Masjid Rumah Ibadah Yang Berserah Diri Kepada Allah

Masjid Rumah Ibadah
Masjid Habbul Wathan, Islamic Center Nusa Tenggara Barat, Mataram, Lombok,
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Salah satu perbedaan penting bagi setiap agama sehingga agama itu tidak bisa disamakan adalah rumah ibadah mereka. Bukan bentuk arsitekturnya yang menjadi ciri utama perbedaannya, karena bentuk arsitektur itu hanya produk budaya saja, dan sebab itu bukan bagian dari ciri keagamaan. Perbedaan bentuk arsitektur rumah ibadah sebab itu tidak perlu dipersoalkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memberikan informasi, perintah maupun larangan yang terkait dengan rumah ibadah umat Islam. Misalnya tentang di mana letak rumah ibadah itu mesti dibangun. Firman Allah dalam surah Al-Kahfi (8): ayat 22 memberi isyarat dimana letak masjid sebagai rumah ibadah orang yang berserah diri (muslim) mesti di bangun. Dikatakan “Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata; “Kami pasti akan mendirikan rumah ibadah di atasnya”. Agar memahami secara lebih utuh frase ayat ini, bacalah keseluruhan kisah Ashabul Kahfi yang terdapat dalam beberapa ayat pada surah Al-Kahfi tersebut. Isyarat yang disampaikan pada ayat ini menunjuk pada rongga dada manusia yang oleh kisah dalam Ashabul Kahfi ini diibaratkan sebagai “Goa”. Sesuatu yang menunjuk kepada rongga dada, di mana di dalam rongga dada manusia itulah terdapat segumpal daging yang disebut sebagai “Hati”. Tentang hati dan berbagai hal yang terkait dengannya kami tidak uraikan pada kesempatan ini secara luas. Kami persilahkan para pembaca (yang belum tahu) mencari informasi mengenai hal itu.

Pada orang beriman, seluruh aktifitasnya selalu menyertakan hati. Tentu juga menggunakan akal, rasa dan alat indera yang lain, namun tidak melupakan menyertakan hati. Bahkan semakin baik keimanan seseorang, semakin dominan pelibatan hati pada diri seseorang. Di hati inilah letak masjid (rumah ibadah) kaum muslimin. Di sinilah Nabi Ibrahim Alaihissalam membangun “Baitullah” di atas pondasi tauhid. Disini pula kegiatan itikaf dan tawaf itu dilaksanakan oleh orang yang beriman. Sehingga Allah SWT berfirman: “Bersihkanlah rumah-KU untuk orang-orang yang tawaf, orang-orang yang ruku’, dan orang-orang yang sujud”. (QS. Al-Baqarah (2) 125.

Dengan demikian, jika hati adalah masjid (tempat bersujud) atau mihrab tempat bermunajad kepada Allah SWT, maka diri (totalitas diri) orang yang beriman itu adalah “Baitullah”. Pengertian “baitullah” disini jangan dipahami keliru sebagai “tempat tinggal Allah”, namun pahamilah sebagai tempat memuliakan Allah dengan menyebut nama-Nya, lokus pertemuan antara hamba dengan “Yang dihambai”. Itulah kenapa kaum muslimin bisa melaksanakan salat dimana pun mereka sedang memasuki waktu salat, karena masjid tempat mereka bersujud, dan pemilik Baitullah senantiasa menyertai dimana pun mereka berada. Sebagaimana firman-Nya:

فِيْ بُيُوْتٍ اَذِنَ اللّٰهُ اَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗۙ يُسَبِّحُ لَهٗ فِيْهَا بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِۙ

fī buyūtin ażinallāhu an turfa‘a wa yużkara fīhasmuhū yusabbiḥu lahū fīhā bil-guduwwi wal-āṣāl

(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang,

Q.S An-Nur [24] : 36

Hati sebagai masjid, dengan demikian harus senantiasa dijaga kebersihannya. Tidak boleh dimasuki oleh sesuatu yang haram, najis dan memasuki mesti dengan suci, ikhlas, tulus semata untuk menemui Allah. Allah Maha Suci, sebab itu DIA hanya berkenan hadir ditempat yang suci, bersih tidak bernoda. Allah kembali mengingatkan perihal yang disampaikan pada surah Al-Baqarah ayat 125 di atas pada surah Al-Hajj (22) ayat 26 berikut ini:

وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

wa iż bawwa’nā li’ibrāhīma makānal-baiti allā tusyrik bī syai’aw wa ṭahhir baitiya liṭ-ṭā’ifīna wal-qā’imīna war-rukka‘is-sujūd

Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.

Q.S Al-Hajj [22] : 26

Sebab itulah, maka hanya orang yang beriman kepada Allah SWT yang dapat memakmurkan masjid. Karena sesungguhnya hakikat dari membangun, memelihara dan memakmurkan masjid adalah mesucikan hati, dari selain Allah.

Allah SWT berfirman:

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يَّعْمُرُوْا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۚ وَفِى النَّارِ هُمْ خٰلِدُوْنَ

mā kāna lil-musyrikīna ay ya‘murū masājidallāhi syāhidīna ‘alā anfusihim bil-kufr, ulā’ika ḥabiṭat a‘māluhum, wa fin-nāri hum khālidūn

Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka.

Q.S At-Taubah [9] : 17

Demikian penting hal ini diperhatikan sehingga Allah kembali menegaskan pesan-Nya dalam firman-Nya berikut ini:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هٰذَاۚ وَاِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيْكُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖٓ اِنْ شَاۤءَۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

yā ayyuhallażīna āmanū innamal-musyrikūna najasun fa lā yaqrabul-masjidal-ḥarāma ba‘da ‘āmihim hāżā, wa in khiftum ‘ailatan fa saufa yugnīkumullāhu min faḍlihī in syā’, innallāha ‘alīmun ḥakīm

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa), karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Q.S At-Taubah [9] : 28

Karena Allah melarang orang beriman salat dirumah ibadah yang dibangun oleh orang musyrik. Sebagaimana firman-Nya:

لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ

lā taqum fīhi abadā, lamasjidun ussisa ‘alat-taqwā min awwali yaumin aḥaqqu an taqūma fīh, fīhi rijāluy yuḥibbūna ay yataṭahharū, wallāhu yuḥibbul-muṭṭahhirīn

Janganlah engkau melaksanakan salat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih.

Q.S At-Taubah [9] : 108

Menjaga kesucian masjid, sama dengan menjaga kesucian hati, dari masuknya kemusyrikan. Dengan demikian hanya Allah dan orang-orang yang beriman kepada-Nya sajalah yang dapat memasuki tempat suci dalam diri tersebut. Karena itu pula disebut sebagai Masjidil Haram. Diisyaratkan perihal ini dalam firman Allah SWT berikut ini:

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ

wa min ḥaiṡu kharajta fa walli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām, wa ḥaiṡu mā kuntum fa wallū wujūhakum syaṭrahū li’allā yakūna lin-nāsi ‘alaikum ḥujjatun illallażīna ẓalamū minhum fa lā takhsyauhum wakhsyaunī wa li’utimma ni‘matī ‘alaikum wa la‘allakum tahtadūn

Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.

Q.S Al-Baqarah [2] : 150

Bangun dan rawatlah masjid, sucikanlah nama-Nya dalam dzikir di waktu pagi dan petang, siang maupun malam.

Nabi Muhammad Saw bersabda; Barangsiapa di dunia ini memakmurkan masjid, Allah akan bangunkan istana baginya di kehidupan akhirat”.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan-Nya bagi kita semua.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *