Kisah Perjalanan Haji Wada’ Nabi Muhammad SAW dan Umatnya

Perjalanan Haji Wada’
Perjalanan Haji Wada’
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.idHaji Wada’ merupakan haji yang pertama dan terakhir kali dilakukan oleh Rasulullah SAW usai diutus menjadi nabi. Beliau menyampaikan dakwah Islam kepada umat manusia sekaligus dengan praktiknya, termasuk ibadah haji.

Haji Wada’ dilakukan Rasulullah SAW tepatnya pada bulan Dzulqa’dah tahun 10 hijriah. Pada saat itu sekitar 100.000 sampai 114.000 kaum Musim dari seluruh jazirah Arab turut serta bersama Nabi Muhammad SAW melaksanakan haji Wada’.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Peristiwa Haji Wada’ merupakan pertanda disyariatkannya ibadah haji bagi kaum Muslim. Tak hanya itu, pelaksanaan Haji Wada’ tersebut juga sebagai pertanda bahwa usia Nabi Muhammad SAW tidak akan lama lagi.

Pada saat itu banyak kaum Muslim yang merasakan akan adanya perpisahan yang megharukan. Sehingga banyak dari mereka menangis ketika mendengarkan khutbah dari Rasulullah SAW. Terdapat kisah yang mengharukan di balik Haji Wada’ yang rupanya menjadi tanda perpisahan Rasulullah SAW dengan umatnya.

Kisah Haji Wada’ bermula ketika Nabi Muhammad SAW menunaikan ibadah haji bersama istri-istrinya pada 25 Zulka’dah, akhir tahun 10 Hijriyah. Rasulullah SAW berangkat setelah menjalankan Sholat Dzuhur dan diikuti oleh 90 ribu hingga 114 ribu jamaah. Mereka bersama-sama menuju Tanah Suci dengan kegembiraan. s

Tiba di Dzul Hulaifa, tepatnya sebelum ashar, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin bermalam selama satu hari. Esok harinya, Nabi Muhammad SAW mengenakan pakaian ihram, yang diikuti oleh kaum muslim lainnya.

Delapan hari perjalanan, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tiba di Mekah. Beliau melaksanakan thawaf, kemudian sa’i antara Shafa dan Marwa. Lalu pada 8 Zulhijjah, Nabi Muhammad SAW berangkat menuju Mina dan bermalam di sana. Usai matahari terbit keesokan harinya, Nabi SAW beserta rombongan menuju Padang Arafah. Di sanalah Rasulullah SAW menyampaikan khutbahnya.

Setelah selesai khutbah, Nabi kemudian mencukur rambutnya dan berangkat menuju Mekah untuk melaksanakan tawaf ifadah dan juga sholat dzuhur. Saat itu Nabi Muhammad SAW juga meminum air zam-zam, dan kemudian kembali dan bermalam di Mina.

Pada 11 Dhulhijah, tepatnya ketika matahari mulai ke barat, beliau SAW melontar jumrah di jamarat. Di sinilah Rasulullah SAW kembali menyampaikan khutbahnya. Setelah dari Mina, kemudian melaksanakan thawaf wada’ di Baitullah dan melanjutkan perjalanan ke Madinah. Berakhirlah perjalanan haji Rasulullah SAW , sebab tiga bulan kemudian beliau wafat.

Istilah Wada’ memiliki arti perpisahan. Hal ini lantaran tiga bulan pasca pelaksanaan Haji Wada‘, Rasulullah SAW tutup usia. Disebut juga Haji Balagh, sebab Nabi Muhammad SAW menyampaikan syariat haji dengan perkataan sekaligus perbuatan.

Banyak pendapat yang menyebutkan jumlah jamaah yang ikut melaksanakan haji pada saat itu. Menurut Abul Hasan An-Nadawi, jumlah jamaah yang ikut haji bersama Rasulullah mencapai 100 ribu orang. Namun menurut Musthafa As-Siba’i, jamaah yang ikut sebanyak 114 ribu orang. Perbedaan jumlah semacam ini wajar dalam catatan sejarah. Yang pasti, jumlah ini menunjukkan bahwa saat itu kaum Muslim dari seluruh penjuru Jazirah Arab membludak mendatangi Tanah Suci Mekah untuk haji bersama Rasulullah.

Jumlah tersebut merupakan pencapaian dakwah Rasulullah SAW selama 23 tahun yang luar biasa. Beliau SAW berhasil membuat masyarakat secara sukarela memeluk agama Islam. Padahal sebelumnya mereka adalah pemeluk agama nenek moyang yang fanatik.

Pada saat Haji Wada’ tersebut, Allah SWTt menurunkan wahyu yang terakhir kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu ini turun dan disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam khutbah ibadah wukuf di Padang Arafah.

Ayat yang turun adalah Surat Al Maidah ayat 3:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya:

” Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Mendengar wahyu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagian sahabat merasakan keharuan yang luar biasa hingga menangis. Mereka merasakan akan ada perpisahan yang tak bisa terelakkan.

Salah satu di antaranya adalah Sahabat Umar bin al-Khattab. Seolah mereka paham bahwa usia Rasulullah tidak akan lama lagi.

Saat Umar ditanya: “ Apa yang membuatmu menangis?” Umar menjawab: “ Sesungguhnya, tidak ada kesempurnaan, kecuali setelahnya ada kekurangan.”

Ucapan Umar bin Khatab tersebut menegaskan bahwa Islam telah sempurna, sehingga selesai sudah tugas Rasulullah SAW untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya.

Kata ‘kekurangan’ yang dimaksud adalah kepergian Rasulullah SAW menghadap Sang Pencipta.

Ketika Haji Wada’, Nabi Muhammad SAW mencontohkan langsung kepada kaum Muslim yang turut serta bagaimana proses haji dari awal sampai selesai, mulai dari bacaan, syarat, rukun, dan semua hal yang berkaitan dengan ibadah haji.

Rasulullah SAW bersabda:

لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّي لاَ أَدْرِي لَعَلِّي لاَ أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ

Artinya:

“ Ambillah manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim).

Selain mencontohkan haji, hadits tersebut juga mengindikasikan akan suatu perpisahan, karena tidak lama setelah itu Rasulullah SAW tutup usia. Inilah mengapa Haji Wada’ disebut sebagai haji perpisahan.

Pada saat Haji Wada’, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah panjang yang menggetarkan hati jemaah. Dirangkum dari Sirah Nabawiyah karya As-Siba’i seperti dikutip Dream dari laman NU Online, poin khutbah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

  • Haram membunuh dan mengambil harta yang bukan haknya.
  • Haram melakukan praktik riba.
  • Perintah untuk memenuhi hak-hak istri.
  • Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadis.
  • Mempererat tali persaudaraan sesama umat Muslim.

Itulah penjelasan tentang Haji Wada’ dan kisah mengharukan di baliknya. Membaca kisah tersebut bisa membuat kita seakan kembali pada masa itu di mana Rasulullah SAW dan kaum Muslim dengan suka cita berjalan menuju Tanah Suci Mekah berhari-hari lamanya.

Sebagian dari kita yang membaca kisah tersebut mungkin juga akan merasakan keharuan yang luar biasa ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikan wahyu Tuhan yang terakhir diterimanya. Semoga kita semua berkesempatan menjalankan ibadah haji dan diakui sebagai umat Nabi Muhammad SAW.

 

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *