Gus Baha: Perlu Ikhtiar Untuk Mendapatkan Lailatul Qadar, Lakukan Persiapan Untuk Mendapatkannya

Mendapatkan Lailatul Qadar
Gus baha dan quraish shihab
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Tak terasa kita satu hari lagi akan memasuki 10 Hari Ketiga Ramadan 1443 H/ Ramadan 2022.

Di Ramadan ini terdapat satu malam istimewa yakni Malam Lailatul Qadar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Malam seribu bulan ini kerap dikaitkan dengan 10 Hari terakhir Ramadan.

Gus Baha mengatakan untuk mencari malam Lailatul Qadar perlu persiapan dan ikhtiar, bukan hanya sekadar menunggu.

Adapun Lailatul Qadar adalah malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan.

Untuk mendapat keistimewaan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu, orang berbondong-bondong meningkatkan ibadah.

Konon, Lailatul Qadar bakal datang pada malam-malam ganjil di 10 hari Ramadan.

Namun, Lailatul Qadar tetaplah malam yang dirahasiakan Allah SWT soal kapan turunnya.

Dalam pencarian Lailatul Qadar, Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA, Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, mengutarakan pendapatnya.

Menurutnya, meskipun Lailatul Qadar disebut hanya turun sehari, kebaikan tak boleh terbatas akan hal itu.

Dengan demikian, ibadah tetaplah baik dilakukan kapan saja.

“Ibadah itu nggak ada ruginya, mau dapat lailatul Qadar maupun nggak,” kata Gus Baha.

Hal itu ia sampaikan saat berbincang dengan ahli tafsir, Quraish Shihab dan Najwa Shihab.

Perbincangan itu terekam dalam video yang tayang di kanal YouTube Najwa Shihab, Minggu (2/5/2021).

Perlu Persiapan dan Ikhtiar

Lebih lanjut, Gus Baha mengatakan bahwa untuk mencari Lailatul Qadar dibutuhkan persiapan.

“Di mana-mana yang namanya mencari itu ya ada persiapannya. Terkadang kita tidak persiapan, tapi merasa mencari.

Kalau tidak ada persiapan, namanya penunggu. Bukan pencari,” kata Gus Baha.

Ia pun mengungkapkan sebuah kisah tentang Imam Syafi’i yang ditanyai kenapa tayamum di padang sahara harus mencari air dulu.

“Kan sudah karuan tidak ada air, kenapa harus mencari air dahulu baru sah tayamum sebagai pengganti air,” kata Gus Baha.

Imam Syafi’i saat itu menjawab, seseorang yang tidak pernah mencari tidak bisa dikatakan tidak menemukan.

“Sama, di mana-mana mencari itu ada ikhtiar,” tutur kyai Nahdlatul Ulama itu.

Ia menambahkan bahwa bagi orang yang meyakini Lailatul Qadar turun pada tanggal di atas 20 Ramadan, semestinya tidak menafikan persiapan dilakukan sejak 1 Ramadan.

Lailatul Qadar sebagai Tamu Agung

Sebelumnya, Quraish Shihab menganalogikan Lailatul Qadar sebagai ‘tamu agung’ yang datang pada Ramadan.

“Abi ada beri contoh, ilustrasi, Lailatul Qadar itu tamu agung, ia tak akan berkunjung ke suatu rumah, atau mengunjungi seseorang, kalau dia tidak yakin bahwa orang ini siap menyambutnya dengn baik,” ungkap Quraish Shihab.

Meunurut ayahanda Najwa Shihab itu, orang yang ingin dikunjungi Lailatul Qadar hendaknya siap.

“Orang yang dikunjungi Lailatul Qadar adalah orang yang siap untuk dikunjungi. Persiapan itu selama ini terkadang terlambat,” ungkapnya.

Banyak orang yang baru mempersiapkan diri untuk menanti Lailatul Qadar pada malam 27 Ramadan.

Padahal, menurut Quraish semestinya persiapan itu dilakukan jauh-jauh sebelumnya.

“Jadi ada ungkapan, bulan Rajab itu bulan menanam, bulan Syaban itu bulan menyiram, bulan Ramadan itu bulan panen,” tutur Quraish Shihab.

Ia mengatakan bahwa lebih suka membicarakan Lailatul Qadar saat sebelum tiba Ramadan.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *