Bangsa Haji

Bangsa Haji
Bangsa Haji
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kehajian benar-benar berubah dan bertambah. Tak hanya dilapis atas, dilevel bawah pun begitu. Buku “Aji Ugi”, karya Syamsurijal Adhan (2020) menangkap perubahan-perubahan itu dilapangan bawah penelitiannya.

Di kawasan Sigeri, kabupaten Pangkep, Syamsurijal menemukan bagaimana haji tak saja sebagai ibadah, ia juga rupanya sebagai gaya hidup, status, dan berbagai keperluan pragmatis modern lainnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perhajian memang tak berubah, yang berubah adalah cara umat mengapresiasi haji ditengah situasi yang terus berubah.

Dalam bukunya, Syamsurijal menyebutnya sebagai fenomena perjumpaan segitiga; Islam, tradisi dan modernitas.

Dan modernitas banyak memeras realitas. Modernitas inilah yang menetas melahirkan haji sebagai pembeda kelas sekaligus gaya hidup berkelas.

Syamsurijal memetik kenyataan itu dalam karyanya. Konon, disebuah hajatan pernikahan, para pengantar pengantin yang terdiri dari karib-kerabat, dan handaitaulan dimobilisasi melalui pengeras suara.

Diujung Mic, sang MC kurang lebih berkata; “Kepada seluruh pengantar pengantin, beberapa kendaraan telah disediakan. Untuk para Haji dan Hajjah, mobil Kijang Innova telah disediakan. Bagi yang belum berhaji, silahkan naik di mobil truck yang telah disiapkan”. Haji dan non-haji menjadi pembeda mencolok. Innova dan truck lah pembedanya. Innova berpendingin AC modern, truck berpendingin udara siang yang terik.

Tetapi Syamsurijal menemukan pula bagaimana berhaji sebagai metode pertaubatan. Disitu dikisahkan, bagaimana “tau lao sala” (seseorang yang perilakunya buruk) berubah menjadi bermoral baik usai berhaji.

“Ada orang yang sekedar fisiknya saja manusia, tetapi tingkah lakunya belum mencerminkan itu. Setelah berhaji, dia betul-betul berubah menjadi manusia, dalam sikap dan tingkah lakunya”, kata seorang narasumber di buku “Aji Ugi” itu.

Lalu bagaimana dengan para koruptor negeri, bukankah sebagian diantara mereka juga telah berhaji entah beberapa kali? Tak usah fikir itu. Yang selalu mesti diingat adalah bangsa yang besar adalah bangsa yang banyak hajinya. (*)