Tafsir Al-Quran Surat Asy-Syura ayat 36-38: Sikap Hidup Mukmin yang Bertawakal

Tafsir Al-Quran Surat Asy-Syura ayat 36-38
Tafsir Al-Quran Surat Asy-Syura ayat 36-38
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Oleh: KH Didin Hafidhuddin
Ahad, 13 Februari 2022
(Catatan dua pekan lalu)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita bersyukur kepada Allah SWT pada Ahad pagi ini, tanggal 12 Rajab 1443 H bertepatan dengan tanggal 13 Februari 2022, kembali kita dapat bersilaturrahum secara virtual, dalam rangka meneruskan kajian kita, mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita akan membahas Surat Asy-Syura ayat 36-38. Kita mulai dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu dilanjutkan dengan Surat Asy-Syura ayat 36-38, yang artinya, “Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf, dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”

Ayat-ayat ini menjelaskan perilaku orang-orang yang dipuji oleh Allah SWT. Orang beriman yang bertawakal kepada Allah SWT. Orang-orang yang memikili kekuatan aqidah yang diwujudukan dalam hidup bertawakal atau menyerahkan total kepada Allah SWT. Ia memiliki sikap hidup yang optimis dan yakin akan pertolongan Allah SWT, sehingga berusaha terus melakukan amal shaleh. Ia berperilaku terpuji, baik yang berhubungan vertikal dengan Allah SWT atau hablun minallah, maupun secara muamalah hablun minannas atau hubungan horizontal dengan sesame manusia. Ia senantiasa berusaha mujahadah, walaupun menghadapi tantangan dan godaan dalam kehidupannya. Ada beberapa hal yang perlu dicatat tentang perilaku utama orang beriman dan bertawakal dalam merespons beberapa hal. Pertama, hidupnya penuh kebaikan, penuh keselamatan, kehidupannya selama di dunia dan kehidupannya kelak di akhirat. Visinya adalah bagaimana memanfaatkan riziki yang didapat dari Allah, jabatan, sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal abadi. Perhatikan Surat Ali Imran ayat 185. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya” Demikianlah sebenarnya Hakikat kebahagiaan bagi orang beriman.

Kedua, hidupnya menghindari dosa-dosa besar dan dosa-dosa yang menghinakan. Perhatikan hadist Rasulullah SAW yang cukup terkenal. “Jauhilah tujuh perbuatan dosa besar yang menghancurkan amal-amal perbuatan yang kita lakukan. Pertama, syirik kepada Allah. Syirik adalah perbuatan dosa dan kedzaliman yang luar biasa. Perbuatan baiknya akan hancur karena kesyirikan itu. Allah SWT tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik, dan mengampuni dosa-dosa lain yang diperbuatnya. Luqman memberikan pendidikan yang pertama kepada anaknya adalah salah satunya tentang aqidah yang benar, untuk tidak menyekutukan Allah. Kedua, percaya sihir, atau percaya kepada kekuatan lain selain Allah. Di zaman Fir’aun dulu pernah sangat popular perbuatan sihir, walaupun akhirnya para tukang sihir itu kalah dengan mu’jizat Nabi Musa AS. Sihir itu adalah perbuatan kufur. Nabi Sulaiman AS tidak melalukan sihir, tapi syetan yang mengajarkan sihir itu kepada manusia Ketiga, membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain, tanpa alasan yang kuat, seperti penegakan hukum qishas. “Barang siapa yang membunuh orang lain, maka ia akan kekal di dalam neraka”. Keempat, membiasakan perbuatan dan makan riba. Riba itu adalah perbuatan yang dibenci Allah SWT. Ingat, Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Allah akan menghancurkan riba dan mengembangkan shadaqah. Dua frase ini disandingkan secara sempurna oleh Al-Quran. Di sini sangat jelas bahwa membiasakan riba itu banyak mencelakakan orang lain. Kelima, memakan harta anak yatim. Kita diperintah untuk memberi makan dan menyantuni anak yatim. Terlalu dzalim dan berdosa jika sampai ada yang tega memakan harta anak yatim. Keenam, lari dari medan perjuangan. Desersi dari berpihak kepada ummat islam. Bagaimana yang tidak punya ihtam atau kepedulian kepada ummat islam, maka ia bukan kelompok islam. Ketujuh, menuduh wanita muslimah yang baik dengan tuduhan keji, misalnya menuduh berzinah, atau ahli masjid, atau ahli pesantren. Mempelajari agama dengan baik adalah tanda-tanda orang baik. Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk menjadi orang baik, maka akan dipahamkan kepada agama dengan baik.

Ketiga, banyak memaafkan orang lain atau tidak ada dendam di dalam dirinya, tentang sesuatu yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Tapi, jika sampai ada orang yang menghina agama islam, ia menjadi sangat peduli dan sangat marah dan membuat perhitungan dengannya. Orang-orang muslim seperti ini menegakkan salat dan biasa bermusyawarah untuk urusan kebaikan. Sekali lagi, tidak akan pernah merugi orang yang beristikharah atau bermusyawarah dengan Allah SWT. Orang-orang ini membiasakan berinfaq atau menafkahkan hartanya di jalan Allah. Orang-orang muslim ini yang mampu membuktikan ajaran-ajaran islam di dunia dan menjadi suri tauladan yang baik bagi masyarakat luas.

Dalam menjawab pertanyaan tentang seni tradisional seperti debus, kuda lumping, sepakbola api, apakah itu termasuk kategori syirik atau sihir? Jika percaya bahwa hal itu memiliki kekuatan lain selain Allah, itu termasuk kategori syirik. Perhatikan Surat Al Baqarah ayat 102. “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu”.

Dalam menjawab pertanyaan tentang bagaimana jika melakukan dosa-dosa besar seperti di atas karena belum mengetahui hukum dan fiqihnya, bagaimana cara bertaubat? Bertaubatlah secara baik dan berjanji tidak mengulangi perbuatan. Perhatikan Surat An-Nisa’ 145-146. “Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman”.

Dalam menjawab pertanyaan tentang terjemahan Surat Al-Isra’ 78 disebutkan “Qur’anal fajri” sebagai salat subuh atau memang begitu terjemahannya? Ayatnya berbunyi. “Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat ) subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. Ayat ini menggambarkan tentang perintah salat lima waktu. Dua salat dilakukan pada siang hari dan dua salat dilakukan pada malam hari. Salat subuh itu dipersaksikan oleh dua malaikat, karena disaksikan oleh malaikat yang bergantian. Malaikat malam masih melihat kita melakukan salat, dan melapor kepada Allah SWT tentang ibadah yang dilakukan kita para hamba Allah. Malaikat siang juga sempat kita melakukan salat atau memulai ibadah pada hari itu, dan melapor kepada Allah tentang aktivitas menyaksikan atau mencatat ibadah manusia. Ada hadist Rasulullah SAW berikutnya yang juga shahih, bahwa barangsiapa melakukan ibadah salat subuh berjamaah di masjid, maka ia seakan-akan telah melakukan salat tahajud sepanjang malam. Barangsiapa melakukan ibadah salat isya’ berjamaah di masjid, maka ia seakan-akan telah melakukan salat tahajud setengah dari malam. Demikian perumpaan yang diberikan betapa besarnya pahala salat isya dan salat subuh berjamaah di masjid itu.

Menjawab pertanyaan tetang hadist yang menjelaskan bahwa amal yang pertama Ada hadist Rasulullah SAW bahwa salat itu adalah hal yang pertama akan dihisab. Jika baik salatnya, maka baik semuanya. Jika rusak salatnya, maka rusak semua perbuatan yang lain. Apa tanda-tanda orang yang diterima salatnya? Ada Hadist Rasulullah SAW yang lain tentang salat itu, nomor 54 Mukhtarul Hadist. “Apabila seseorang baik salatnya, sempurna ruku’ dan sujudnya, maka salat itu berkata, ‘Mudah-mudahan engkau dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sebagaimana engkau telah menjaga aku’. Maka, salat orang itu diangkat atau diterima oleh Allah SWT. Apabila seorang buruk salatnya, tidak sempurna ruku’ dan sujudnya (atau asal-asalan), maka salat itu berkata, ‘Engkau akan disia-siakan oleh Allah, sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan aku’. Maka, salatnya akan dilipat-lipat, dilemparkan pada mukanya.

Dalam menjawab pertanyaan tentang salat berjamaah di masjid mendapatkan pahala besar. Bagaimana tentang perintah terangilah cahaya rumah dengan salat ? Salat sunnah sebaiknya di rumah, karena hal itu akan menyinarinya. Kesalehan pribadinya ditunjukkan melalui salat -salat sunnah di rumah. Jika mau salat berlama-lama dalam tahajud, boleh dilakukan di rumah. Salat berjamaah di masjid juga memiliki fungsi sosial, sebagai syiar islam, bahkan bervisi kepemimpinan. Kita yang salat berjamaah akan diberikan limpahan tambahan kasih sayang sesamanya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran.

Mari kita doakan teman-teman dan jamaah kita yang sedang sakit, semoga Allah SWT segera mengangkat penyakitnya, sehingga beliau-beliau dapat sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *