Hikmah Malam : Tanda-Tanda Kekufuran

Ilustrasi - Seseorang yang sedang bersyukur/ (Foto: Tribunfile/Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



 

 

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id  – Secara bahasa, kufur memiliki arti menutupi, namun jika ditelaah menurut syara’ maka kufur berarti tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketika seseorang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara mendustakannya ataupun tidak dengan cara mendustakannya, maka orang itu sama saja telah kufur atau mengkufuri keberadaan Allah dan Rasul-Nya.

Bahkan keraguan dan kebimbangan, serta berpaling dari iman karena hasud (iri), atau sombong, atau karena mengikuti hawa nafsu yang memalingkannya dari mengikuti risalah para Rasul pun disebut sebagai kekufuran.

Lalu, bagaimana cara untuk mengenali tanda-tanda kekufuran dalam diri seseorang?

Dilansir melalui video kanal youtube Adi Hidayat Official, yang diunggah pada tanggal 30 Juli 2021, berikut penjelasan Ustadz Adi Hidayat mengenai tanda-tanda kekufuran:

Jika mereka sudah menjauh dari hidayah, sudah keluar dari hidayah, maka hal ini bisa menjerumuskan pada kekufuran. Ada yang mengatakan kufur itu artinya langsung keluar dari islam dengan kata-katanya, ada pula yang dengan tindakannya.

Jadi tidak mengatakan keluar dari islam, namun mengatakan bahwa berzina itu boleh. Sedangkan dalam islam, menghalalkan dosa yang dianggap besar tersebut, hal itu sudah bisa disebut kufur.

Misal lagi, menghalalkan kesyirikan, menghalalkan zina, menghalkan pembunuhan dengan sengaja, memperbolehkan seseorang untuk tidak sholat asalkan tetap berbuat baik, nah beberapa hal itu disebut kufur.

Karena pembuktian beramal sholeh itu mengerjakan yang baik, dan meninggalkan yang mungkar. Jadi tetap kerjakan sholat, puasa, dan tinggalkan zina, tinggalkan mencuri, tinggalkan membunuh, beberapa hal buruk ini tinggalkan.

Jika ada seseorang menetapkan yang mungkar, dan meninggalkan yang makruf, itu berarti sudah tidak ada iman dalam dirinya. Karena pembuktian iman tersebut melalui amal sholehnya.

Jadi amal sholeh tidak ada, dan semua yang dilakukannya jadi terbalik, ini menandakan imannya sudah tidak ada. Jika ada seseorang yang berbuat demikian, sampai menghalalkan perbuatan buruk, dan sebagainya, maka dia kufur.

Untuk kembali kepada islam akan sulit, jika tidak benar-benar bertaubat, apalagi yang sudah dekat dengan kekufuran. Terlibat dengan keyakinan yang lain, dan masuk ke dalamnya.

Hal itu biasanya akan menjadi penyakit, dan hal itu akan berujung menjelek-jelekkan agama sendiri. Karena islam sudah mengajarkan agar bisa bertoleransi dengan sesama.

Jadi ketika ada seseorang yang berbuat demikian, hal itu patut untuk dipertanyakan, dan setiap muslim berhak marah jika menemukan hal seperti ini karena itu menunjukkan keimanan kita.

Sehingga perlu berhati-hati, karena hal tersebut menunjukkan provokator yang paling kuat, dan melanggar undang-undang. Tindakan seperti itu justru menodai agama. Datang ke tempat orang lain, kemudian menjadi provokasi, dan menjelek-jelekkan agama.

Sehingga terkesan dalam keyakinan orang lain, hal ini berbahaya, dan ini islam yang salah. Padahal dari dulu islam tidak terpecah-pecah.

Padahal, agama islam memiliki aturan, syariat, dan koridor, dan hal ini sudah menyangkut aqidah, dan martabat kita dihadapan Allah. Sehingga ketika kita kembali kepada Allah, aqidah akan menjadi penentuan.

Jadi, meskipun orang tersebut sholat dengan khusyuk, namun dia ingkar, tetap saja hal itu tidak ada gunanya. Tauhid itu penting, karena hal itu yang menentukan benar atau tidaknya amalan seseorang.

Sehingga berhati-hatilah ketika menemukan orang yang beragama islam, namun membawa ajaran dengan cara menjelek-jelekkan islam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *