Gus Ubab Ajak Umat Teladani Perjuangan Mbah Dur

Teladani Perjuangan Mbah Dur
ZIARAH MAKAM MBAH DUR: ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia utamanya jamaah thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyah memadati makam KH Abdurrahman bin Qashidil Haq yang terletak di tengah-tengah kompleks Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen Demak, Senin (11/7).
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ribuan Orang Hadiri Haul Ke-82 KH Abdurrahman

DEMAK, Hajinews.id – Ulama kharismatik KH Abdullah Ubab Maimoen atau Gus Ubab mengajak umat meneladani perjuangan KH Abdurrahman bin Qoshidil Haq baik dalam berdakwah, mendidik santri maupun mengembangkan ekonomi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

‘’Lihatlah bagaimana Mbah Dur bisa bergaul dengan siapa saja yang menemuinya. Tokoh teladan seperti Mbah Dur dan putra-putranya termasuk Mbah Muslih bin Abndurrahman perlu diteladani,’’ tegas putra KH Maimoen Zubair Sarang Rembang.

Dia mengatakan hal itu dalam tausiyah Haul Ke-82 KH Abdurrahman bin Qoshidil Haq di halaman Pondok Pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak, Senin (11/7). Harapan yang sama juga disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar. Secara khusus Kiai asal Malang Jatim itu mengajak umat untuk melanjutkan perjuangan Mbah Dur dan Mbah Muslih terutama dalam bidang keilmuan, thoriqoh dan dakwah.

Puncak acara peringatan Haul Ke-82 KH Abdurrahman bin Qoshidil Haq berlangsung meriah dan khidmat. Ribuan santri dan alumni pesantren turut memeriahkan acara yang berlangsung di halaman pesantren.

Sejak subuh, ribuan santri dan alumni yang sebagian jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah berduyun-duyun mengelilingi makam Mbah Dur yang terletak tepat di tengah kompleks pondok. Mereka membaca Yasin, Tahlil dan shalawat nabi.

Upacara haul diawali dengan pembacaan Maulid Shalawat Nabi dipimpin KHM Tahlis Abdillah Pekalongan. Dilanjutkan dengan pembacaan tahlil masal dipimpin KH Ahmad Hambali Mahfudz Rais Syuriyah  PCNU Grobogan.

Dalam pembacaan manaqib (sejarah biografi) KH Abdurrahman bin Qoshidil Haq oleh KH Zuhri Wafa Muntaha Alhafidz dari Ginggang, Gubug menyebutkan bahwa Kiai Abdurrahman yang wafat pada 12 Dzulhijjah 1360 H bertepatan pada tahun 1941 M dalam usia 70 tahun merupakan sosok panutan yang memiliki karakter sebagai ulama.

“Selain berani dalam menyampaikan kebenaran, tekun dalam memahami syariat Islam, ia juga bisa menjadi teladan bagi umat,” katanya. Pidato wakil alumni disampaikan KH Mierza Khasbullah dari Pekalongan.

Tampak hadir Pengasuh Pesantren Futuhiyyah KH Said Lafif Hakim, Prof Dr KH Abdul Hadi Muthohar, KH Syarofuddin Husein Semarang, Ketua PWNU Jateng Drs KH Muzammil, Rais Syuriyah PCNU Demak KH Zaenal Arifin, KH Syihabuddin Achmad Syakir Ma’shoem  Lasem Rembang, KH Yusuf Abdurrahman Malang, KH Sofyan Hadi Musa, Wakil Bupati Demak KH Ali Makhsun, para kiai dan masyayikh serta pejabat dari Kabupaten Demak maupun Provinsi Jawa Tengah.

Libur Dua Tahun

Pengasuh Pesantren Futuhiyyah KH Ahmad Said Lafif Hakim mewakili keluarga besar dzuriyah KH Abdurrahman Qoshidil Haq  mengatakan, peringatan haul bisa dilaksanakan kembali secara terbuka, walau dua tahun lalu vakum karena pandemi Covid-19. ‘’Tetapi sebenarnya saat itu tetap diadakan secara terbatas dan virtual,” jelasnya.

Menurut Gus Lafif, haul Simbah Abdurrahman biasanya diselenggarakan setiap 12 Dzulhijjah atau dua hari setelah Idhuladha, secara kultral telah menjadi agenda tetap para alumni Futuhiyyah untuk bersilaturahmi dengan sesama alumni dan masyarakat sekitar pesantren.

“Biasanya peringatan haul setiap tanggal 12 Dzulhijjah, tahun ini maju sehari karena perbedaan penentuan Iduladha kemarin. Tetapi yang terpenting adalah esensi pelaksanaan haul benar-benar terjaga dalam memperingati haul beliau yang terhitung sejak masa KH Muslih Abdurrahman dulu,” katanya.

Kepada keluarga besar Mbah Dur, mengutip dawuh Mbah Muslih Abdurrahman yang disampaikan Almarhum KH Lutfil Hakim Muslih, Gus Lafif mengingatkan untuk cancut taliwanda lan ikhlas ngerumat tinggalane mbahe (bersungguh-sungguh dan bekerja sama serta ikhlas merawat peninggalan warisan Mbah Dur). Artinya semua dzuriyah (anak cucu penerus) harus konsen dan konsisten mengaji dan mengajar santri dengan ikhlas.

“Sebab opo wae sing dijaluki nak ikhlas bakale keturutan (Apa saja yang dicita-citakan dan diinginkan kalau didasari dengan keikhlasan akan terpenuhi). Maka, semua saja yang merupakan dzuriyah keluarga besar Mbah Dur harus memberikan yang terbaik dan senantiasa bersama-sama membangun karakter akhlakul karimah pesantren dan masyarakat sekitar,” paparnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *