Tuan Guru Bajang Zainul Majdi Terpilih Jadi Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Masa Bakti 2022-2027

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id – Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (PB NWDI) masa bakti 2022 – 2027. Penetapan tersebut setelah disampaikan dalam putusan Sidang Pleno VI Muktamar Perdana NWDI.

Pimpinan Sidang Pleno VI Muktamar NWDI Rosiade Sayuti membacakan putusan tersebut di depan muktamirin. Kemudian disambut oleh seluruh muktamirin yang serentak mengucap takbir diikuti tepuk tangan pascaputusan tersebut dibacakan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tuan Guru Bajang yang berada di ruangan muktamar langsung menyampaikan beberapa hal strategis. TGB mengatakan, dengan terpilihnya menjadi Ketua Umum PB NWDI, menjadi amanah yang mesti diikhtiarkan dengan baik dan maksimal.

“Ini amanah yang baik, kita akan jalankan rekomendasi muktamar, yang jadi amanat untuk bersama-sama kami tunaikan,” kata Gubernur NTB 2008-2018 itu pada Minggu, (30/1/2022) di Pancor Lombok Timur.

Muaranya adalah berkhidmat untuk umat membangun Indonesia maju. NWDI, kata TGB, dengan muktamar ini menegaskan dan menangguhkan jati dirinya bahwa dia adalah gerakan keislaman kebangsaan. Hal itu tidak pernah lepas dari isu-isu yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.

“Baik itu isu-isu sosial, isu politik, isu ekonomi, termasuk isu keadilan, dan semuanya diteropong oleh NWDI itu dalam perspektif ahlussunnah waljamaah,” ujar cucu pahlawan nasional TGKH Zainuddin Abdul Madjid itu.

Menurut TGB, ada tiga prinsip dasar perjuangan NWDI ke depan.

“Yang mengedepankan pertama tasamuh, toleransi termasuk dalam konteks perbedaan pandangan di dalam membangun republik ini. Dalam makna yang lugas adalah perbedaan pandangan itu sesuatu yang sah, tidak boleh dipermasalahkan, tentu sepanjang sesuai dengan koridor hukum dan etika yang ada,” beber TGB.

Lalu kedua, kata TGB adalah tawassul atau proporsionalitas.

“NWDI memandang salah satu yang menjadi pangkal seringnya terjadinya kekisruhan di ruang publik adalah ketika kita tidak bisa memotret suatu masalah secara proporsional,” katanya.

Kadang masalah yang sebenarnya adalah masalah kontestasi politik, ujar TGB, itu ditarik menjadi masalah akidah. Terkadang masalah yang sebenarnya muaranya pada keadilan substansial, tetapi kemudian ditarik hanya menjadi demokrasi prosedural.

“Jadi kadang-kadang kalau kita tidak proporsional, salah menempatkan masalah di ruang yang keliru, itu kita akhirnya tidak mampu menangani dengan baik,” kata mantan anggota DPR RI itu.

Akhirnya, kata TGB, yang terjadi itu kekisruhan terus menerus di ruang publik.

“Karena itu kami mendorong semua, termasuk di NWDI sendiri untuk terus meneguhkan cara pandang proporsional, berimbang,” tandasnya.

Kemudian yang ketiga, kata TGB adalah tahaddur. Artinya, gerak NWDI ini berorientasi ke masa depan.

“Karena itu kami di NWDI sebagaimana disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo juga bonus demografi kita hampir mencapai puncak, pastikan itu bisa menjadi keunggulan, bukan bencana,” katanya.

“Karena itu semua sumber daya kita di Indonesia ini harus bergerak bersama, dan berorientasi masa depan,” ujarnya.

Hal-hal yang sifatnya sudah terjadi, kata TGB, beban-beban sejarah saya pikir tidak perlu kita terkungkung. Termasuk dikotomi-dikotomi antar orang lama orang baru, pandangan lama pandangan baru.

“Saya pikir semua pandangan itu bermanfaat, semua periode dan masa pemerintahan itu juga sudah berkontribusi untuk Indonesia. Tugas kita adalah mengambil yang terbaik,” ujar TGB.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *