Empat Level Pembaca Al Qur’an

Pembaca Al Qur'an
Pembaca Al Qur'an
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.idAl-Qur’an adalah kata dalam bahasa Arab yang salah satu maknanya adalah bacaan. Diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “koran”. Sesuai dengan namanya, maka al-Qur’an mestinya menjadi bahan bacaan harian semua orang, karena isinya adalah petunjuk untuk seluruh aspek kehidupan. Dengan membacanya, diharapkan ketetapan yang ada di dalamnya bisa dipahami dan inspirasinya bisa terus digali tanpa henti. Sebab, pengetahuan yang ada di dalam al-Qur’an tidak akan pernah habis walaupun ditulis dengan menggunakan tinta sebanyak samudera yang dilipatgandakan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Al-Qur’an menjadi nama kitab suci terakhir Allah pasti juga dimaksudkan untuk memberikan dorongan agar semua orang membacanya. Nama ini akan membuat semua orang yang memahaminya termotivasi untuk membaca sebanyak-banyaknya. Sebab di dalamnya terdapat kumpulan ketetapan yang menjadi panduan praktis dari yang menciptakan dan karena itu memiliki alam semsta. Apalagi membacanya menjadi ibadah dan setiap hurufnya mendatangkan pahala.

Para pembaca al-Qur’an bisa dikelompokkan menjadi setidaknya empat tingkatan yaitu:

Pertama, level super khusus (khawwash al-khawwash), yaitu mereka yang menjadikan hampir semua waktunya digunakan untuk membaca al-Qur’an, sampai-sampai bisa melakukan satu kali khataman dalam sehari, bahkan bisa dua kali. Banyak ulama’ yang menginformasikan bahwa terdapat tidak sedikit ulama’ yang mencapai level ini. Al-Dzahabi misalnya, di dalam karya monumentalnya, Siyaru A’laam al-Nubalaa’, menjelaskan tokoh-tokoh besar di masa lalu yang mampu melakukannya. Di antara yang dia sebut adalah al-Afifi yang dikatakannya mengkhatamkan al-Qur’an setiap hari di luar bulan Ramadlan dan dua kali setiap hari di bulan Ramadlan. Kemampuan ini dimiliki oleh orang yang memiliki tidak hanya kecerdasan memorial yang super, tetapi juga kefasihan lisan yang jauh di atas rata-rata. Sebab, kemungkinan besar, satu kali khataman dibaca dalam waktu tidak lebih dari 10 jam saja. Untuk memudahkan memahami kecepatan bacaan ini, mungkin analog yang sederhana adalah kecepatan pembalap formula one dibandingkan dengan pengendara motor yang baru saja belajar. Para pembalap juara itu mampu mengendara dengan kecepatan super tinggi dengan tingkat kecelakaan yang rendah.

Kedua, level khusus (al-khawwash), yaitu mereka yang memiliki kebiasaan mengkhatamkan al-Qur’an setidaknya sepekan sekali. Mereka membaca al-Qur’an sebagaimana pembagian yang pernah diberikan oleh Nabi Muhammad saw., sehingga memungkinkan mereka mengkhatamkan al-Qur’an paling lambat sepekan sekali. Sebagaimana informasi yang disampaikan oleh para sahabat, Nabi Muhammad pernah membagi al-Qur’an untuk dibaca setiap hari sesuai dengan urutan, yaitu: tiga (al-Baqarah-al-Nisa’), lima (al-Maidah-al-Taubah), tujuh (Yunus-al-Nahl), sembilan (al-Isra’-al-Furqan),sebelas (al-Syu’ara’-Yasin), tiga belas (al-Shaaffaat-al-Hujurat), dan surat-surat mufashshal (HR. Abu Daud).

Ketiga, level awam berupa one day one juz dengan menggunakan pembagian juz sebagaimana yang ada sekarang. Al-Qur’an cetakan kerajaan Arab Saudi atau yang biasanya digunakan oleh para penghafal al-Qur’an sekarang menggunakan pembagian ini yang telah ditulis setiap juz 20 halaman. Pembagian ini secara praktis bertujuan agar al-Qur’an bisa khatam dibaca setidaknya sekali dalam sebulan. Dan ini pernah direkomendasikan oleh Nabi. Namun, Abdullah Bin Umar menyatakan bahwa ia bisa melakukan lebih dari itu. Maka Rasulullah merekomendasikan untuk mengkhatamkan dalam sepekan dan menyarankan tidak lebih banyak dari itu. Namun, pembagian menjadi 30 juz yang ada sekarang, karena berdasarkan pembagian secara rata, menyebabkan ada beberapa rangkaian ayat yang antara satu dengan yang lain sangat berhubungan, menjadi terputus atau terpisah. Di antaranya bahkan bisa menyebabkan distorsi pemahaman. Yang nampak sekali ada pada akhir juz 4 ke juz 5, juz 6 ke juz 7, juz 8 ke juz 9, juz 18 ke juz 19, juz 19 ke juz 20, juz 21 ke juz 22, dan juz 26 ke juz 27. Karena itu, pembaca awam dari kalangan non-Arab sebaiknya juga membaca terjemahnya, agar mengetahui di mana sebaiknya mereka menghentikan bacaan jika sudah membaca satu juz.

Keempat, level minimalis. Mereka adalah golongan pembaca al-Qur’an tetapi tidak bisa membaca huruf Arab walaupun memiliki akses kepada material al-Qur’an yang sudah tertulis. Mereka hanya membaca ayat-ayat atau surat-surat tertentu yang mereka telah hafal. Dan dorongan agar bacaan mereka juga bernilai satu khataman membuat seorang ulama’ membuat formula tertentu yang dianggap bisa memenuhi itu. Di antaranya adalah tahlilan. Formula bacaan dalam tahlilan, di antaranya adalah ayat-ayat dimulai al-Fatihah, dilanjutkan satu halaman surat al-Baqarah, lalu lompat ke ayat kursi di halaman pertama juz 3 dan langsung “lompat jauh” ke surat al-Ikhlash yang dibaca tiga kali sampai al-Naas. Surat al-Ikhlash dibaca tiga kali karena ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menyamakan nilai tiga kali bacaan al-Ikhlash sudah sama dengan bacaan seluruh al-Qur’an, walaupun banyak ulama’ yang menganggap bahwa ini adalah dla’if.

Umat Islam harus selalu berusaha untuk meningkatkan level bacaan untuk mencapai level tertinggi. Pengulangan bacaan bukan berarti sekedar mengulang dan tidak berguna. Sebab, al-Qur’an adalah bacaan yang mampu memberikan pemahaman dan inspirasi baru yang bisa membuat pembacanya memiliki cakrawala yang jauh lebih luas. Karena itu, makin dibaca, al-Qur’an akan memberikan wawasan yang lebih luas, khazanah pemahaman yang lebih banyak, dan visi yang lebih jauh. Dengan semuanya itu, maka al-Qur’an akan menghasilkan formula yang sangat penting karena sangat diperlukan dalam kehidupan keseharian, baik dalam konteks individu, masyarakat, maupun negara. Memahaminya dengan baik, sehingga menjadi semakin bulat dan utuh, akan membuat pembacanya terdorong untuk tidak hanya mengerjakannya, tetapi bahkan juga mengajarkan dan memperjuangkannya agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan bersama. Wallahu a’lam bi al-shawab.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *