Pada zaman Nabi, salah seorang sahabat menggunakan Surat Al-Fatihah untuk sebuah pengobatan. Kisah ini diambil dari Sabda Nabi SAW:
“Ada sekelompok sahabat dalam perjalanan dan melewati kampung Arab. Kala itu, mereka minta dijamu namun penduduk tidak mau.
Penduduk itu lantas berkata, “Apa di antara kalian ada yang bisa ruqyah, karena pemimpin kami tersengat binatang?” lantas mereka menjawab “Iya”.
Lalu ia pun mendatangi pemimpin mereka itu dan meruqyahnya dengan baca Surat Al-Fatihah. Pembesar itu pun sembuh.
Oleh penduduk, peruqyah tadi diberi seekor kambing, tapi enggan diterima. Dan disebutkan, ia mau menerima (kambing itu) sampai kisah tadi diceritakan kepada Nabi.
Kemudian, sahabat itu mendatangi Nabi dan mengisahkan peristiwa tadi kepada beliau. Ia berkata,’Wahai Rasulullah, aku tidak meruqyah, aku hanya membaca Surat Al-Fatihah.’
Lantas beliau tersenyum, beliau pun berkata kepada orang,’Kamu berhak mengambil kambing itu dan potongkan untukku sebagiannya untuk kita makan bersama kalian.’” (HR Bukhari Muslim).
Berdasarkan di atas, ternyata kita bisa menggunakan Surat Al-Fatihah ini sebagai wasilah (perantara) atas kesembuhan sebuah penyakit.
Apalagi asyyifa (penyembuhan) adalah salah satu keutamaan di balik Surat Al-Fatihah dan umat Islam harus mengerti itu.
Menggunakan ayat suci sebagai perantara untuk kesembuhan tentu saja dibolehkan, meski begitu dalam hati kita senantiasa harus yakin bahwa penyembuh itu adalah Allah SWT.
Surat Al-Fatihah hanyalah perantara, seperti halnya ikthiar lain untuk mendapatkan kesembuhan. Kita harus berikhtiar dan terus berdoa. Sebab hanya Allah penyembuh segala penyakit.
Rasul bersabda,”Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya, maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Ta’ala.” (HR. Muslim).
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari segala penyakit dan menjadikan kita hamba yang senantiasa bersyukur. Amin. [kompas]
Wallahu a’lam