Hikmah Siang : Bahaya Tipu Daya Iblis

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi, Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, pada masa lalu, yang menjadi penceramah dan pemberi nasihat adalah para ulama dan ahli fiqih. Maka itu Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu pernah hadir di majelis Ubaid bin Umair, lantas Umar bin Abdul Aziz pun pernah hadir di majelis sang pemberi nasihat.

Namun kemudian peran mulia ini menjadi hina ketika orang-orang jahil berani mengambil alih, sehingga mereka yang memiliki kedudukan tidak lagi mau hadir di majelis mereka. Justru orang-orang awam dan para wanitalah yang menyukai majelis seperti itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Para penceramah, pemberi nasihat, serta penutur kisah tidak membekali diri dengan ilmu syar’i. Mereka juga lebih memilih cerita-cerita dan atau kisah-kisah yang membuat orang-orang jahil dan awam terkagum-kagum. Akibatnya, bermuncullah berbagai macam bid’ah.

Mereka memalsukan hadits-hadits targhib wat tarhib (motivasi dan ancaman). Iblis membuat talbis atas mereka sehingga mereka menyatakan: “Kami bermaksud memberi anjuran kepada manusia untuk melakukan kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan.”

Ini merupakan pelanggaran terhadap syariat. Pasalnya dengan perbuatan demikian, mereka menganggap syariat Islam itu masih kurang dan perlu disempurnakan. Mereka melupakan sabda Rasulullah ﷺ

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, silakan dia mengambil tempat duduknya di Neraka”

Di antara talbis Iblis lainnya adalah mereka sengaja mencari-cari kalimat yang bisa memotivasi jiwa dan bisa menggairahkan hati. Mereka membuat-buat berbagai seni berbicara. Anda dapat melihat mereka mendendangkan syair-syair ghazal yang bercerita tentang mabuk cinta. Iblis memperdaya mereka sehingga mereka berkata: “Maksud kami tidak lain ingin menasihati mereka agar cinta kepada Allah Azza wa Jalla”.

Padahal kebanyakan yang datang ke majelis mereka adalah orang-orang awam, yang hati mereka sarat dengan hawa nafsu. Karenanya, tersesat dan menyesatkanlah para penceramah, pemberi nasihat, dan para penutur kisah itu.

Sebagian dari mereka ada yang menampakkan kesan penghayatan dan kekhusyuan melebihi apa yang ada dalam hatinya. Itu terjadi karena banyaknya orang yang datang kepada mereka, yang tentunya menuntut kepura-puraan.
Sehingga, jiwa mereka pun berusaha mengkreasi tangisan dan kekhusyuan berlebih. Siapa saja di antara mereka ada yang berdusta, niscaya dia merugi dunia akhirat. Dan siapa saja yang jujur, maka kejujurannya tidak terlepas dari riya yang menodainya.

Di antara mereka ada yang melakukan gerakan-gerakan mengiringi bacaan yang dilagukan. Nada-nada yang mereka perlihatkan apabila di zaman ini menyerupai nyanyian, sehingga ia lebih layak dikatakan haram daripada makruh. Sang qari bernyanyi, sedangkan penceramah menyanyikan kisah asmara dengan bertepuk tangan dan kedua kakinya menghentak-hentak mirip orang mabuk.

Hal itu membuat jiwa bergejolak serta membangkitkan semangat. Laki-laki ataupun wanita berteriak histeris sambil merobek-robek pakaian yang dikenakan. Hal itu terjadi karena nafsu yang terpendam. Kemudian mereka keluar, lantas menyerukan: “Majelis ini adalah majelis yang bagus.” Maksud bagus itu adalah perbuatan haram yang dilakukan padanya.

Di antara mereka juga ada yang melakukan seperti yang disebutkan di atas, tapi dia mendendangkan syair-syair ratapan terhadap orang-orang yang telah mati. Tujuannya menggambarkan ujian yang telah alami lagi menyinggung keterasingan dan orang yang mati dalam keadaan terasing.
Di antara mereka itu ada yang mengajak manusia untuk bersikap zuhud terhadap dunia serta melaksanakan shalat malam, tapi dia sendiri tidak menjelaskan kepada kalangan awam tentang hakikat zuhud dan shalat malam.
Sehingga terkadang ada seseorang dari mereka yang bertaubat lalu menyendiri atau pergi ke gunung, sementara keluarganya dia tinggalkan tanpa jaminan nafkah.

Sebagian mereka menjelaskan kepada manusia tentang perlunya berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tamak atas apa yang ada di sisi-Nya. Namun dia tidak memadukannya dengan sikap yang bisa menjadikan seseorang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta bersikap waspada. Akibatnya, orang-orang semakin berani untuk berbuat kemaksiatan. Apa yang dia katakan itu didukung dengan kecenderungannya kepada dunia, yang terlihat dari kendaraannya yang mewah dan pakaiannya yang mahal. Maka, dia merusak hati manusia dengan perkataan dan perbuatannya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *