Kesabaran Berbasis Ilmu Pengetahuan

Kesabaran Berbasis Ilmu Pengetahuan
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Kemampuan menahan diri untuk tetap tenang dan tidak melakukan suatu tindakan (diam) sebagai respons atas sebuah fenomena, sangat erat kaitannya dengan seberapa baik pengetahuan seseorang terhadap fenomena yang sedang disaksikannya. Seorang ahli Bom tetap akan bersikap tenang disaat menemukan bom aktip karena pengetahuan yang dimilikinya tentang seluk beluk cara kerja sebuah bom, dan dengan pengetahuan yang dimilikinya akan berusaha menjinakkan bom tersebut sebelum waktunya meledak. Dan ia melakukan aksinya dengan tetap tenang. Seorang nasabah bank akan tetap tenang menyimpan uang mereka pada suatu bank, jika pengetahuannya tentang kondisi bank tersebut baik-baik saja. Seorang petani yang telah terbiasa memperhatikan pertumbuhan tanamannya dari musim ke musim tanam berikutnya akan tenang setelah melihat gejala pertumbuhan pada tanamannya normal sebagaimana pengetahuannya selama ini, namun akan mengalami kepanikan jika menemukan gejala baru yang belum pernah dilihatnya pada tanamannya pada musim-musim tanam terdahulu. Dan seterusnya, kita dapat menyimpulkan bahwa sikap sabar pada diri seseorang itu erat kaitannya dengan pengetahuan yang mereka miliki. Maka keterbukaan informasi publik (transparansi), merupakan kunci bagi pemerintah yang menghendaki masyarakatnya tetap tenang dan menjalani kehidupan mereka dengan sabar berbasis pengetahuan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dalam Al-Quran, kesabaran ini amat ditekankan. Lalu bagaimana Allah bersikap transparan dengan berbagai ketetapan atau kebijakan publiknya? Allah melakukannya dengan memberikan penjelasan atas segala ciptaan-Nya. Bermula dari proses penciptaan dzat, penciptaan langit dan bumi. Allah merinci tahap demi tahap dari setiap proses penciptaan, penjadian, pemeliharaan, pengawasan atas segala ciptaan-Nya. Allah memberitahukan tahap demi tahap, fase demi fase dari setiap sesuatu. Terbuat dari apa diri mereka, apa tujuan mereka diciptakan, serta bagaimana Allah mencapai tujuan penciptaan-Nya tersebut, bagaimana memeliharanya tetap dalam orientasi dan tujuan yang ingin di capai. Bagaimana akhir keberadaan mereka di kehidupan ini, hingga memasuki pintu kematian bagi keberlangsungan kehidupan berikutnya. Semua Allah telah jelaskan secara detail dalam Al-Quran, lalu memerintahkan manusia memperhatikan setiap detail dari tahap demi tahap, fase demi fase tersebut agar mereka menyesuaikan tindakan seperti apa yang mesti mereka lakukan. Agar dengan itu mereka selamat mencapai tujuan, serta tidak menyebabkan rusaknya sistem atau tatanan yang telah Allah tetapkan. Sekalipun tentu saja Allah memiliki kemampuan, kuasa untuk memperbaiki sistem yang di rusak manusia, namun tetap saja manusia mesti diingatkan agar tidak merusak sistem itu, karena akan berdampak buruk bagi manusia. Dan selama proses perbaikan, tentu saja akan memperlambat laju pencapain manusia dalam membangun peradabannya.

Mereka yang mempelajari, melakukan pengamatan secara saksama atas evolusi penciptaan langit dan bumi, tahapan dan fase-fase penjadiannya, mereka itulah yang memperoleh pengetahuan mendalam. Dan mereka itulah yang akan memperoleh ketenangan atas aneka fenomena alam, maupun aneka prilaku makhluk hidup yang sedang berlangsung. Dan mereka itulah yang meraih kesabaran. Allah bersama orang-orang yang sabar, karena orang yang sabar itu telah mematuhi apa yang Allah anjurkan untuk dilakukan dengan mengikuti fase demi fase penciptaan, penjadian, pemeliharaan dan pengawasan yang telah Allah tetapkan.

Demikianlah kenapa pada masyarakat yang mengalami perkembangan sains lebih tenang berhadapan dengan fenomena-fenomena alam semesta dibanding dengan masyarakat yang belum tersentuh sains secara lebih baik.

Keterbukaan, transparansi publik berbasis informasi yang detail, mudah dipahami, jelas tahapan, fase yang akan ditempuh itulah yang amat penting dalam mendorong sikap sabar yang produktif di dalam masyarakat. Sebaliknya ketertutupan informasi, tipu-tipu, tidak jelasnya detail dari tahapan yang akan ditempu melalui suatu kebijakan publik hanya akan mendorong sikap dan prilaku tidak sabar dalam masyarakat disebabkan karena ketiadaan pengetahuan terhadap sebuah kebijakan publik.

Misalnya tentang PLt Kepala Daerah, sudah seyogyanya Mendagri lebih transparan dengan menunjukkan Juklak dan Juknis proses pengangkatan Plt Kepala Daerah, sebagaina yang telah pula di perintahkan oleh Mahkamah Konstitusi. Demikian halnya dalam urusan minyak goreng. Tentu rencana Luhut Panjaitan (Menko Investasi dan Kemaritiman) yang akan melakukan audit terhadap seluruh perusahaan sawit patut dismbut secara luas. Namun Pak Luhut harus transparan dalam pelaksanaannya. Jangan sampai tiadanya transparansi memantik prasangka seolah itu hanya upaya menjadikan para pengusaha sawit sebagai “ATM” untuk menghadapi Pilpres 2024. Seperti Mendagri yang karena proses Plt Kada tidak transparan, sehingga kuat kesan bahwa PLt Kada ini bagian dari pembentukan timses capres 2024. Demikian pula dengan berbagai kebijakan publik lainnya yang tentu para pembaca bisa tambahkan sendiri contoh-contohnya.

Sekali lagi kesabaran itu berbasis pada penguasaan ilmu pengetahuan. Dan dengan demikian sabar itu bersifat aktif bukan passif. Yakni aktif dalam mengikuti fase demi fase, tahap demi tahap dari apa yang telah Allah rencanakan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *