Khutbah Jumat: Perjalanan Hidup Kita Menuju ke Surga atau Neraka

Surga atau Neraka
Surga atau Neraka
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



a. Mengangkat makhluk setinggi Allah

Dan ini bisa terjadi dari dua sisi. Yang pertama adalah ada makhluk (manusia/ benda) yang kita angkat setinggi-tingginya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sampai dia bisa mengerjakaan pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Itu artinya kita telah menyekutukan sesuatu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena kita meyakini ada seorang manusia/ benda yang mampu melakukan pekerjaan yang hanya mampu dilakukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita memuja dan memujinya hingga puja dan pujian itu hanya berhak dipersembahkan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila ada seseorang yang meyakini bahwa benda ini yang memberinya rezeki, tanggal ini yang telah memberi keamanan pada dirinya.

Barang ini yang memudahkan kehidupannya dan mendatangkan jodohnya, maka ini adalah menyekutukan suatu benda dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Padahal hal-hal tersebut hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa melakukannya.

Kaum Nashrani meyakini Nabi Isa ‘alaihissalam memiliki peran dalam pengaturan alam. Oleh karena itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan kesyirikan mereka karena mereka telah mengangkat Nabi Isa ‘alaihissalam sederajat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka meyakini bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam memiliki andil dalam pengampunan dosa dan penghakiman manusia di padang Mahsyar.

Itulah keyakinan umat Nashrani yang membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan mereka dari Islam.

Maka haram bagi seorang muslim untuk mengangkat seorang makhluk atau benda apa pun dia dengan keyakinan.

Dia bisa melakukan pekerjaan yang hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa melakukannya.

Oleh karena itu, ada orang yang menyekutukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Di dalam sebuah bait-bait syirik yang diterangkan oleh para ulama aqidah di dalam kitab mereka.

Ada orang yang menyanjung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berlebihan. Mereka berkata,

يا أكرم الخلق ما لي من ألوذ به سواك عند حلول الحادث العمم. فإن من جودك الدنيا وضرتها ومن علومك علم اللوح والقلم.

“Wahai manusia termulia (maksudnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam), tidak ada lagi orang selainmu sebagai tempat aku berlindung ketika datang sebuah petaka besar yang menimpa.

Sesungguhnya kedermawanan dirimu adalah dunia dan seisinya. Dan di antara ilmu yang engkau miliki adalah ilmu yang ada di Lauhul Mahfuzh.” (Syair karya Al Bushuri yang terkenal di kalangan sufi)[2]

Orang yang mengatakan syair ini telah mengangkat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setinggi-tingginya sampai menyamakan derajatnya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Nabi Muhammad dikatakan sebagai tempat berlindung kala kesusahan. Dan itu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pantas untuk mendapatkannya.

Kedermawanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam katanya dunia dan seisinya. Padahal itu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki.

Bukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ilmu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katanya adalah ilmu Lauhul mahfuzh.

Padahal itu hanya ilmunya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka orang ini telah menyekutukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini adalah kesyirikan yang pertama.

3. Menurunkan derajat Allah hingga sama dengan makhluk-Nya

Adapun syirik yang kedua, Allah Subhanahu wa Ta’ala kita turunkan derajatnya sampai sederajat dengan makhluk.

Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh umat-umat Yahudi. Keyakinan tentang mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan dalam firman-Nya;

وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ يَدُ ٱللَّهِ مَغْلُولَةٌ ۚ

“Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu” (alias bakhil)” (QS. Al-Ma’idah[5]: 64)

Orang-orang Yahudi juga berkata;

إِنَّ ٱللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَآءُ ۘ

“Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 181)

Mereka turunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari derajat termulia sehingga bagi mereka Allah Subhanahu wa Ta’ala itu setara dengan makhluk.

Ini juga menyekutukan. Karena akhirnya kita samakan makhluk dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan orang-orang Yahudi juga berkeyakinan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi dalam tujuh hari.

Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala lelah dan letih. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala istirahat di hari ketujuh.

Di dalam aqidahnya, umat Yahudi juga menyamakan dan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dengan makhluk ketika mereka menurunkan derajat Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga sama dengan makhluk.

Padahal yang lelah itu hanya makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pantas untuk lelah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ

“Dia tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 255)

يسأله من في السماوات والأرض كل يوم هو في شأن

“Selalu meminta kepada-Nya seluruh yang ada di langit dan di bumi. Setiap hari Allah sibuk dengan urusan-Nya.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah mengenal lelah.

Dan di antara dua kesyirikan ini, walaupun keduanya adalah syirik, namun menurunkan derajat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hingga sama dengan makhluk-Nya itu lebih berbahaya dari pada mengangkat seorang makhluk sampai sederajat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Walaupun keduanya adalah kesyirikan yang akan menghalangi langkah seseorang untuk masuk ke surga, namun syirik itu berjenjang. Ada yang parah dan lebih parah.

Lanjutkan membaca >>>

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *