Indef Prediksikan Pertumbuhan Ekonomi 2022 Hanya 4,3 Persen, Begini Perhitungannya

Ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 sebesar 4,3 persen. Angka ini lebih rendah dari target pemerintah yang optimis tumbuh 5,2 persen di tahun depan.

Peneliti Indef, Rizal Taufikurahman mengatakan, pihaknya memiliki beberapa alasan terkait prediksi yang lebih rendah dari pemerintah. Salah satunya, perkiraan yang dibuat pemerintah disusun pada pertengahan tahun 2021, sedangkan Indef melakukan prediksi dengan mempertimbangkan beberapa hal.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Makanya dalam hitungan kami munculnya angka 4,3 persen,” kata Rizal dalam diskusi bertajuk: Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia di Tahun 2022?, Jakarta, Jumat (24/12).

Sebenarnya kata Rizal sebagian besar indikator yang digunakan Indef tidak berbeda dengan yang digunakan pemerintah. Hanya saja, pihaknya menggunakan berbagai faktor-faktor lain berupa kebijakan pemerintah, kondisi terkini dalam negeri dan dunia global. Semisal penerapan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang sebagian besar sudah berlaku di tahun depan.

“Kita tidak hanya menggunakan faktor basis ekonomi pada umumnya, tapi juga faktor-faktor yang memang saat ini dengan isu dan kebijakan yang akan terjadi baik di tahun depan atau yang sudah berjalan,” kata dia.

Ekonomi 2021 Tumbuh 3 Persen

Tak hanya itu, dia menyebut pertumbuhan ekonomi selama tahun 2021 hanya tumbuh sekitar 3 persen. Lebih rendah dari prediksi pemerintah yang memperkirakan perekonomian tumbuh di angka 4 persen.

Memang kata Rizal, umumnya pertumbuhan ekonomi meningkat drastis bila pandemi sudah bisa dikendalikan. Hal ini sejalan dengan harapan dan optimisme pemerintah. Namun, dia mengingatkan, kondisi Indonesia berbeda lantaran ada beberapa hal yang membebani meroketnya perekonomian nasional.

“Setelah pandemi ini loncatannya besar dengan kondisi negara itu tidak banyak dibebani APBN dengan rasio utang,” kata dia.

Apalagi sebelum pandemi terjadi belanja pemerintah dalam APBN lebih besar dari pendapatan yang dikumpulkan. Sehingga pada saat terjadi pandemi, beban utang negara malah berlipat ganda dari kondisi sebelumnya.

“Sekarang ini malah 2 kali lipat belanjanya dari sebelumnya,” kata dia.(dbs)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *