Sinyal Jokowi: Waspadai Risiko Perlambatan Ekonomi di China dan Tapering Off The Fed

Foto istimewa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya agar mewaspadai risiko-risiko ekonomi global. Risiko tersebut perlambatan ekonomi China, dan juga dampak penurunan besaran pembelian obligasi (tapering off) bank sentral AS The Federal Reserve terhadap pasar keuangan domestik.

“Di bidang ekonomi yang berkaitan dengan risiko-risiko global agar semuanya diwaspadai. Seperti perlambatan ekonomi di Tiongkok betul-betul dilihat karena ekspor kita ke sana gede. Kemudian, risiko tapering off dari Amerika. Betul-betul dilihat dampak dan apa yang harus kita siapkan, apa yang harus kita lakukan,” ujar Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna, Rabu (17/11/2021).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Selain itu, Jokowi juga meminta agar yang berkaitan dengan inflasi global diantisipasi.

“Dampaknya akan seperti apa, semuanya dihitung, semuanya harus kita kalkulasi, dimana yang harus kita antisipasi,” kata dia.

Selain itu Jokowi juga mengingatkan agar diwaspadai terjadinya fenomena siklus commodity super cycle. Dimana saat ini komoditas unggulan ekspor Indonesia melonjak tinggi.

“Ini umumnya berlangsung biasanya hanya berlangsung 18 bulan. Jadi langkah-langkah antisipasi untuk itu harus diberikan dengan menguatkan industri pengolahan yang berorientasi ekspor,” ucapnya.

Dikutip dari Antara, penurunan perekonomian China, sebagai mitra dagang dan investasi Indonesia, dapat mengakibatkan perlambatan ekspor Indonesia karena permintaan yang tertunda.

Sedangkan sinyalemen tapering off yang semakin kuat dari The Federal Reserve, Bank Sentral AS, bisa mengganggu aliran modal di pasar keuangan domestik. Tapering off menandakan pemulihan ekonomi telah berjalan dan inflasi mulai bergerak sehingga The Fed akan mengurangi penggelontoran stimulus melalui pembelian aset di pasar keuangan.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2021 dapat mencapai 3,7-4,5 persen (year on year/yoy) meskipun masih berada di masa pandemi COVID-19. APBN 2021 ditetapkan dengan belanja negara sebesar Rp2.750 triliun dan pendapatan negara sebesar Rp1.743,6 triliun.

Adapun di kuartal III-2021, pertumbuhan ekonomi melambat ke 3,51 persen (year on year/yoy) dibanding kuartal II 2021 karena dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di kuartal II 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07 persen (yoy).(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *