Bakal Safari Ramadan, 12 Santri Asal Aceh di Pesantren Lirboyo Dipulangkan

Santri Asal Aceh
Santri Asal Aceh
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, Hajinews.id – Sebanyak 12 Santri Hafizh Qur’an asal Aceh yang saat ini menuntut ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, akan dipulangkan ke Aceh, Rabu, 16 Maret 2022. Pemulangan mereka dalam rangka Saweu Gampong atau Safari Ramadan.

Pemerintah Aceh melalui Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), bekerja sama dengan Baitul Mal Aceh, serta Dinas Sosial Aceh atas perintah Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, telah melakukan beberapa hal terkait pemulangan tersebut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Awalnya kita dapat info ada sejumlah santri asal Aceh yang mengaji di Pesantren Lirboyo ingin Safari Ramadan ke Aceh. Namun semua santri tersebut berasal dari keluarga kurang mampu. Jadi mereka meminta bantuan untuk dipulangkan ke Aceh,” kata Kepala BPPA, Almuniza Kamal, S.STP., MSi., didampingi Kasubbid Hubungan Antar-Lembaga dan Masyarakat, Cut Putri Alyanur, Selasa, 15 Maret 2022.

Mendapatkan info tersebut, tambah Almuniza, Tim BPPA atas amanah Gubernur Aceh langsung melakukan koordinasi dengan Kepala Sekretariat Baitul Mal Aceh (BMA), Rahmad Raden, serta Dinas Sosial Aceh untuk memberikan bantuan kepada mereka.

Setelah pendataan pada 12 Maret 2022, Tim BPPA bergerak menuju lokasi pesantren di Kediri untuk melakukan penjemputan, yang juga dibantu Baitul Mal. Kemudian pada 14 Maret 2022 ke 12 santri tersebut tiba di Jakarta menggunakan bis dan diinapkan satu malam di Mess Aceh, Cikini, Jakarta Pusat.

“Selanjutnya santri-santri itu akan dipulangkan ke Aceh menggunakan pesawat Batik Air melalui Bandara Soekarno Hatta, pada pukul 07.00 WIB, Rabu, 16 Maret 2022. Semua biayanya ditanggung Baitul Mal Aceh,” ujar Almuniza.

Kepala Sekretariat Baitul Mal Aceh (BMA), Rahmad Raden mengatakan, terkait pemulangan 12 santri dari Kota Kediri, Surabaya, Jawa Timur itu awalnya pihak BMA mendapatkan info dari BPPA ada 12 santri yang akan pulang ke Aceh.

“Namun karena keterbatasan dana, dan hampir semua santri adalah mereka yang kurang mampu, akhirnya kita bantu, dan ternyata ada program kita yang bisa mendukung pemulangan tersebut,” kata dia.

Selain itu, kata dia, kepulangan 12 santri tersebut juga punya manfaat bagi daerah masing-masing.

Setibanya di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar, nantinya mereka akan dijemput oleh Baitul Mal dan pihak Dinas Sosial Aceh, baru kemudian diantar ke kampungnya masing-masing.

Menurut Rahmad, peran kerja sama antara unsur Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) ini sesuai amanah Gubernur Nova dan penting untuk terus dilakukan setiap SKPA di Aceh.

“Dan Insya Allah ini menjadi amal jariah, apalagi bantuan tersebut diberikan kepada orang yang tepat,” kata Rahmad.

Salah satu santri Khairul Azmi (22), mengatakan Safari Ramadan merupakan kegiatan rutin dari Pondok Pesantren. Kegiatan itu selalu dilakukan setiap tahun saat memasuki bulan suci Ramadan.

“Untuk tahun ini, giliran kami yang dipulangkan. Bukan hanya santri dari Aceh saja, tapi santri dari daerah lain juga dipulangkan ke daerahnya masing-masing,” kata Khairul yang sudah mondok di Pesantren Lirboyo dua tahun lalu.

Ia menjelaskan, Safari Ramadan hampir mirip dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) seperti di kampus-kampus. Mereka nantinya akan ditempatkan di daerah mereka masing-masing untuk melakukan berbagai hal, seperti sosialisasi keagamaan, dakwah, hingga mambantu masyarakat.

“Jadi nanti kita akan dikoordinasikan oleh empat orang alumni Pesantren Lirboyo asal Aceh saat melakukan safari Ramadan di Aceh ,” jelasnya.

Khairul menambahkan, Safari Ramadan akan berlangsung hingga akhir bulan suci Ramadan. Namun, sebelum penempatan mereka terlebih dahulu pulang ke kampung halamannya masing-masing.

“Mudah-mudahan Safari Ramadannya nanti akan berjalan lancar, dan akan bermanfaat bagi masyarakat di sana,” katanya.

Khairul yang merupakan warga Peudada, Bireuen, mengaku biaya belajar di Pesantren Lirboyo itu, ditanggung oleh masing-masing santri. “Untuk makan kita juga beli sendiri, tapi kalau ada yang ingin memasak ada dapur yang disediakan pesantren,” katanya.

Terkait tempat tinggal, saat ini santri asal Aceh sudah memiliki kamar yang dibangun sejak tiga tahun lalu oleh pesantren. Atas pembangunan itu, pada santri nantinya akan menyicil pembayaran ke pesantren sekitar 300 ribu pertahun untuk satu orang.

“Kita sudah mulai menempati kamarnya sejak enam bulan lalu. Dan untuk bayar cicilan sekitar Rp200 juta itu, kita mengeluarkan biaya Rp300 ribu pertahun setiap santrinya untuk dibayar ke pihak pesantren,” kata Khairul.

Khairul mengatakan, dirinya dan santri lainnya sangat bersyukur karena sudah memiliki kamar/bilik sendiri. Sebanyak 50 santri asal Aceh tersebut kini berkamar di sana.

Sebelumnya, mereka harus bergabung dengan santri dari daerah lainnya.

Terkait pemulangan mereka ke Aceh, Khairul mewakili santri lainnya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama Gubernur Nova Iriansyah karena sudah memberikan kepedulian kepada para santri.

“Sebelumnya, jika santri pulang ke Aceh kami harus mencari dana sendiri, atau mengumpulkan uang dari teman-teman baru bisa pulang. Kadang ada juga yang sudah bertahun-tahun tidak pulang lantaran tidak punya duit,” jelas dia.(*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *