Blak-blakan! Eks Menkes Siti Fadilah Curiga Covid-19 Adalah Bioterrorism sebagai Senjata Biologis

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id – Eks Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari kembali angkat bicara terkait pandemi Covid-19 yang belum juga selesai. Siti Fadilah meragukan apa yang disebut sebagai pandemi Covid-19 saat ini sebagai peristiwa alamiah. Sebaliknya, dia cenderung mencurigainya sebagai bioterrorism yang tengah berlangsung dengan menggunakan Covid-19 sebagai bioweapon (senjata biologis). Meski begitu, Siti Fadilah bilang pendapatnya ini belum tentu benar.

“Ini pendapat saya pribadi ya, belum tentu tidak benar. Saya lebih cenderung ini adalah bioweapon atau bioterrorism karena pandemi yang asli itu ada syaratnya,” ujarnya melalui kanal Youtube Akbar Faizal dilansir Selasa, 14 Desember 2021.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menurut Siti Fadilah, International Health Regulation yang menjadi pedoman WHO mengatur bahwa pandemi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pertama, ada bukti penularan dari hewan ke hewan, yang dalam hal Covid-19 berarti dari kelelawar ke kelelawar.

Kedua, ada bukti penularan dari hewan ke manusia, dan ketiga ada bukti penularan dari manusia ke manusia. Namun saat ini yang terbukti hanya poin ketiga saja.

“Sekarang yang jelas ada buktinya dari manusia ke manusia. Tapi dari kelelawar ke manusia, sampai saat ini belum ada yang tahu,” ungkapnya.

Sejak awal munculnya virus tersebut, memang telah ada kecurigaan beberapa kalangan mengenai kecurigaan Siti Fadilah. Apalagi, Covid-19 muncul di tengah persaingan politik ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

“AS dan China kan berantem. Keduanya saling menuduh bahwa salah satunya sebagai pembuat virus. Tetapi mereka semua membantah dan mengaku juga sebagai korban,” terangnya.

“Ini AS dan China sebagai government ya. Lalu siapa? Saya tidak berani menyebutnya. Tetapi dia bukan negara melainkan non-state actor,” sambungnya.

Lebih lanjut, ahli jantung ini mengingatkan pentingnya pemerintah hingga masyarakat mengenal perang asimetris seperti yang tengah berlangsung saat ini.

Sudah semestinya, kata Siti Fadilah, Menteri Pertahanan, Badan Intelijen, bahkan Panglima TNI punya wawasan yang memadai mengenai bioterrorism dan perang asimetris. Kalau tidak paham mengenai hal ini, diyakini kita akan terus kalah.

“Kalau kita tidak mau mengerti perang asimetris seperti ini kita akan kalah terus. Saya yakin Pak Andika tahu betul soal ini. Dan harus juga sampai ke APBN. Apa masih mau beli tank atau riset biologi?” pungkasnya.

Sebagai informasi, 2 Maret 2020 lalu adalah hari pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan adanya warga Indonesia yang terkonfirmasi Covid-19. Ada dua pasien dalam kasus pertama Covid-19 di Tanah Air, yakni seorang perempuan berusia 31 tahun bernama Sita Tyasutami (pasien 1) dan ibunya yang berusia 64 tahun Maria Darmaningsih (pasien 2). Kedua pasien tersebut merupakan warga Depok, Jawa Barat.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *