Prof Abdul Mu’ti: Sebagian Umat di Indonesia Lebih Memilih Fatwa Individu daripada Lembaga Fatwa

Masyarakat Memilih Fatwa Individu daripada Lembaga Fatwa
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Abdul Mu'ti
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti mengatakan saat ini penggunaan media sosial dan pemilihan informasi menjadi catatan tersendiri bagi PP Muhammadiyah. Hal tersebut disampaikannya dalam video yang diunggah melalui YouTube Muhamadiyah Channel pada tanggal 13 Juli 2021.

Prof Abdul Mu’ti menyebut saat ini masyarakat telah hidup di dalam era yang sangat terbuka, terutama dengan hadirnya internet sebagai salah satu media yang memungkinkan kita terkoneksi dengan yang lain. Menurut Prof Abdul Mu’ti, terdapat survei Microsoft beberapa waktu lalu yang menyebut negara Indonesia menjadi salah satu negara terendah tingkat keadabannya dalam menggunakan media sosial.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam konteks yang berkaitan dengan agama, berbagai informasi hoaks dan juga disinformasi yang kadang-kadang menyita waktu untuk memberikan pemahaman dan penjelasan sebagaimana mestinya.

Dalam pandangan Prof Abdul Mu’ti, di era sekarang yang ditandai dengan kemajuan teknologi itu ternyata tidak menjadikan manusia semakin cerdas dan arif dalam mengambil sikap. Sehingga fenomena semacam ini menjadi persoalan tersendiri termasuk di kalangan Muhammadiyah yang lebih memilih informasi-informasi secara ilmiah maupun secara diniyah tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Seperti dalam buku berjudul The Death of Expertise (Matinya Kepakaran), yang menurut Prof Abdul Mu’ti, dijelaskan saat ini manusia semuanya merasa bisa dan mampu. Kadang-kadang manusia merasa semuanya tahu, padahal sesungguhnya dia tidak tahu.

Prof Abdul Mu’ti kemudian mengutip sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah SAW bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ الله لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعَاً يَنْتَزِعُهُ من العِبادِ ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ حتَّى إذا لَمْ يُبْقِ عَالِمٌ اتَّخَذَ الناس رؤسَاً جُهَّالاً ، فَسُئِلوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا-البخاري

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan,” (HR Bukhari).

Dalam Hadits di atas, Prof Abdul Mu’ti menjelaskan Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa Allah SWT tidak mencabut ilmu begitu saja dari tangan pemiliknya, akan tetapi mencabut ilmu dengan wafatnya para ulama. Sehingga ketika manusia tidak lagi menemukan orang-orang alim (berilmu), manusia kemudian mengangkat manusia-manusia yang tidak berilmu.

Persoalan tersebut menjadi penting, karena kadang-kadang ada sebagian masyarakat yang lebih memilih fatwa individu, daripada lembaga fatwa Majelis Tarjih atau MUI. [akrt]

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *