Oleh: Hamdan Juhannis
Hajinews.id – Masih ingat catatan Ramadan lalu? Ada 30 seri pendek dengan tema payung “Bumi Kebermakanaan.” Saya mencoret ragam fenomena dan lakon hidup yang bisa diselami sebagai ibrah. Ternyata untuk memaknai lebih dalam ibrah tersebut, dibutuhkan aktifnya Indra kehidupan.
Indra itu adalah alat penangkapan, penciuman atau perasa, bisa juga mungkin disebut sebagai detektor tubuh terhadap seluruh fenomena di sekitar. Kita punya ragam indra dalam tubuh, dan yang mampu mengaktifkan di atas dari lima indra bawaan manusia, sering diistilahkan sebagai indra keenam.
Saya memakai istilah indra untuk menjangkau dan memaknai setiap prilaku manusia yang tampaknya hampir semua bisa dikaitkan dengan sisi keberagamaan. Bagaimana bisa melihat diri dan sekitar sebagai umat dengan fitrah beragama. Alunan apa yang kita dengar yang bisa menggerakkan atau menggeser pola keberagamaan.
Bagaimana kita mencium sebuah gejala kesalehan atau gelagat ketidakpatuhan seseorang. Bagaimana “taste” sebuah menu ketaatan yang disajikan. Atau alat peraba apa yang kita pakai untuk memahami sebuah gejala keimanan. Dan masih banyak pertanyaan yang berbau indrawi yang kemudian membentuk jiwa keberagamaan yang perlu diteropong.
Tentu tidak bermaksud memaksakan anda untuk memahami alur logika saya. Saya hanya mencoba membentangkan bahwa tema besar di atas akan menjadi arena celoteh, ciutan, coretan, catatan atau bahkan candaan untuk mencoba memaknai kemuliaan Ramadan yang akan kita jalani sebulan ini.
Coretan Ramadan ini juga ibarat saya mengabsensi diri bahwa saya masih hidup dan masih tetap mengingat anda semua. Tapi yang lebih penting, saya tidak ingin anda melupakan saya karena berhenti mengirimkan “gangguan” di setiap subuh Ramadan. Anda membaca atau tidak, itu hal kedua. Yang utama, coretan ini sebagai wadah silaturahim gagasan, yang tentunya lebih penting dari sekadar silaturahim fisik. Maafkan kalau ada salah dari awal, saya sendiri sudah memaafkan siapa saja sampai hadirnya bulan syawal.