Sejarah Tumbangnya Orde Baru Hari ini 21 Mei, Kisah Soeharto Lengser dari Jabatan Presiden

Kisah Soeharto Lengser
Kisah Soeharto Lengser
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Kisah Soeharto lengser mengundurkan diri dari jabatan sebagai Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998

Tepat hari ini 21 Mei, terdapat sejarah lengsernya Presiden RI ke 2 yakni Soeharto.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Setelah 30 tahun lebih menjabat sebagai Presiden Indonesia, pada peristiwa lengsernya maka menandai tumbangnya Orde Baru.

Peristiwa lengsernya Soeharto terjadi pada 21 Mei 1998.

Setidaknya 24 tahun yang lalu, peristiwa tersebut menjadi catatan sejarah penting bagi Indonesia.

Karena desakan aksi protes mahasiswa, Soeharto akhirnya mengundurkan diri dari jabatan presiden.

Pengunduran diri Soeharto itu juga menandai runtuhnya pemerintahan Orde Baru, sekaligus mulainya era Reformasi.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini kilas balik lengsernya Soeharto bersama Orde Baru-nya.

Orde Baru Berkuasa Selama 32 Tahun

Pada mulanya, Soeharto secara perlahan menurunkan Presiden Soekarno, Proklamator Kemerdekaan RI, melalui Surat Perintah 11 Maret 1966.

Sebagai informasi, Soeharto resmi menjadi presiden ke-2 Indonesia menggantikan Soekarno pada 26 Maret 1968.

Ia dinyatakan sebagai presiden penuh untuk memimpin Indonesia melalui musyawarah pleno ke-IV MPRS (Majelis Permsusyawaratan Rakyat Sementara).

Pada 27 Maret 1968, Soeharto menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden.

Pemerintahan di bawah kepemimpinan Soeharto kemudian disebut dengan Orde Baru.

Dengan mundurnya Soeharto sebagai presiden pada 21 Mei 1998, berarti ia telah memegang kekuasaan selama 32 tahun.

Gejolak Mahasiswa

Mundurnya Soeharto dari tampuk kekuasaan juga diwarnai oleh gejolak mahasiswa.

Sejak 18 Mei 1998, puluhan ribu mahasiswa dari banyak perguruan tinggi berhasil menduduki Gedung DPR dan MPR.

Mereka bukan saja memadati pelataran DPR, tetapi juga menaiki kubah gedung, memenuhi taman-taman, lorong-lorong maupun ruangan lobi.

Ini merupakan demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan mahasiswa selama 30 tahun terakhir.

Sebagai informasi, aksi unjuk rasa mahasiswa ini berlangsung sejak Maret 1998, ketika Soeharto terpilih kembali menjadi presiden.

Meskipun sempat menyatakan untuk tidak dicalonkan kembali sebagai Presiden pada periode 1998–2003, terutama pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap memastikan ia terpilih kembali oleh parlemen untuk ketujuh kalinya di Maret 1998.

Kala itu, Soeharto pun mengundang sederet tokoh ke Istana Negara.

Mereka yakni Nucholish Madjid atau Cak Nur, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Emha Ainun Nadjib, Ali Yafie, Cholil Baidowi, Malik Fadjar, Achmad Bagdja, Sumarsono, dan Ma’aruf Amin.

Yusril Ihza Mahendra turut hadir, mengikuti ajakan Cak Nur, sebagai ahli tata negara.

Menjawab desakan mahasiswa, Soeharto bermaksud membentuk Komite Reformasi, yang hadir berdampingan dengan Kabinet Reformasi.

Tokoh-tokoh itu diminta menjadi anggota Komite Reformasi, tetapi mereka menolak.

Mundur sebagai Presiden, Digantikan oleh BJ Habibie

Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia.

Pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh Wakil Presiden kala itu, BJ Habibie.

Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM.

Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.

Pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto membacakan pidato terakhirnya untuk mundur sebagai Presiden Indonesia.

“Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, kamis 21 Mei 1998,” kata Soeharto dalam pidatonya di Istana Merdeka Jakarta, yang disiarkan secara nasional melalui televisi dan radio.

“Sesuai dengan Pasal 8 UUD 45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof H BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003,” lanjutnya.

Para pendemo yang telah menduduki Gedung DPR dan MPR pun bersuka cita atas pengunduran diri Soeharto.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *