang telah dijanjikan Allah SWT untuk masuk ke dalam syurga-Nya (Al-Jannah). Orang-orang pada tingkatan nafsu ini jiwanya sudah diilhami dari ilmu-ilmu yang langsung dari Allah. Sifat-sifatnya antara lain kalaah, sarofah dan sifat sabar yang melebihi orang lain dan mudah bersyukur. Sabar dan syukur inilah merupakan hal yang sulit untuk disatukan, karena sabar biasanya bagi orang-orang yang sedang dilanda musibah. Jika dia bisa bersabar dan masih bisa bersyukur maka itu merupakan hal yang sangat luar biasa. (lihat Qs: Al-Fajr ayat 27-30)

  1. Nafsu Radhiah

Merupakan nafsu dimana orang yang memilikinya selalu ridho kepada Allah SWT. Segala sesuatu keputusan Allah baik hal yang baik maupun yang buruk selalu diterima dengan ridho. Tingkatan ini berada setingkat diatas nafsu Muthmainah, ditambah dengan rasa ikhlas dan penyerahan total kepada Allah SWT, kesusahan/musibah/tantangan mjd nikmat baginya. (lihat Qs: Al-Baqarah ayat 45 )

  1. Nafsu Mardhiah

Yaitu nafsu yang mendapatkan ridho, ini terlihat dengan timbulkan perilaku baik, kasih sayang, kemulyaan, keikhlasan. Dan nafsu inilah yang sangat diidamkan oleh setiap muslim untuk dapat dikuasai ketika kembali kepada Allah. Tingkatan ini berada setingkat lagi di atas Nafsu Radhiah, Sesuatu yang sunnah menjadi wajib dan yang subhat menjadi haram. (lihat QS. Al Bayyinah ayat 8)

  1. Nafsu Kamilah

Yaitu nafsu yang benar-benar mencapai tingkat kesempurnaan, nafsu ini telah melebur menyatu kedalam zat Allah sehingga mampu menampakan sifat-sifat ketuhanan, dan nafsu ini selalu memotivasi diri untuk beribadah dan mendapat anugerah ilmu keyakinan. Sehingga ia hanya merasakan kebahagiaan hakiki bila bersama dengan Allah SWT. Sebagai contoh adalah nafsu Kamilah ini sudah dikuasai oleh Ali bin Abi Thalib, ini terbukti ketika Ali sedang shalat dan terkena anak panah, Ali tetap khusu’ dalam shalatnya walaupun seseorang sudah mencabut anak panah tersebut. Komunikasi dengan Allah yang begitu nikmat sehingga menyebabkan apapun yang terjadi tidak dirasakan lagi. Dan nafsu ini hanya dikaruniakan Allah kepada umatnya yang bertaqwa. Tingkatan nafsu yang sempurna, ini hanya dimiliki oleh setingkat Nabi-nabi dan Rasul-rasul. (penyerahan diri secara totalitas pengabdian kepada Allah).

Wallahu a´lam

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *