Dengan catatanan, penyelenggaraan itu dihelat atas persetujuan Satgas COVID-19 dan melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.
“Dengan catatan bahwa penyelenggaraan seluruh kegiatan muktamar akan mematuhi protokol kesehatan dan mendapatkan persetujuan Satgas COVID-19 baik di tingkat nasional maupun daerah,” ujar Ketum PBNU Said Aqil Siradj di Jakarta Minggu (26/9).
Masa bakti kepengurusan PBNU Said Aqil Siradj, seharusnya sudah berakhir pada 2020.
PBNU mestinya melaksanakan Muktamar pada 2020 di Lampung untuk menentukan kepengurusan yang baru. Tapi, gelaran itu harus ditunda karena pandemi COVID-19 yang menerpa Indonesia belakangan ini.
Ketua Steering Committee Munas dan Kombes NU Ahmad Ishomuddin mengatakan, pemilihan calon Ketua Umum PBNU baru nantinya dengan melalui metode one man one vote atau pemilihan suara.
“Untuk ketum nanti dipilih oleh para pemilih suara berdasarkan one man one vote,” ucap Ahmad Ishomuddin.
Sedangkan pemilihan Rais Aam PBNU nantinya lewat metode ahlul halli wal aqdi (ahwa). Metode ahwa merupakan mekanisme perwakilan yang diisi oleh ulama-ulama senior yang dipilih oleh pengurus NU seluruh Indonesia. Cara ini dipilih karena menjunjung tinggi cara musyawarah mufakat.
Sistem ahwa ini pernah digunakan untuk memilih Rais Aam PBNU saat Muktamar tahun 2015 lalu di Jombang.
“Bahwa metode ahwa hanya ditetapkan di muktamar mendatang hanya memilih Rais Aam, bukan memilih Ketum,” ungkap Ahmad.
Sumber: merahputih
1 Komentar