BPS Laporkan Ekonomi RI Tumbuh, Neraca Perdagangan Surplus USD 9,33 Miliar

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen secara year on year (YoY). BPS juga mencatat surplus neraca perdagangan mencapai USD 9,33 miliar.

“Tingginya angka pertumbuhan ekonomi pada Q1 2022, selain karena pulihnya aktivitas ekonomi masyarakat, faktor lain juga karena low base effect pada Q1 2021 dimana ekonomi Indonesia pada Q1 2021 itu terkontraksi 0,70 persen,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam rilis resmi BPS di Jakarta, Senin(9/5/2022).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dia juga melaporkan bahwa neraca perdagangan pada Q1 2022 mengalami surplus USD9,33 miliar. Beberapa komoditas unggulan ekspor Indonesia mengalami peningkatan harga pada Q1 2022, antara lain CPO, batu bara, minyak mentah, timah, tembaga, dan nikel.

“Tak hanya itu, aktivitas produksi, konsumsi, dan investasi di Q1 2022 meningkat secara yoy,” ujar Margo.

Adapun nilai PDB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp4,513 triliun, dan nilai PDB atas dasar harga konstan adalah sebesar Rp2,819 triliun di Q1 2022.

Dia mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang Indonesia pada Q1 2022 seperti China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Taiwan, dan Uni Eropa juga menunjukkan pertumbuhan positif. Bahkan, angka pertumbuhan ekonomi China dan Uni Eropa lebih tinggi di Q1 2022 dibandingkan Q4 2021.

“Jadi, mitra dagang kita sepanjang kuartal I 2022 ini tumbuh positif, dan ada dua negara yang pertumbuhannya melebihi pertumbuhan di Q4 2021,” tambahnya.

Dengan adanya ketegangan konflik antara Rusia-Ukraina dan dampaknya terhadap global, terutama peningkatan harga komoditas pangan dan energi, maka IMF pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global secara signifikan. Sebelumnya, pada tahun 2022 IMF memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh 4,4 persen, namun dengan mengikuti perkembangan terkini, merevisi angkanya menjadi 3,6 persen.

“Proyeksi inflasi negara maju yang tadinya 3,9 persen meningkat menjadi 5,7 persen. Sementara inflasi pada negara berkembang yang semula 5,9 persen menjadi 8,7 persen,” ungkap Margo.

Dia mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan proyeksi perkembangan inflasi pada negara maju dan berkembang perlu mendapatkan antisipasi dari pemerintah Indonesia tentang bagaimana mengelola ekonomi di Q2 2022.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *