Dehumanisasi Karena Ilmu Tanpa Iman

Dehumanisasi Karena Ilmu Tanpa Iman
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.idIlmu Pengetahuan dapat menjadi instrumen memajukan peradaban manusia, mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan, jika berada dalam penguasaan orang-orang yang beriman. Namun sebaliknya, ilmu pengetahuan, yang dikendalikan oleh orang-orang yang tidak memiliki iman kepada Allah SWT akan menjadi malapetaka bukan hanya bagi manusia namun juga bagi seluruh alam.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perhatikanlah bagaimana kehancuran generasi terdahulu, akibat peperangan yang terjadi di antara mereka. Perlombaan senjata, bukanlah baru terjadi pada masa perang dingin di era Uni Sovyet vs Amerika. Perlombaan senjata telah terjadi sejak dahulu kala, dalam skala yang mengikuti kemajuan teknologi pada masanya.

Dewasa ini, dengan dukungan bioteknologi buah dari kemajuan biofisika, biochemistry, biocomputer, bioinformatics, biodata, telah memicu perlombaan senjata mematikan dalam spektrum yang amat luas. Teknologi telah membawa impian manusia pada level yang tidak memiliki batas dalam mendefinisikan makna “kehendak menguasai”.

Teknologi seperti drone terus berevolusi dengan fitur-fitur yang makin canggih, mendorong produksi massal menggantikan peran kapal-kapal induk yang berbiaya mahal. Senjata biologis dengan aneka virus terus diperbarui dengan tingkat daya rusak yang semakin menghawatirkan. Bala tentara terus ditingkatkan kemampuannya dengan rekayasa biologi, dengan menginjeksi otak agar setiap pasukan dapat dimonitor, dikontrol oleh para komandan mereka hingga zero tolerance dari kemungkinan melakukan disersi. Memutus urat syarap takut, sedih mereka supaya menjadi mesin-mesin pembunuh yang mematikan, tanpa rasa bersalah. Ini bukan fiksi tapi tengah berlangsung di sejumlah negara. Kita pun tengah mengalaminya dalam bentuk persegi asimetris dengan biological weapons yang sedang berlangsung, sejak dua tahun terakhir, dengan SAR-CoV2 yang telah ribuan varian.

Catatan ini bisa panjang sekali untuk mengurai apa yang tengah dikembangkan baik oleh rezim Komunis Tiongkok, Rusia, NATO dan berbagai blok kekuatan politik global. Kami singkat dengan satu kalimat, “dehumanisasi akibat penyalahgunaan sains-tekhnology sedang menuju self-destruction atas species manusia”.

Ilmu Pengetahuan adalah Ujian terbesar dari Allah.

Tidak ada species makhluk yang Allah ciptakan melebihi manusia dari sisi kapasitas kognitif yang diberikan. Demikianlah Adam, nenek moyang species manusia ini oleh Allah diberi potensi untuk dapat menyusun apa saja Postulat yang mereka butuhkan, melalui pemberian ruh yang memuat ilmu pengetahuan. Sesuatu yang diberikan dengan tujuan agar species manusia memimpin species makhluk lainnya yang telah Allah ciptakan. Pemberian ilmu pengetahuan itu sendiri, oleh Allah diberikan secara bersyarat sebagaimana firman-Nya ‘la takraba hasihi sajarata”. (jangan mendekati pohon). Sebuah pesan yang didalamnya termaktub pesan untuk tidak takabbur atas ilmu pengetahuan yang diberikan melebihi apa yang diberikan kepada makhluk yang lain. Sebuah peringatan simbolik untuk tidak mengulangi kesombongan, ketakabburan species Jin , sebelum Allah memutuskan menjadikan manusia sebagai “pengganti” (succerssor/khalifah) dari Jin di bumi.

Karena itu sebenarnya, sains oleh Allah diberikan kepada species manusia adalah mata ujian, sejauhmana manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan itu demi meningkatkan harkat dan martabat mereka, dengan tetap dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Pembangkangan kepada Allah, tidak akan terjadi dari kalangan Jin dan Manusia, tanpa diberi bekal berupa ilmu pengetahuan. Seperti halnya species tumbuhan dan dunia hewan, atau materi organik lainnya yang senantiasa taat dan patuh dalam hukum-hukum sunnatullah. Mereka senantiasa bertasbih memuji kebesaran Allah SWT.

Ilmu pengetahuan dengan demikian adalah hijab bagi manusia untuk menemukan Tuhannya, disebabkan karena dorongan syahwat yang menyertai ilmu pengetahuan ini. Sehingga Nabi Musa Alaihissalam diminta menanggalkan kedua terompahnya (ilmu dan syahwatnya) saat berada “dilembah tuwa” untuk menerima Kalam (Taurat) Ilahi.

Sebab itu ditangan manusia yang tidak beriman kepada Allah SWT, ilmu pengetahuan niscaya akan menjadi sebab terjadinya pertumpahan darah sesama umat manusia, menyebabkan kerusakan di muka bumi, sebagaimana yang telah disinyalir oleh malaikat sebelum Allah SWT menyempurnakan penciptaan Adam, dengan meniupkan ruh (berisi ilmu pengetahuan) pada jasadnya.

Karena itu, Bani Adam yang beriman kepada Allah SWT, mesti memahami benar makna kehadirannya di bumi ini sebagai Khalifah, yang bertanggung jawab atas penggunaan sains dan teknologi, bagi kemakmuran bumi, dan bukan sebaliknya menyebabkan manusia mengalami pertumpahan darah, melakukan fasad dan fahsya di muka bumi, yang tidak saja mendatangkan kerusakan bagi species manusia, tapi juga kerusakan lingkungan semesta.

Badai virus yang sedang berlangsung diberbagai belahan dunia ini, adalah peringatan kepada para pemimpin dunia untuk jangan bermain-main dengan pemanfaatan sains.

Kaum muslimin harus terdepan dalam penguasaan IPTEK atau ilmu pengetahuan dan memandu manusia dalam memajukan peradaban, mencegah dehumanisasi yang sedang melanda.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *