Sedekah dan Haji

Sedekah dan Haji
Sedekah dan Haji
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum, begitu bunya undang-undang nomor 23 tahun 2011.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Tetapi, jika kita merujuk pada Al-Qur’an, hadis, dan pendapat para ulama, maka terminologi sedekah sering dipakai dengan maksud zakat. Bahkan perintah untuk mengambil harta orang Islam dengan sukarela maupun paksaan justru menggunakan kata ‘shadaqah’ (QS. At-Taubah: 103). Demikian pula ketika berbicara masalah pendistribusian zakat kepada al-ashnaf ast-tsamaniyah, atau delalan golongan yang berhak mendapatkan harta zakat, juga menggunakan istilah ‘shadaqaat’ yang merupakan kata jamak (plural) dari ‘shadaqah’ (QS. At-Taubah: 60).

Rasulullah pun demikian, memakai kata ‘shadaqah’ dengan makna zakat. Misalnya hadis yang bersumber dari Aisyah dan dirawikan oleh Al-Bukhari, Ma khalatath ash-shadaqatu maalan qaththun illa afsadathu, sesungguhnya jika harta kekayaan bercampur dengan harta zakat maka zakat itu akan membinasakan harta tersebut. Karena itu, Imam Al-Mawardi dalam “Al-Ahkam As-Sulthaniyah wal Wilayat ad-Diniyat”, berkata, Sedekah itu adalah zakat, dan zakat itu adalah sedekah, beda nama tapi artinya sama. Ada pula istilah yang menggambungkan kata zakat, infak, sedekh: infak wajib adalah zakat, infak sunnah adalah sedekah, sedekah wajib adalah zakat, sedekah sunnah adalah infak.

Secara bahasa, kata ‘shadaqah’ dalam ilmu morfologi (sharf) terbentuk dari tiga huruf utama yakni, shad, dal, dan qaf. (ص، د، ق ) yang makna asalnya jika ketiga huruf tersebut menyatu adalah “terwujudnya sesuatu oleh sesuatu atau membantu terwujudnya sesuatu itu”. Sebagai contoh, shidaq yang diartikan sebagai mahar yang akan diberika pada calon istri, dengan shidaq itu, akan terwujud sahnya atau terlaksananya pernikahan sebab ada mahar yang diterima disertai ucapan dan keyakinan. Senada dengan pendapat Abu Bakr bin Arabi bahwa kata shadaqah berasal dari kata shidq, benar dalam hubungan dengan jalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan, (Tim Penulis, Fikih Zakat Kontekstual Indonesia, 2018).

Masih dalam kajian anasir sedekah dari aspek bahasa. Kata shadaqa dalam hal berbicara berarti benar, dan ash-siddiq berarti membenarkan ucapan orang lain, dan kata ‘tashaddaqa’ dalam bentuk harta adalah berzakat. Sedangkan bentuk ashdaqa kepada wanita adalah membayar mahar. Perubahan tashrif dalam ilmu sharf (morfologi) dapat menunjukkan makna dalam setiap kasus.

Dipaparkannya semua akar kata shadaq bermaksud untuk menunjukkan perbuatan bersedekah tersebut, bahwa orang yang yakin adanya hari kebangkitan, negeri akhirat merupakan tujuan (destination) dan dunia adalah jembatan menuju ke sana, dan sekaligus gerbang kejahatan dan kebaikan, maka setiap orang akan berusaha berkorban untuk menggapai tujuan utamanya, akhirat. Tapi ada pula sebaliknya, kikir pada kebaikan, bahkan orang kafir justru bersedekah di jalan setan agar ‘liyashuddu an sabilillah’ menghalangi orang lain untuk beriman dan beramal shaleh di jalan Allah, (QS. Al-Anfal: 36).

Menariknya, Allah menggabungkan kata ‘memberi’ dan membenarkan’, lalu ‘kikir dan dusta’. Firman-Nya dalam Surah Al-Lail: 5-10, “Dan ada pun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa serta membenarkan adanya pahala yang terbaik [surga], maka Kami akan memudahkan baginya jalan menuju kemudahan [kebahagiaan]. Dan ada pun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup [tidak butuh pertolongan Allah] serta mendustakan pahala yang terbaik, maka Kami akan mudahkan jalan kepada kesengsaraan.

Maka bernarlah sabda Rasul bahwa, “Ash-Shadaqatu burhaan”, Sedekah pada prinsipnya adalah bukti akan keimanan seseorang. Sedekah atau zakat akan menjadi saksi bagi pemilik harta bahwa ia adalah orang yang memiliki keimanan yang benar. Lalu, apa relasinya dengan haji? Ikuti saya.

Ibadah Haji

Tersebutlah kisah dari KH. Drs. Mardan, Pengasuh Muhammadiyah Boarding School (MBS) Enrekang, juga salah satu Pimpinan Daerah Muhammadiyah Enrekang, sekaligus Imam Masjid Taqwa Muhammadiyah, masjid yang menjadi ikon Bumi Massenrempulu.

Saat itu, Ustadz Mardan, demikian sapaan akrabnya, menunaikan ibadah haji pada tahun 2019, haji terakhir sebelum covid-19 melanda dunia. Ketika jamaah asal Enrekang diberangkatkan ke Asrama Haji Sudiang, Embarkasi Makassar. Sesampainya di Asrama Haji, tetiba ada salah seorang jamaah bermasalah. Kopernya tetiba terburai, koper itu memuntahkan seluruh isinya, seakan tidak ingin pakaian dan apa pun ada di dalamnya. Pemilik koper itu, sebut saja namanya Ibu Hajjah karena saat ini sudah berhaji.

Maaf ini Ibu, saya mau tanya, sebelum saya bereskan ini koper. Apa profesi Ibu selama ini? Tanya Ustadz Mardan. “Saya pedagang, Uatadz!” Jawabnya singkat. “Maaf, Apakah selama ini ketika kita berdagang sering tidak jujur atau berbohong pada pelanggan?”, Tanya Ustadz Mardan kembali. “Iya, sering agar untung banyak dan berlipat-lipat,” jawabnya jujur. “Maafkan saya Ibu, tolong sebelum kita berangkat ke Tanah Suci, sucikan diri, hati, dan niat. Mulai sekarang Ibu bertaubat atas dosa-dosa yang pernah diperbuat, istigfar sebanyak-banyaknya, semoga Allah ampuni dosa Ibu dan memudahkan perjalanan kita ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji,”. Ujar Ustadz Mardan. Setelah itu isi koper kembali disusun dan perjalanan lancar sampai di Makkah Al-Mukarramah.

Sesampai di Tanah Suci, ketika segenap umat Islam berkumpul di sana memenuhi panggilan Allah, berseru, Labbaika Allahumma Labbaika, Ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang! Ibu yang tadi kopernya terburai di Makassar, kini kembali bermasalah, terkena sakit perut akut secara tiba-tiba, dan belum bisa ditangani oleh tenaga medis. Jamaah lain melihat situasi seperti itu, kembali minta tolong pada Ustadz Mardan. Setelah melihat keadaannya, Ustadz Mardan bertanya kepada Ibu Hajjah, Apakah selama ini, rajin bersedekah? Karena dalam ajaran agama kita, sedekah bisa mempermudah urusan dan bahkan menyembuhkan penyakit! Demikian pertanyaan dan nasehat Ustadz Mardan. Mendengar begitu, Ibu Hajjah menjawab bahwa dirinya jarang bersedekah. Mendengar pengakuannya, Ustadz Mardan meminta agar Ibu itu bersedekah, caranya, telpon saja keluarga di Indonesia, minta tolong agar bersedekah atas namanya, bisa sedekahnya dibawa ke panti asuhan. Segenap nasihat tersebut dituntaskan dengan sigap dengan harapan penyakit sakit perutnya segera diangkat. Dan benar saja, setelah didoakan dengan ruqyah, ada perubahan, perlahan sakit perutnya berkurang.

Tidak begitu lama, laporan kembali datang pada Ustadz Mardan. Katanya Ibu Hajjah masih sakit perutnya, walau sudah berkurang, tetapi sakitnya masih terasa dan belum hilang. Ketika Ustadz Mardan melihat kondisi Ibu Hajjah, kembai ia bertanya, Apakah terasa perubahan setelah bersedekah? Dan dia mengiyakan. “Nasehat saya, kalau ingin sembuh total, coba kembali bersedekah, sepertinya sedekah tadi jumlahnya belum cukup untuk menghilangkan rasa sakit ini, semoga jika kembali bersedekah sakit ibu akan hilang, insya Allah!”.

Dan, benar saja, ketika bersedekah, dengan izin Allah penyakitnya hilang sama sekali. Menunaikan segenap rukun haji dengan sempurna, lalu pulang membawa haji mabrur. Bahkan Ibu Hajjaj yang saya kisahkan ini, sudah tertib membayar zakat penghasilan, baik perdagangan maupun pertanian, dan beberapa kali saya yang menerima zakatnya. Dia merasa dengan berzakat dan bersedekah hartanya makin berkah dan bertambah serta hidupnya makin nyaman dan bahagia.

Sedekah memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagaimana sabda Nabi dalam kitab Shahihul Jami’ yang disahihkan oleh Al-Albani, Dawuu mardhakum bis-shadaqah, Obatilah orang sakit kalian dengan bersedekah.

Menunaikan ibadah haji adalah keinginan setiap muslim, dan tidak semua mampu menegakkan rukun Islam kelima itu. Dan bagi mereka yang ditakdirkan berangkat tahun ini, maka sebuah karunia besar. Tentu banyaknya jamaah yang datang dari penjuru dunia, diperkirakan lebih satu juta manusia, berkumpul di satu titik, dan masing-masing harus mengurus diri sendiri, kecuali yang menyewa pembantu, kondisi demikian dipastikan akan menemukan banyak kendala dan masalah.

Nah, sedekah adalah salah satu wadah memuluskan perjalanan ibadah haji. ‘Fa amma man a’tha wat taqa wa shaddaqa bil husna fasanuyassiruhu lill yusra. Siapa yang rajin memberikan hartanya di jalan kebaikan, membenarkan adanya pahala dan bertakwa, akan Kami permudah segala urusannya’.

Tentu saja termasuk dalam menunaikan ibadah haji. Jangan lupa, para calon jamaah haji, sisihkan sebagian harta kalian untuk diberikan kepada mereka yang berhak, khususnya fakir dan miskin. Dan, BAZNAS adalah wadah yang paling tepat. Wallahu A’lam!

 

 

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *