Disway: Ulang Pantun

Ulang Pantun
Disway: Ulang Tahun
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.idDISWAY setahun terakhir diwarnai oleh pantun. Anda sudah tahu: pemicunya pembaca kita yang bernama Thamrin Dahlan.

Awalnya bertepuk sebelah tangan: tidak ada yang menghiraukan. Mungkin karena pantunnya sarat dengan nasihat.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pak Thamrin tidak putus asa. Ia terus saja berpantun. Sampai kemudian ada yang ”menegur”: mana pantunnya. Rupanya hari itu Pak Thamrin berkomentar tanpa pantun.

Berarti pantun Pak Thamrin sebenarnya tidak diabaikan. Sampai pada suatu saat muncul Aryo Mbediun: sekali muncul, muncul sekali –sangat muncul. Mulailah terjadi variasi: muncul pantun jenaka, pantun pasemon, pantun rayuan, pantun cinta, dan pantun plesetan.

Tentu saya juga sering berpantun: kalau lagi pidato di Riau dan Riau Kepulauan. Di sana hidup penuh dengan pantun. Ibarat ikan dan air, pantun adalah air bagi manusia Melayu.

Dan Riau adalah pusat Melayunya Indonesia. Pada zaman kejayaan Melayu, Singapura itu adalah salah satu kabupaten kerajaan Riau. Demikian juga Johor, Negeri Sembilan, Melaka, pun sampai ke Selangor.

Untuk budaya Melayu ini saya selalu berkibar ke satu nama: Rida K. Liamsi. Ia sastrawan Melayu yang istimewa di mata saya. Waktu saya angkat menjadi direktur utama Riau Pos pun hidupnya terus diabdikan untuk budaya Melayu. Pun setelah ia berhasil mengembangkan banyak perusahaan di bawah grup Riau Pos: perusahaan terus berkembang, sastra Melayu terus melaju.

Saya pun minta Pak Rida untuk memberikan pandangan soal pantun yang tiba-tiba mewabah di kolom komentar Disway. Ia sekarang tinggal di Tanjungpinang –pernah jadi ibu kota kerajaan Melayu. Ia membaca Disway tiap hari. Ini komentarnya:

Ada sebuah ungkapan yang sangat dikenal di dunia Melayu: ”Kalau tak pandai berpantun, jangan mengaku orang Melayu”.

Adagium ini menunjukkan bagaimana pantun telah memegang peran penting dalam kehidupan sehari hari masyarakat Melayu. Bagi mereka, jika hendak dipandang sebagai orang yang berilmu dan berpengaruh, harus tahu bagaimana menafsir pantun. Juga harus tahu bagaimana cara membalas pantun. Pun bagaimana cara mengemas pantun. Itu juga penting bagi yang ”hendak berada di tengah balai (tempat terhormat)”.

Pantun itu harus dipelajari. Cara berpantun dan cara menyampaikan pantun, akan menunjukkan kadar dan kelas dalam kehidupan bermasyarakat.

Artinya, berpantun itu tidak boleh sembarangan. Ada aturan, dan kaedahnya, terutama pada sampirannya. Dari pantun diketahui berilmu tidaknya yang berpantun. Jika tidak, dia akan ditertawakan orang.

Lihatlah pantun ini:

”Pucuk pauh delima batu

Anak sembilang di tapak tangan

Biar jauh beribu batu

Hilang di mata di hati jangan“

Ini pantun lama yang sangat dikenal di dunia Melayu. Bukan saja karena isinya yang menunjukkan bagaimana perasaan rindu itu tak kenal batas dan waktu. Tapi juga lihatlah sampirannya. Yang sarat makna.

Ikan sembilang itu punya sengat yang berbisa, tapi kenapa boleh diletakkan di telapak tangan? Ternyata pucuk pauh dan delima batu itu adalah penawar racun.

Itu contoh sampiran pantun yang sangat berkualitas dan sampiran (pembayang) yang menunjukkan pencipta pantun itu berilmu.

Karya sastra yang demikian itu, menempatkan pantun sebagai salah satu karya sastra lisan dunia melayu paling tua. Lebih tua dari syair dan genre sastra lama. Sejak lahir orang Melayu sudah diajar berpantun. Lagu nina bobok anak mereka sarat dengan pantun. Pantun nasihat , pantun kasih sayang, dan lainnya.

Pantun memang salah satu sarana berkomunikasi dalam masyarakat Melayu. Cara berbahasa, cara bertutur kata, cara menyampaikan pendapat dengan santun, melalui kiasan, dengan sindiran, ajuk mengajuk, dan juga boleh menjadi sebuah ”tamparan”yang memalukan. Menghina pun bisa dengan pantun.

Pantun termasuk karya sastra melayu lama yang bermula dari tradisi lisan. Setelah ditemukan tradisi tulis melalui huruf arab melayu dan huruf rumi (latin), pantun mulai ditulis dan dibukukan. Tapi dalam praktik budaya melayu sehari-hari pantun tetap disampaikan secara lisan. Dalam percakapan sehari hari. Dalam acara perkawinan. Dalam cara berkasih sayang. Dalam pidato. Bahkan dulu, berperang juga dimulai dengan berpantun. Yakni untuk membakar semangat, untuk mengejek dan memanas manaskan lawan. Seperti dulu dalam perang Raja Kecik (Siak) dengan Tengku Sulaiman (Riau).

Sekarang tradisi berpantun masih hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Melayu, terutama di Kepulauan Riau. Terutama untuk tradisi perkawinan . Menghantar mas kawin dan lainnya, juga dilakukan dengan pantun. Berbalas balas antara pihak pengantin lelaki dan perempuan. Sumbang kalau perkawinsn tidak ada tradisi berpantung. Pemantun merupakan profesi yang sangat diminati.

Sekarang pantun sudah menjadi Warisan Dunia Tak Benda. Orang pertama di dunia Melayu yang mengumpulkan dan menerbitkan pantun sebagai buku adalah Engku Muda Haji Ibrahim. Ia seorang pembesar di kerajaan Melayu Riau yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji, dan kemudian disebut sebagai bapak pantun melayu modern. (Dahlan Iskan)

Pantun Ulang Tahun Disway:

Ada gula ada semut
Semut mati disemprot racun
Kepalaku senat senut
Diminta Pak DI buat pantun

Saat melamun ingat Alay
Disapa istri jadi tersipu
Selamat ulang tahun Disway
Semoga sukses selalu.

Iran ibu kotanya Teheran
Ada onta juga kalkun
Sungguh saya merasa heran
Dia ultah kok kita berpantun

(Cak Mul Aryo Mbediun)

Naik mobil warna merah
Kalau Disway ulang tahun
Mbok ya bagi bagi hadiah

Kacang kedelay di dalam kotak
Kacang panjang hijau warnanya
Ayo ayo cobalah ditebak
Yang punya Disway sapa namanya

Apa yang slalu tegak berdiri
Saat dekap istri dimalam hari
Ini bukan sajak atau puisi
Ini hanya pantun teka teki

Jangan bening sambal teri
Makan cap cay di malam hari
Kepala pening tiap hari
Namun ada disway yang slalu temani

Sandal baru berbau harum
Sandal lama putus talinya
Saya bayangkan Abah tersenyum
Sampai terlihat gigi palsunya.
(Wkwkwk… Kabooooor )

Kelapa tua kelapa muda
Diperas santannya melimpah
Tua muda tiada beda
Perbanyak ibadah juga sedekah.

Jahe bakar jeruk purut
Jadi bumbu ikan tengiri
Jangan bertengkar juga ribut
Mari bersatu membangun negri

MS Kabat nama lelaki
Kalau bicara slalu terukur
KS mendebat Buzz NKRI
Semoga mereka cepat akur.

(Leong Putu)

Ke Pasar Minggu Beli Pepaya
Pepaya Merah manis Rasanya
Dirgahayu Disway Tercinta|
Sehat selalu, Abah sang Penulisnya

Ke SCBD Naik Busway
Jangan lupa mampir ke Pinang Ranti
Siapapun suka baca Disway
Paling enak dibaca pas pagi hari.

(Sadewa)

Anak sekolah ramai berpawai
Makin meriah saat karaoke
Selamat ultah wahai Disway
Bertambah usia semakin oke

Pagi hari kapal berlabuh
Penumpang turun berbaju lusuh
Tetap baca di waktu subuh
Walau istri bertampang rusuh

Banyak harta jangan dihambur
Otak diasah bermain catur
Buat Abah yang suka lembur
Jaga stamina makan teratur

Lari pagi bersama-sama
Pakai deker pencegah luka
Kalau pergi kemana-mana
Masker dipakai jangan dilupa

Ke tengah sawah tangkap belalang
Belalang coklat kulitnya belang
Jangan biarkan semangat hilang
Kerja keras membanting tulang

(Mbah Mars)

Kayu trembesi kayu tahun
Daunnya rimbun dimakan ulat
Ayo bikin selusin pantun
Untuk ultah Disway yg ke-empat

Bandeng presto campur manggis
Pasti asam tak enak dimakan
Pesanku pada para pantunis
Jangan bikin pantun sembarangan

Nyolong pemean jarik katun
Isine ming kotang
Sak abot-abote nggawe pantun
Dadi enteng setelah madang

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *