Sarankan ‘Tidak Semua Masjid untuk Salat Jumat’, Gus Mus: Itu Salah Kaprah

Tidak Semua Masjid untuk Salat Jumat
KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id Pernyataan KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus, baru-baru ini menyarankan tidak semua masjid dipakai untuk salat jumat.

Sepuh yang juga mustasyar PBNU ini bahkan menyebut orang yang menggelar salat Jualan di masjid-masjid baru yang didirikan atas nama pribadi seperti yang terjadi saat ini merupakan suatu bentuk kesalahan dalam pemahaman.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gus Mus mengatakan bahwa saat ini banyak orang yang salah kaprah terkait lokasi masjid yang dipakai untuk Jumatan.

Mengingat sebetulnya ada makna yang lebih penting dalam salat Jumat di masjid jami.

Pernyataan tersebut disampaikan Gus Mus dalam peresmian masjid Joglo di Pondok Pesantren (ponpes) Mahasiswa Al-Muayyad Windan, Kartasura, Sukoharjo, Kamis , 17 Maret 2022.

“Memang sebaiknya tidak semua masjid itu dipakai untuk Jumatan,” ujar Gus Mus, dikutip dari detikjateng.com.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Mus juga menyarankan agar masjid Joglo di Ponpes Al-Muayyad tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk mengaji, itikaf, salat wajib berjamaah, salat tarawih, namun sebaiknya tidak dipakai untuk jumatan.

Gus Mus kemudian mencontohkan, bahwa di masa Nabi, sudah ada banyak masjid didirikan di Kota Madinah.

Tujuannya untuk memberi tempat bagi warga sekitar hunian itu jika akan melaksanakan salat wajib berjamaah.

Namun ketika salat Jumat, semua berkumpul di Masjid Nabawi.

“Dulu juga sudah ada masjid di dekat kediaman Sayidina Abu Bakar, dekat kediaman Sayidina Umar dan sebagainya. Namun kalau melaksanakan salat Jumat, semua berkumpul di masjid Nabawi bersama Kanjeng Nabi,” papar Gus Mus.

Gus Mus juga menjelaskan bahwa di Jawa dulunya, salat Jumat juga hanya digelar di masjid jami yang biasanya terletak di dekat alun-alun.

Namun seiring waktu, banyak orang mendirikan masjid sendiri dan menggelar salat Jumat di masjid-masjid baru tersebut.

“Sebetulnya itu ya salah kaprah saja. Orang sekarang itu kan maunya serba instan. Termasuk bikin masjid sendiri yang dekat-dekat. Satu desa masjidnya bisa dua, loudspeaker yang satu menghadap ke sini, yang satu ke sini (berhadap-hadapan),” ujarnya.

“Bahkan sekarang ada jumatan diadakan di kantor. Ya kalau secara fikih memang memenuhi syarat lebih dari 40 orang. Tapi itu kan kurang mengikuti anjuran yang diajarkan Kanjeng Nabi soal esensi berkumpul. Lagian itu nanti begitu datang bukan lagi salat tahiyatul masjid jadinya, tapi tahiyatul kantor,” lanjut Gus Mus.

Lebih lanjut, Gus Mus juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga niat dalam menjaga ketulusan beribadah.

Jika niat itu terjaga maka semua peribadatan akan sepenuhnya kembali pada pengabdian kepada Tuhan.

“Kita jaga niatan kita masing-masing dalam beribadah itu benar-benar murni beribadah. Karena sekarang ini banyak juga kepentingan-kepentingan politik menggunakan idiom ibadah,” tegasnya.

 

 

Komentar
banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *