Demikian disampaikan KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Baha dalam sebuah pengajian yang diunggah dalam akun YouTube Ngaji Ben Aji Official pada 12 Oktober 2021.
Dikatakannya, implementasi senang itu bermacam-macam. “Kita itu harus senang dan senang terus menerus karena kita diberikan hadiah dengan kehadiran Kanjeng Nabi yang mengumpulkan semua keagungan yang abadi,” kata Gus Baha mengutip pendapat Said Muhammad.
“Saya setuju dengan pendapat Said Muhammad dan menurut saya masuk akal. Kalau ada orang yang mengharamkan maulid nabi, tanyakan padanya apakah dia berani mengatakan bahwa ia tidak senang dengan kelahiran nabi,” kata Gus Baha.
“Kita saja senang dan bangga dengan kelahiran anak kita. Masak kita tidak bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW,” kata Gus Baha dalam pengajian yang disampaikan dalam bahasa campuran Indonesia dan Jawa.
“Jadi, akan bahagia orang yang menikmati lahirnya Nabi dan sifat susahnya akan hilang. Kita senang karena kita mendapatkan yang kita inginkan. Yang merepotkan menjadi hilang. Yang nyaman menjadi datang,” jelas Gus Baha.
Nabi Keturunan Nabi
Gus Baha menjelaskan, ketika Nabi Muhammad SAW memproklamasikan diri sebagai nabi, masalah terbesar yang dihadapi adalah terkait nasab (keturunan).
“Orang Yahudi mempertanyakan kenabian Muhammad. Mereka menanyakan, siapa Muhammad ini kok berani mengaku sebagai nabi. Karena syaratnya nabi adalah harus cucu-cucunya nabi. Nabi itu tidak boleh dari anak seseorang yang tidak memiliki nasab,” tuturnya. [lombok]