Tafsir Al-Quran Surat Asy-Syura ayat 23-26: Dakwah Islamiyah Menguatkan Persaudaraan dan Kasih Sayang

Tafsir Al-Quran Surat Asy-Syura ayat 23-26
KH Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Oleh: KH Didin Hafidhuddin
Ahad, 23 Januari 2022

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita bersyukur kepada Allah SWT pada Ahad pagi ini, tanggal 22 Jumadil Akhir 1443 H bertepatan dengan tanggal 23 Januari 2022, kembali kita dapat bersilaturrahim di Masjid Al-Hijri II, dan secara virtual, dalam rangka meneruskan kajian kita, mendalami ayat-ayat Allah. Beberapa jamaah yang dulu rutin hadir di Masjid Al-Hijri I sudah mulai hadir di Masjid Al-Hijri II ini. Insya Allah kita akan membahas Surat Asy-Syura ayat 23-26. Kita mulai dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu dilanjutkan dengan Surat Asy-Syura ayat 23-26, yang artinya, “Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Dan barangsiapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. Ataukah mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakan kebohongan tentang Allah.” Sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia kunci hatimu. Dan Allah menghapus yang batil dan membenarkan yang benar dengan firman-Nya (Al-Qur’an). Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang yang ingkar akan mendapat azab yang sangat keras.

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa dalam menyampaikan kebenaran, Rasulullah SAW memiliki akhlaq yang mulia. Jadi bukan hanya materi dakwah yang disampaikan, tapi contoh, akhlaq atau suri tauladan yang dicontohkan Rasulullah SAW sangat gemilang. Berdakwah itu akan mendapat kemenangan dalam hati, yaitu ketenangan dan kasih sayang, karena telah menyampaikan amar makruf dan nahi munkar. Perhatikan Surat Ali-Imran 104 yang sangat terkenal, yang artinya, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Penggunaan isim dhamir di sini secara jelas menunjukkan bahwa hanya mereka yang terlibat aktif dalam dakwah yang akan menjadi muflihun, mendapatkan kebahagiaan”. Jadi, orang yang terlibat aktif dalam kegiatan amar-makruf nahi-munkar itu yang akan mendapat kebahagiaan. Kita tidak cukup hanya menjadi baik sendiri, tanpa memedulikan anak-isteri dan keluarga, teman-kerabat dan lain-lain. Jika kita diam, maka dikhawatirkan yang akan dominan adalah amar-munkar dan nahi-ma’ruf, seperti yang sering disampaikan orang-orang munafik. Kaum munafik ini sering berfikir terbalik, apalagi jika kita lebih senang diam, tidak melakukan amar makruf dan nahi-munkar. Dakhwah itu harus menjadikan orang cinta pada kebaikan, dan saling bantu-membantu untuk kebaikan. Dakhwa itu harus masuk ke dalam hati, karena mengubah pikiran dan tindakan orang lain. Imam Ghazali menyampaikan bahwa sesuatu yang dilakukan dengan hati, maka akan masuk ke dalam hati orang lain. Sebaliknya, sesuatu yang hanya keluar dari mulut, makan akan masuk ke dalam kuping.

Dakwah Rasulullah SAW bukan berorientasi kekuasaan, atau bukan untuk semata-mata kekuasaan. Kaum kafir Quraisy tentu menjadi khawatir akan kekuasaan dan pengaruhnya semakin tergerus karena satu per sayu semakin banyak orang Arab yang bersyahadat masuk islam dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Suatu hari Paman Rasulullah SAW Abu Thalib dan para pemuka Quraisy memanggil Rasululllah SAW dan membujuk untuk berhenti berdakwah, dan berjanji untuk memberikan apa saja yang diminta Rasulullah SAW, termasuk harta, wanita, kekuasaan dan sebagianya. Akhirnya, kita paham Rasulullah SAW mengeluarkan pernyataan yang sangat terkenal, “Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu di tanganku, atau aku binasa karenanya”. Sekali lagi, berdakwah bukan untuk orientasi kekuasaan dan harta. Kita mendapat amanah kekuasaan dan titipan harta dari Allah SWT hanya sebagai sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tujuan dakhwa itu adalah memerdekaan manusia, untuk menyembah dan melakukan pengabdian yang tulus hanya kepada Allah SWT dan memberikan kebaikan-kebaikan kepada orang lain dan lingkungan. Masjid Istiqlal dan Masjid Al-Hurriyah di Bogor itu artinya merdeka atau kemerdekaan, yang berfungsi untuk memerdekaan manusia. Sasarannya adalah untuk membuat orang menjadi baik. Islam itu tidak perlu ditakuti, karena islam itu bervisi kedaiman, kebaikan diri sendiri dan orang lain. Islam itu untuk memudahkan urusan, membuat hidup ini menjadi indah, bukan membuat pertentangan. Siapa yang sekarang sering membuat pertentangan? Sangat mungkin mereka bukan orang yang beriman secara baik. Dakwah itu bersumber dari Allah SWT, yaitu Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW. Siapa yang menghina Al-Quran, siapa yang menghina ajaran islam, pasti menghina Allah SWT. Kita tidak perlu risau jika banyak orang yang berusaha mengganggu atau berniat mengubah Al-Quran sekaliupun, karena Allah SWT yang akan menjaga Al-Quran itu. Justeru kita yang perlu khawatir jika ktia sendiri terlalu banyak diam, tidak peduli dengan lingkungan atau tidak peduli dengan dakwah untuk kemajuan islam. Hal yang cukup menarik adalah bahwa di tengah fenomena Islamic phobia yang melanda, ternyata semakin banyak orang yang mengucapkan syahadat atau masuk islam. Ini suatu anugerah Allah SWT bagi kita semua dan bagi kemajuan islam.

Menjawab pertanyaan bahwa Rasulullah SAW tidak minta imbalan atas dakhwanya, kecuali kasih sayang. Perhatikan, Surat Yasin ayat 21, “Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. Manajemen dakwah jangan diarahkan ke situ, misalnya menentukan tarif fee untuk khatib atau penceramah, karena dari sudut apa pun itu tidak baik. Jangan ada kesan bahwa seorang da’i hanya berorientasi materi seperti itu. Itu hanya akan merendahkan nilai dakwah. Tapi, kita masyarakat juga perlu tahu diri. Kalau belajar Al-Quran, sebaiknya perlu memikirkan sekadar uang transport atau hal-hal kecil kepada guru dan da’i, karena seorang ustadz atau da’i tentu perlu uang transport dan lain-lain. Kembali pada esensi dakwah, kita perlu pahami bahwa berdakhwa itu perlu berjamaah atau serentak dalam suatu kesatuan. Setiap orang memiliki peran dan tugas masing-masing. Tugas dari setiap orang tentu berbeda sesuai dengan kapasitasnya. Rasulullah SAW bersabda,

  1. Adil itu adalah baik. Adil pada pemimpin jauh lebih baik.
  2. Kepemurahan itu sesuatu yang baik. Kepemurahan pada orang kaya tentu jauh lebih baik,
  3. Sabar itu sesuatu yang baik. Sabar pada kaum fakir tentu jauh lebih baik,
  4. Hati-hati (wara’) itu sesuatu yang baik. Hati-hati pada ulama tentu jauh lebih baik,
  5. Rasa malu itu baik. Rasa malu pada wanita itu jauh lebih baik,
  6. Taubat itu sesuatu baik. Taubat pada kaum muda atau generasi muda tentu jauh lebih baik.

Menjawab pertanyaan tentang perbedaan jumlah ayat dalam surat-surat Al-Quran, itu sebenarnya merupakan keindahan dari Al-Quran, sekaligus untuk memudahkan bagi kita mempelajari, dan mentadabburi isinya dan mengamalkannya. Al-Quran itu mudah dipelajari dan sangat logis. Keindahan berikutnya adalah untuk memudahkan menghafal dan membacanya dalam shalat. Jika menjadi imam dalam shalat berjamaah, kita tidak harus memilih bacaan surat-surat yang panjang, karena di antara jamaah pasti ada orang tua, orang tidak terlalu sehat, orang yang banyak keperluan atau bahka ibu-ibu yang masih sambil mengawasi anaknya. Pernah suatu waktu, Sahabat Anas bin Malik RA menjadi imam shalat dan membaca Surat Al-Baqarah yang sangat panjang. Setelah selesai shalat para jamaahnya habis semua, tidak tahan menunggu terlalu lama, karena mungkin mereka ada keperluan khusus. Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku memulai sholat dan ingin memanjangkannya. Kemudian aku mendengar suara tangisan bayi. Maka aku pun meringankan sholatku karena aku tahu betapa gelisahnya ibunya karena tangisannya,” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam mempelajari dan menghafal Al-Quran, kita dianjurkan untuk memulainya dengan surat-surat pendek dalam Juz Amma atau ke-30, karena hal itu menjadi perbendaharaan tersendiri dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu.

Menjawab pertanyaan tentang dakwah kepada atau tentang pejabat yang berperilaku tidak sesuai tuntunan islam, seperti korupsi dan sebagainya. Kita dilarang memfitnah atau bergunjing tentang seseorang. Tapi, perilaku buruk tentu harus diungkapkan. Kita tidak membenci pejabat sebagai individu, tapi perilakunya dalam menjalankan amanah publik. Amanah jabatan publik itu tidak lama, sebentar lagi akan selesai. Jika pejabat itu tidak amanah dan cenderung berperilaku menyimpang, di dunia saja ia akan menderita, apalagi kelak di akhirat. Jelasnya, kita tidak membicarakan individu orang atau pemimpin, tapi perilakunya. Di dalam Al-Quran, ayat-ayat yang menjelaskan tentang Firaun dan kekuasaannya, sebenarnya lebih banyak membahas tentang perilakunya, yang bahkan cenderung melampaui batas, sampai merasa dan mengaku tuhan segala. Kita berlindung kepada Allah SWT agar dijauhkan dari hal-hal demikian.

Mari kita doakan teman-teman dan jamaah kita yang sedang sakit, semoga Allah SWT segera mengangkat penyakitnya, sehingga beliau-beliau dapat sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *