Menanti Kabul Baru

Menanti Kabul Baru
Taliban delegation from the peace talks between the US and Taliban
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Juli lalu, seorang komedian Afganistan, Zahar Mohammad yang lebih dikenal dengan nama Khasha Zwan, menjadi sangat terkenal di negeri itu, karena lelucon-leluconnya mengejek Taliban. Tetapi, keterkenalannya itu tidak membawa keberuntungan; justru sebaliknya. Suatu hari, tanpa ba-bi-bu, Khasha Zwan diseret dari rumahnya dan ditembak mati, bahkan dipenggal kepalanya oleh Taliban.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kisah Khasha Zwan mengingatkan, peristiwa hampir serupa. Pada tahun 1940, Adolf Hitler menjatuhkan hukuman mati terhadap Charlie Chaplin dan Three Stooges secara in absentia. Charlie Chaplin dihukum mati karena film drama komedi The Great Dictator yang dibintanginya. Dan, Three Stooges (Moe Howard, Larry Fine, dan Curly Howard) sebuah kelompok komedi slapstick, karena film  You Nazty Spy. Mereka dianggap mengolok-olok Hitler.

Kini Taliban—yang sering digambarkan sebagai wajah “zaman kegelapan” Afganistan, 1996-2001—berkuasa. Apakah mereka akan tetap berwajah sama dengan ketika berkuasa dalam Rezim Taliban Jilid Pertama: menindas kaum perempuan secara brutal, juga terhadap kelompok etnik serta agama minoritas?

Atau, apakah mereka akan menampilkan wajah yang berbeda, karena menyadari kesalahan mereka dahulu ketika berkuasa,? Atau bagaikan “anggur lama botol baru”, bersembunyi di balik kesalehan pakaian, seperti yang dikhawatirkan banyak orang—termasuk orang-orang Afganistan yang buru-buru meninggalkan negerinya begitu Taliban masuk Kabul—masyarakat dunia saat ini?

Dua puluh tahun lalu ketika berkuasa, hanya tiga negara yang mengakuinya: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Pakistan. Tetapi, Arab Saudi lalu menangguhkan hubungan diplomatiknya setelah pemimpin Taliban (ketika itu) Mullah Amuhammad Omar melanggar kesepakatan yakni menolak menyerahkan Osama bin Laden, pemimpin al-Qaeda, pada Agustus 1998.

Kalau mereka kembali berkuasa seperti 20 tahun lalu, maka akan sulit memperoleh pengakuan internasional sebagai rezim yang berkuasa di Kabul. Selain itu, mereka juga akan menghadapi perlawanan bersenjata dari kelompok lain, seperti sekarang ini, yang menolak ideologi Taliban dan berbeda haluan politik. Kelompok bersenjata—di luar Taliban—sekarang lebih terorganisasi,  tidak hanya terorganisir, diperlengkapi, dan dilatih dengan lebih baik daripada tahun 2001, dan memiliki jaringan yang lebih erat dengan pendukung internasional. Rakyat Afghanistan pun, yang sekarang sudah terbiasa dengan internet dan terhubung dengan dunia luar, akan jauh lebih sulit dikendalikan.

Mawlawi Hibatullah Akhundzada, pemimpin tertinggi Taliban (foto: istimewa)

Akan seperti apakah Rezim Taliban Jilid Dua nanti? Ini akan sangat tergantung pada tokoh sentral mereka. Yakni pemimpin tertinggi Taliban Mawlawi Hibatullah Akhundzada, yang hingga kini masih “misterius”, belum tampil.

Tokoh generasi pertama Taliban ini—ikut mendirikan Taliban pada tahun 1994 bersama Omar Mullah di Kandahar—adalah pemimpin tertinggi Taliban yang ketiga. Pemimpin pertama Taliban Omar Mullah meninggal tahun 2013, tetapi baru diumumkan tahun 2015; yang kedua adalah Mullah Akhtar Mansour (yang tewas dalam serangan udara AS dengan menggunakan drone, dalam perjalanan dari Iran menuju Taftan, kota perbatasan Pakistan, pada tanggal 21 Mei 2016).

Akhundzada mulai memimpin tahun 2016, ketika Taliban menghadapi krisis perpecahan. Ia seperti para dua pendahulunya—sesuai dengan tradisi Taliban yang “menyembunyikan” pemimpinnya—tak pernah tampil. Dahulu, Mullah Omar jarang pergi ke Kabul, ketika Taliban berkuasa. Ia tetap tinggal di  Kandahar, tempat kelahiran Taliban.  Walau tidak tinggal di Kabul, kata-katanya yang dikeluarkan di Kandahar adalah hukum yang harus ditaati.

Ada pendapat bahwa ketidak-munculan Akhundzada karena alasan keamanan. Ini berangkat dari pengalaman pendahulunya, Mullah Mansour yang tewas dalam serangan udara. Setelah Mullah Mansour tewas, terjadi pertarungan kekuasaan untuk memperebutkan posisi puncak itu. Saat itulah, terungkap bahwa ternyata Mullah Omar sudah meninggal.

Dalam pertarungan itu muncul nama-nama tokoh Taliban. Mereka antara lain Mullah Mohammad Yaqood (anak Mullah Omar), mantan tahanan Guantanamo yakni Mullah Abdul Qayyun Zakir, Mullah Sherin, dan Sirajuddin Haqqani (penguasa jaringan Haqqani yang memiliki hubungan dengan al-Qaeda).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *