Seandainya Muhammadiyah dan NU Saling Mengalah

Muhammadiyah dan NU
Muhammadiyah dan NU
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Saya punya usul menarik agar selisih Ramadan dan Syawal bisa diredam: tahun ganjil diserahkan NU merukyat, tahun genap diserahkan Muhammadiyah menghisab. Saat imamnya dari NU subuhnya pakai qunut. Ketika yang Muhammadiyah menjadi imam zikirnya dibaca pelan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya pikir jalan tengah terbaik untuk meminimalkan berbagai ikhtilaf.

Bersatunya umat Islam hanya mimpi bahkan selisih terus menjadi-jadi. Paket selisih Ramadan terus mengemuka: Selisih awal bulan Ramadan, jumlah rakaat tarawih, Lailatul Qadar, zakat fitrah, hingga kapan satu Syawal, diakhiri dengan selisih tentang ketupat halalbihalal.

Benarkah Umat Islam ditakdirkan terus berselisih ironis meski menyandang agama sempurna tapi justru umatnya tak bisa berhenti bertengkar. Selisih awal Ramadan misalnya terus merebak seakan tak bisa diredam meski berbagai alternatif ditawarkan.

Seakan tak bisa lagi membedakan mana yang fardhu dan mana yang sunah sesuatu yang terus dipertengkarkan meski tak cukup penting amat. Tak ada yang mau mengalah. Semua merasa paling benar dan terus merendahkan karena beda pandangan dan manhaj.

Al-Quran saja tidak bisa menyatukan apalagi kalender global bikinan manusia. Kuncinya bukan pada kelender global atau rumus hitung yang disepakati, tapi saling mengalah.

Sederhana: saling mengalah. Saling mempersilakan, bukan saling mendahului, kemudian saling menghakimi. Ini soal sederhana yang dibuat rumit.

“… dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” Al Hasyr 9.

Saling mengalah dan mendahulukan adalah kunci Muhajirin dan Anshor bisa menyatu. Kemudian menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang memajukan dan mengalahkan semua musuh. Sebab saling menghargai dan saling menghormati hanya klise.

Seketika konflik mereda ketika Abu Bakar berkata penuh semangat: kamilah (Muhajirin) para amir sedang tuan tuan (Anshar) adalah wazir.

Habib Umar bin Hafidh berkata:

“Jika para ulama saja lemah dalam usaha tolong-menolong di antara sesama ulama, maka untuk memperbaiki umat akan semakin lemah.”

Mengedepankan kepentingan umat Islam dan saling mengalah dan mendahulukan kelompok lain, itulah nasihat Al-Qur’an. (*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *