“Ini adalah kabar baik bagi demokrasi. Dengan lakukan berkali kali aksi, itu adalah pendidikan politik real dan menjadi pengingat kepada kekuasaan agar tidak berpikir dapat melakukan apapun tanpa adanya kontrol sosial,” ungkapnya dalam Diskusi LP3ES yang mengusung tema “Gerakan Mahasiswa dan Masa Depan Demokrasi”, Rabu (13/4/2022).
Meskipun begitu, lanjut Wijayanto bahwa gerakan mahasiswa kali ini hidup di tengah situasi manipulasi politik yang membanjiri media sosial.
“Volume manipulasi politik ini luar biasa dahsyat setiap hari yang digerakan oleh mesin-mesin cybertroop dengan pembiayaan besar dan sangat terorganisir,” bebernya.
Wijayanto menambahkan bahwa gerakan mahasiswa kali ini membawa makna tersendiri karena wacana perpanjangan jabatan presiden dan penundaan pemilu menjadi gagal.
“Setelah adanya aksi gerakan mahasiswa masif yang menentang segala wacana buruk tersebut. Presiden Jokowi kemudian menegaskan bahwa Pemilu 2024 akan dilaksanakan sesuai jadwa. Untuk itu gerakan mahasiswa harus diberi selamat,” tambahnya.
Ia menyebut gerakan mahasiswa dan anak muda khususnya di Asia Tenggara tercatat mempunyai warna dan corak cosmopolitan.
“Mereka melek teknooogi serta lentur bergerak dan berbeda dengan generasi sebelumnya,” tandasnya.