Akhlak Pemangku Kekuasaan

Akhlak Pemangku Kekuasaan
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.idKekuasaan jika dijalankan oleh orang yang beriman dan bertakwa akan mendatangkan kebahagiaan bagi penguasa itu, berserta keluarganya dan masyarakatnya. Sebaliknya jika kekuasaan itu dijalankan oleh mereka yang dholim, akan mendatangkan musibah bagi dirinya, keluarganya dan masyarakatnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Karena itu para ulama sebagaimana juga para Nabi dan Rasul-Nya senantiasa memberikan peringatan kepada manusia, agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT.

Sebab itu, jika anda merasa memiliki kesiapan mengemban amanah kekuasaan, silahkan tampil sebagaimana Nabi Yusuf juga menampilkan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya, untuk menduduki jabatan fungsional di pemerintahan. Allah SWT berfirman:

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

qālaj‘alnī ‘alā khazā’inil-arḍ, innī ḥafīẓun ‘alīm

Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”

Q.S Yusuf [12] : 55

Kepandaian dalam menjaga amanah, dan kepandaian dalam menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan, memerlukan ilmu pengetahuan. Tentu setiap orang memiliki spesifikasi penguasaan dalam ilmu pengetahuan tertentu, maka raihlah kedudukan sesuai spesifikasi keilmuan anda, dan atau kepada para penguasa rekrutlah para pembantu anda dengan memperhatikan spesifikasi keahlian mereka. Demikianlah isyarat dari firman Allah SWT diatas.

Selanjutnya Allah SWT berfirman:

رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۚ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ

rabbi qad ātaitanī minal-mulki wa ‘allamtanī min ta’wīlil-aḥādīṡ, fāṭiras-samāwāti wal-arḍ, anta waliyyī fid-dun-yā wal-ākhirah, tawaffanī muslimaw wa alḥiqnī biṣ-ṣāliḥīn

Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.”

Q.S Yusuf [12] : 101

Karena kekuasaan itu memiliki potensi untuk mendorong manusia melakukan penyimpangan, maka kontrol lah kekuasaan itu dengan senantiasa memohon perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT. Banyaklah mengingat akan kematian, dan berharap lah senantiasa untuk kembali kepada Allah dalam keadaan Husnul khatimah. Sesungguhnya mengingat kematian itu dapat mencegah seseorang melakukan kemungkaran.

Syekh Izzuddin bin Abdussalam dalam kitab Syajaratul Ma’rif mengingatkan agar para penguasa menjalankan kekuasaannya dengan “berakhlak sebagaimana akhlak Allah”. Menurutnya, Malik (Raja atau Penguasa) hendaknya dalam melakukan tindakan umum mesti terikat oleh keharusan berbuat adil dan bijaksana. Sifat malik pada penguasa memberi mereka kekuasaan untuk memberi, menahan, menolong, membiarkan, memberi mudarat, memberi manfaat, merendahkan, mengangkat, memuliakan dan menghinakan. Ingatlah bahwa ini adalah salah satu sifat Allah yang diberikan kepada manusia yang diberi amanah memimpin. Kesadaran akan sifat Allah SWT ini, akan memunculkan rasa takut dan harap, pengagungan, ketaatan, dan kepatuhan.

Berakhlak dengan sifat Allah ini, bagi yang sedang diuji dengan amanah kekuasaan adalah mengikat diri dengan mengikuti kebenaran dari pangkal hingga ujungnya.

Diantaranya adalah melarang siapa saja yang harus dilarang, mengangkat siapa saja yang harus diangkat, memaksa siapa saja yang mesti dipaksa, mengerasi siapa saja yang layak dikerasi, menimpakan mudarat kepada siapa saja yang sepatutnya menerimanya, memuliakan siapa yang semestinya dimuliakan, membalas siapa yang pantas diberi balasan, memberi makan siapa yang harus diberi makan, memberi minum siapa yang kehausan, menyelamatkan orang yang teraniaya, melindungi orang yang lemah, mengambil harta secara hak dan membagikan kepada yang berhak menerimanya.

Bimbingan dari Allah akan senantiasa diperoleh oleh penguasa yang mampu berlaku seperti di atas, negaranya akan disejahterakan dan di makmurkan Allah, sebagaimana Firman-Nya;

وَشَدَدْنَا مُلْكَهٗ وَاٰتَيْنٰهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ

wa syadadnā mulkahū wa ātaināhul-ḥikmata wa faṣlal-khiṭāb

“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan hikmah kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara.”

Q.S Shad [38] : 20

Namun jika perhatikan-lah jika penguasa itu lalai, dia akan melihat negaranya mengalami kekacauan, kegoncangan, seperti tubuh yang tidak memiliki roh, dirinya layaknya patung-patung yang sama sekali tidak mampu memberi manfaat. Hal itu pernah terjadi pada kerajaan Nabi Sulaiman, hingga kemudian Nabi Sulaiman bertaubat atas kelalaiannya, lalu Allah SWT menerima taubatnya sebagaimana dalam Firman-Nya;

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

qāla rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li’aḥadim mim ba‘dī, innaka antal-wahhāb

“Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Q.S Shad [38] : 35

Jika suatu negeri dalam keadaan susah, disebabkan karena dosa para pemimpin di negeri itu, dosa masyarakat di negeri itu, segeralah mohon ampunan-Nya, bertaubatlah sebgaimana Nabi Sulaiman pernah mengalami hal yang serupa lalu bertaubat, dan Allah Maha Kuasa untuk menerima taubat dari orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

qul yā ‘ibādiyallażīna asrafū ‘alā anfusihim lā taqnaṭū mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunūba jamī‘ā, innahū huwal-gafūrur-raḥīm

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Q.S Az-Zumar [39] : 53

Jangan pernah berputus asa dengan buruknya masa lalu-mu, segera mohon ampunan-Nya dengan bertaubat, semoga Allah SWT menerima taubatmu karena ke sungguhanmu untuk kembali ke jalan yang Allah kehendaki.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada kita semua.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *