Tafsir Al-Quran Surat Fush-shilat ayat 45-48: Raih Keselamatan dan Ketenangan Hidup dengan Al-Quran

Tafsir Al-Quran Surat Fushshilat ayat 45-48
Tafsir Al-Quran Surat Fushshilat ayat 45-48
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: KH Didin Hafidhuddin
Ahad, 21 November 2021

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita bersyukur kepada Allah SWT, tanggal 16 Rabiul Akhir 1453 H bertepatan dengan tanggal 21 November 2021, kembali kita dapat bersilaturrahum dalam rangka meneruskan kajian kita, mendalami ayat-ayat Allah. Mudah-mudahan kajian-kajian kita penuh keberbakahan kita, agar dapat meningkatkan keislaman dan keimanan kita. Insya Allah kita teruskan kajian kita dalam Surat Fushshilat ayat 45-48. Kita awali dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu kita lanjutkan dengan membaca bersama-sama Surat Fushshilat ayat 45-48, yang artinya adalah: “Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) lalu diperselisihkan. Sekiranya tidak ada keputusan yang terdahulu dari Tuhanmu, orang-orang kafir itu pasti sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka benar-benar dalam keraguan yang mendalam terhadapnya. Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzhalimi hamba-hamba(-Nya). Kepada-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat itu dikembalikan. Tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan yang melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, “Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu?” Mereka menjawab, “Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang dapat memberi kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu).” Dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu selalu mereka sembah, dan mereka pun tahu bahwa tidak ada jalan keluar (dari azab Allah) bagi mereka”

Pada ayat-ayat yang lalu, kita telah membahas bahwa kebenaran Al-Quran bersifat absolut, baik berita masa lalu (sejarah), maupun berita yang akan datang atau masa depan. Sejarah atau kisah masa lalu diungkapkan dengam kisah yang baik di dalam Al-Quran. Al-Quran adalah sebaik-baik berita atau ungkapan, walau kita tidak mengetahui. Pada ayat-ayat kauniah atau yang berhubungan dengan sains, ilmu pengetahuan, fenomena alam, juga demikian, semuanya jika diteliti dan diriset dengan baik, maka ayat-ayat itu menujukkan kebeneran yang luar biasa. Mengapa? Karena Al-Quran berasal dari Wahyu Allah SWT atau diturunkan dari Zat Yang Mahabenar. Kebenaran Al-Quran bersifat mutlak, bukan relatif. Al-Quran diturunkan dari Zat Yang Mahamulia, maka Al-Quran adalah kitab yang mulia, yang agung, yang penuh dengan nliai, isi dan substansi yang luar biasa, sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia. Meskipun demikian, masih ada orang atau kelompok orang yang meragukan Al-Quran. Bahkan mereka meragukan kitab-kitab terdahulu, termasuk Kitab Taurat, seperti pada ayat-ayat yang kita baca tadi. Ada sumbatan di telinga mereka, sehingga tidak dapat mendengar kebenaran. Kesesatan karena tidak mendengarkan itu, kerugian karena kesesatan itu akan berdampak pada dirinya sendiri. Sebaliknya, mereka yang mempelajarin Al-Quran, mentadabburi isinya, dan meyakini kebenarannya, maka manfaat kebaikan dan keberkahan, juga akan bermanfaat pada dirinya, dan bahkan pada orang sekitarnya. Mereka akan mendapatkan ketenangan dalam hidupnya, akan mendapatkan keberkahan, kedamaian di dunia dan di akhirat, walaupun di dunia, mereka akan senantiasa mendapatkan tantangan yang tidak ringan. Siapa pun yang bergerak dalam dunia dakwah pasti selalu mendapat tantangan-tantangan dalam kehidupannya, dan godaan-godaan dalam hidupnya, baik yang berasal dari internal, maupun dari lingkungan eksternal dunia dakwah itu. Tapi, yakinlah bahwa Allah SWT akan senantiasa memberikan ketenangan dan keberkahan dalam hidupnya, bagi-bagi orang-orang yang memperjuangkan kebenaran Al-Quran, dalam dunia dakwah selama hidupnya di dunia.

Perhatikan Surat An-Nahl ayat 97, “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Esensinya, kita yang mengerjakan amal-shalih, laki-laki dan perempuan, dan dia dalam keadaan beriman (orang mu’min, yakin kebenaran janji Allah, yakin kebenaran ayat-ayat Allah), maka akan diberikan kehidupan yang penuh keberkahan, hayatan tayyiban, kehidupan yang jelas tujuannya, kehidupan yang baik, walaupun menghadapi masalah dalam hidupnya, dia dapat menghadapi masalah sebaik-baiknya. Kelak nanti di akhirat, dia akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Barangsiapa yang berlaku baik, maka hal itu akan berakibat baik bagi dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang berlaku buruk, cenderung mempermaikan aya-ayat Allah SWT, maka hal itu akan berakibat buruk bagi dirinya, bukan kembali kepada orang lain. Allah SWT tidak berlaku dzalim pada hamba-Nya atau pada ummat manusia. Manusialah yang berlaku dzalim bagi dirinya.

Pada ayat berikutnya, Allah SWT menjelaskan bahwa “Sesungguhnya semua kembali kepada Allah, pada Hari Kiamat nanti”. Kelak di akhirat nanti, seluruh manusia akan dikembalikan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama di dunia. Dalam ayat tadi disebutkan “Tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan yang melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya”. Pelajaran penting adala bahwa setiap Allah menjelaskan ayat-ayat kauniah, ayat-ayat ilmu pengetahuan, hal itu senantiasa dikaitkan dengan hari kiamat, untuk menunjukkan pertanggung jawban semua perbuatan manusia selama di dunia. Setiap diri kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya, sebagaimana dijelaskan dalam Hadist Rasulullah SWT. Pemimpin itu yang pertama akan dmintai pertanggungjawaban tersebut. Pemimpin itu adalah kita semua, dengan tingkatan yang berbeda. Dunia ini sifatnya hanya sementara, sedangkan di akhirat akan abadi, yang akan mengakibatkan keselamatan abadi atau kecelakaan abadi. Bahkan, Allah SWT kelak akan bertanya kepada mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT tersebut, “Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu?” Mereka menjawab, “Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang dapat memberi kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu).” Tapi, kesadaran akan kebenaran itu telah terlambat, karena baru mereka nyatakan di dalam akhirat. Tugas kita atau tanggung jawab kita adalah menguatkan keimanan dan amal shalih, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Semoga kita, keluarga dan lingkungan kita menjadi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran, agar kita mencapai ketenangan dan keberkahan kehidupan di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Wallah a’lam bish-shawab.

Menjawab pertanyaan, apakah orang-orang yang ditempatkan di antara surga dan negara (Al-A’raf) atau yang berada di antara atau hijab akan dihisab lagi, apakah mereka akan dimasukkan ke dalam surga? Dalam Surat Al-A’raf juga telah dijelaskan bahwa mereka itu kelak akan dimasukkan ke dalam surga. Ketika berada pada hijab antara surga dan neraka itu, mereka telah diperlihatkan tentang kenikmatan kehidupan di dalam surga dan keburukan kehidupan di dalam neraka. Melihat kehidupan surga saja, merek sudah dapat merasakan kenikmatan sendiri, sehingga mereka memohon kepada Allah SWT agar segera dimasukkan ke dalam surga. Ketika mereka melihat kehidupan neraka, melihat adzab dan siksa api neraka, mereka sangat ketakutan dan berlindung kepada Allah SWT untuk dijauhkan dari siksa api neraka. Pada akhirnya kelak, mereka akan dimasukkan ke dalam surga.

Menjawab pertanyaan tentang keinginan atau berniat menjadi Hafidz Al-Quran, tapi usia sudah di atas 60 tahun, tapi tidak juga mampu menghafal Al-Quran sampai meninggal dunia, apakah kelak akan dicatat sebagai Hafidz Al-Quran? Insya Allah demikian. Jika kita senantiasa bermuamalah dengan Al-Quran, membaca, mengkaji atau mentadabburi isi Al-Quran, maka insya Allah kita akan mendapatkan pahala dan berkah Al-Quran itu. Ada sebuah Hadist Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang suka membaca Al-Quran dan memiliki kemampuan menghafalnya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia kelak di akhirat. Barangsiapa yang membaca Al-Quran dan mengalami kesulitan menghafalnya, maka ia akan mendapatkan dua pahala: Pahala belajar dan menghafalnya, dan kedua pahala menghadapi kesulitan menghafal itu”. Islam itu adalah agama yang menekankan pada proses, bukan pada hasilnya saja.

Menjawab pertanyaan tentang ketidakmampuan mengarahkan anak untuk belajar di pesantren, tetapi anak memilih ilmu dunia, apakah sebagai orang tua telah gagal mendidik anak untuk mempelajari ilmu akhirat? Sebenarnya dalam mendidik anak itu, terdapat ilmu fardu ain, ilmu yang tidak boleh diwakilkan, tapi harus dikuasai oleh setiap anak. Ilmu ini merupakan kewajiban orang tua mengajarkan pada anaknya, yaitu

  1. Tauhid, keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya serta rukun-rukun yang lainnya;
  2. Syariah, shalat benar, puasa benar, berinadah yang bernar,
  3. Muamalah, sikap kepada orang tua, sikap kepada guru, hubungan bermasyarakat, dll dan
  4. Membaca Al-Quran, lebih lagi jika mampu mengamalkan dan mentadabburi isinya.

Orang tua wajib mengajarkan ilmu-ilmu ini kepada anak-anaknya. Ilmu ini tidak boleh diwakilkan kepada orang lain. Kedua, adalah ilmu fardu kifayah, ilmu yang boleh saja diwakilkan kepada orang lain, ilmu diri anak dan untuk orang lain, seperti ilmu kedokteran, ilmu pertanian dll. Pada masa sekarang dan masa depan kelak, akan terjadi fitnah atau ujian yang menimpa ummat islam, seperti malam yang gelap gulita. Misalnyua, ada orang yang pagi masih muslim, sore menjadi kafir. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagaimana jalan keluarnya? Rasulullah SAW menjawab, “Pada kalian masih ada Kitabullah”. Baca dan pelajari atau tadabburi isinya.

Menjawab pertanyaan tentang bagaimana menyikapi penangkapan para dai dan seruan pembubaran MUI, sebenarnya mereka itu terlalu naif jika ada yang minta membubarkan MUI, entah apa yang ada di benaknya. Sejak berdirinya dahulu, MUI telah banyak jasa-jasanya dalam mengawal kehidupan bergama, bahkan dalam kelangsungan berbangsa dan bernegara. Misalnya bagaimana jasa MUI dalam mengamalkan ekonomi syariah, mengeluarkan fatwa produk halal, mengeluarkan fatwa dan opini lain-lain untuk mengawal kemasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat sebenarnya telah membuat pernyataan bahwa MUI tidak akan dibubarkan, karena terlalu besar dampaknya bagi kehidupan keislaman dan bahkan kehidupan bangsa Indonesia.

Menjawab pertanyaan tentang cara untuk mengatasi rasa malas dan bosan dalam beribadah, sebenarnya bahwa beribadah dan beramal shalih itu tidak harus dilasanakan semuanya secara sekaligus. Hadist Rasulullah SAW, “Sebaik-baiknya perbuatan adalah konsistensi, walaupun sedikit”. Misalnya, jika pada malam atau dini hari, tiba-tiba malas bangun dan bertahajjud, usakan jangan paksakan melakukan shalat 8 rakaat. Cukup lakukan sahalat tahajjud dengan 2 rakaat. Kita sujud yang lama, minta hidayah kepada Allah SWT, minta apa pun agar segera dikabulkan-Nya. Ibadah itu sebenarnya juga berfungsi untuk menyeimbangkan kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat.

Menjawab pertanyaan tentang apakah dosa syirik apa masih dapat diampuni? Perhatikan Surat Furqan Ayat 63-69 tentang Ibadurrahman atau Hamba Allah yang penuh kasih sayang, “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam, dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri. Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,” sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Menjawab pertanyaan tentang pandangan terhadap moderasi beragama? Boleh-boleh saja, kesimbangan dunia akhirat. Moderasi bukan membiarkan penyimpangan yang banyak dilakukan ummat. “Ummatan wasathan” justeru sangat dianjurkan. Moderasi bukan membenarkan yang salah, karena itu bertentangan dengan ajaran islam. Perhatikan Surat Al-Mumtahanah Ayat 8-9. “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zhalim”. Pada ayat di atas telah cukup jelas bahwa Allah tidak melarang berteman dengan orang kafir yang tidak memerangi agama. Silakan bergaul dengan mereka secara baik. Islam itu sangat moderat. Moderasi jangan dibawa ke ranah akidah, sampai membenarkan semuanya. Itu namanya talbis, mencampur adukkan yang baik dan salah.

Menjawab pertanyaan tentang orang muslim tapi tidak senang pada sayariah, itu termasuk kategori fasik atau munafiq? Itu termasuk kategori aneh. Jika ada orang muslim, tapi tidak menyukai syariah islam, itu sebenarnya merupakan deklarasi atas ketidakislamannya atau setidaknya mempermaikan atau memperolok-olok agama. Dalam Al-Quran memperolok-olok agama itu sangat dilarang, dengan keras. Istilahnya adalah istihza’. Perhatikan Surat Al-Baqarah ayat 14-17. “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.” Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat’. Dilarang memperolok-olokkan islam. Itu akan membahayakan dirinya sendiri. Allah SWT akan membalas orang yang beristihza’, hidupnya akan bingung.

Menjawab pertanyaan tentang adab berdoa, meminta supaya anak sukses, mendapat jodoh yang shalih, apakah itu dianggap memaksa Allah? Sebenarnya itu masih kategori berdoa. Adabnya adalah membaca bismillah, baca hamdalah, baca shalat, duduk yang baik, lakukan setelah shalat, berkonsentrasi dan mulailah meminta kepada Allah. Menurut saya, itu bukan memaksa. Itu meminta. Hasilnya tentu kita pasrahkan, kita bertawakkal kepada Allah SWT. Termasuk tentang pertanyaan, apakah seorang muslimah jika sampai akhir hidupnya tidak berjilbab, apakah termasuk dosa besar? Berjilbab itu menutup aurat, hukunya wajib. Jangan sampai ada anggapan bahwa jilbab itu adalah pakaian atau budaya Arab. Semua orang pasti menginginkan kebaikan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat.

Mari kita berdoa bersama kepada teman-teman dan jamaah kita yang sedang sakit, semoga Allah SWT segera mengangkat penyakitnya, sehingga beliau-beliau dapat sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala. Kita juga berdo’a untuk para donatur dan muzakki yang telah membantu menggerakkan kehidupan ummat dan dakwah syi’ar agama islam. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruuka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *