Hikmah Siang : Tanda-tanda Seorang Hamba yang Dicintai Sang Pencipta

Di Cintai Allah
Di Cintai Allah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



 

Hajinews.id –  Pada abad ke 2 Hijriah atau 9 Masehi ada seorang ulama sufi bernama Junaid bin Muhammad al Baghdadi, atau lebih dikenal sebagai Syaikh Junaid al Baghdadi. Pada saat itu, beliau dianggap sebagai para penghulu kaum auliya. Dengan bimbingan sang paman yang juga sebagai gurunya yaitu Sariy as Saqthi, Syaikh Junaid mendalami dan mempraktekkan kehidupan sufi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Suatu malam menjelang subuh, ketika tidur di rumah pamannya, Sariy as Saqthi membangunkan Syaikh Junaid dan berkata, “Wahai Junaid, bangunlah, karena engkau akan memperoleh pelajaran sangat berharga pada malam ini…!!”

Sariy as Saqthi kemudian menceritakan jika beliau telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Allah, dan berkata kepadanya,

“Wahai Sariy, ketika Aku menjadikan makhluk, maka mereka semua mengaku cinta kepada-Ku. Tetapi ketika Aku menciptakan dunia, maka larilah dari Aku sembilan dari sepuluh kepada dunia, tinggallah satu dari sepuluh saja yang tetap mengaku cinta kepada Aku…..!!”

Beliau lalu melanjutkan ceritanya kepada Junaid, bahwa Allah menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persennya. Kemudian Allah menciptakan surga, maka larilah sembilan dari sepuluh untuk mengejar kenikmatan surga, tinggal satu dari sepuluh atau seper-seratus dari seluruh mahluk yang tetap berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Allah, tidak tergiur surga dan kenikmatannya.

Allah menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persen dari sisanya (seper-seratus dari seluruh mahluk). Kemudian Allah menciptakan neraka, maka larilah sembilan dari sepuluh untuk menghindari pedihnya siksa neraka, tinggal satu dari sepuluh yang tetap berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Allah SWT. Tidak takut akan neraka dan juga kepedihan siksaan di dalamnya, tetapi hanya takut kepada Allah, yang dilandasi rasa cinta.

Allah menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persen dari sisanya (seper-seribu dari seluruh makhluk). Kemudian Allah menciptakan atau menurunkan bala atau musibah, maka larilah sembilan dari sepuluh (90%-nya) untuk menghindari atau sibuk menghadapi musibah tersebut, tinggal satu dari sepuluh (10%-nya, atau seper-sepuluh ribu dari seluruh makhluk) yang tetap berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Allah. Tidak mau disibukkan dengan bala tersebut, dan menerimanya dengan tawakal yang dilandasi rasa cinta kepada Allah.

Maka Allah menghadapkan diri-Nya pada mereka yang tetap mengaku mencintai-Nya, yang tinggal seper-sepuluh ribu dari seluruh makhluk, dan berfirman,

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian ini tidak tergiur dengan dunia, tidak terpikat dengan kenikmatan surga, dan tidak pula takut dengan siksaan neraka, dan tidak juga lari dari kepedihan bala musibah, apakah sebenarnya yang kalian inginkan??”

Tentu saja sebenarnya Allah telah mengetahui jawaban atau keinginan mereka, dan mereka ingin menjadi hamba-hamba Allah yang ma’rifat (sangat mengenal) kepada-Nya. Maka mereka berkata, “Ya Allah, Engkau sangat mengetahui apa yang tersimpan pada hati kami!!”.

Allah berfirman lagi, “Kalau memang demikian, maka Aku akan menuangkan bala ujian kepada kalian, dengan bukit yang sangat besar-pun tidak akan mampu menanggungnya, apakah kalian akan sabar??”

Mereka yang memang hanya mencintai Allah itu berkata, “Ya Allah, apabila memang Engkau yang menguji, maka terserah kepada Engkau….!!”

Pada akhir mimpinya itu, Allah berkata, “Wahai Sariy, mereka adalah hamba-hamba-Ku yang sebenarnya!!”.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *