Memanas! Emmanuel Macron: Larangan Jilbab Le Pen Bisa Memicu Perang Saudara

Larangan Jilbab Le Pen
Presiden Prancis sekaligus calon petahana Emmanuel Macron
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Presiden Prancis sekaligus calon petahana Emmanuel Macron mengecam penantangnya Marine Le Pen yang berhaluan sayap kanan. Macron mengecam Le Pen yang ingin melucuti hak perempuan Muslim di Prancis untuk memakai Jilbab di depan umum.

Kecaman itu disampaikan Macron pada satu-satunya konfrontasi terakhir debat calon presiden (capres), sebelum pemungutan suara putaran kedua yang berlangsung Minggu (24/4).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Macron dengan tegas mengatakan larangan simbol agama di publik, termasuk hijab yang direncanakan Le Pen akan memicu perang saudara di Prancis sebagai negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat.

“Kita tidak boleh terbiasa dengan munculnya ide-ide sayap kanan,” kata Macron.

Sementara Le Pen menggunakan kampanye besar terakhirnya untuk menuduh Macron arogan, baik dalam debat maupun dalam kepresidenannya.

Le Pen mengatakan kepresidenan Macron telah membuat Prancis terpecah. Dia berulang kali merujuk pada apa yang disebut gerakan protes “rompi kuning” yang mengguncang pemerintahannya sebelum pandemi Covid-19 dan demonstrasi kekerasan yang terjadi selama berbulan-bulan terhadap kebijakan ekonomi Macron.

“Prancis perlu disatukan kembali,” kata Le Pen.

Debat terakhir itu selesai dengan pertanyaan besar dalam politik dan karakter kedua kandidat yang harus kembali bersaing untuk menjadi Presiden Prancis, lima tahun setelah Macron dengan mudah mengalahkan Le Pen pada 2017.

Macron unggul lebih dulu pada putaran pertama 10 April. Tetapi Le Pen, telah secara signifikan mempersempit kesenjangan dukungan publik dibandingkan dengan jumlah suara yang dia peroleh pada Pemilu 2017. Kala itu dia kalah dengan 34 persen suara, jauh tertinggal dari perolehan suara Macron sebesar 66 persen.

Jajak pendapat seperti yang dikutip AP menunjukkan Macron, memiliki keunggulan yang meningkat atas Le Pen. Namun, perolehan suara keduanya diperkirakan akan lebih dekat daripada lima tahun yang lalu.

Kini kedua kandidat sedang berusaha meraup suara para pemilih yang tidak mendukung mereka dalam putaran pertama pemilihan pada 10 April.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *