Hajinews.id – Insiden polisi t3mbak polisi terjadi di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7) sore.
Baku t3mbak itu melibatkan Bharada E dengan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Akibatnya, Brigadir Yosua tewas dalam kejadian itu.
Ketua RT setempat, Mayjen Pol (Purn) Seno Sukarto mengungkapkan, usai kejadian tersebut tak ada yang melihat adanya ambulans. Karena itu pula tidak tahu persis bagaimana proses jenazah Yosua dibawa.
“Enggak tahu (proses bawa jenazahnya). Iya, ada ambulans ke sini juga ya enggak nangkap. Saya enggak tahu diangkut pakai apa,” ungkap Seno kepada wartawan, Rabu (13/7).
Seno juga mengungkapkan, tak ada rekaman CCTV yang terpasang di beberapa titik di kompleks tersebut. Sebab sehari setelah kejadian itu, decoder CCTV diganti oleh polisi.
“Maksudnya (yang diganti) itu bukan CCTV di rumah Pak Sambo, (tapi) CCTV alatnya [decoder] yang di pos. Iya (diganti polisi),” jelas Seno.
Versi Kapolres Jaksel Kombes Budhi Herdi, insiden baku t3mbak itu berawal dari teriakan minta tolong istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Chandrawati. Ia berteriak sebab Brigadir Yosua masuk ke kamarnya dan melecehkannya.
Brigadir Yosua merupakan anggota Bareskrim Polri yang ditugaskan sebagai sopir dinas istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Teriakan Putri rupanya didengar oleh Bharada E, anggota Brimob yang bertugas sebagai pengawal Kadiv Propam. Ia kemudian mendatangi sumber suara.
Aksi Brigadir Yosua dipergoki oleh Bharada E. Ia pun panik dan melepaskan t3mbakan ke Bharada E. Namun t3mbakan itu meleset dan langsung dibalas oleh Bharada E.
Saling t3mbak antara Brigadir Yosua dengan Bharada E pun terjadi. Total ada 12 kali t3mbakan dalam peristiwa itu.
Akibatnya Brigadir Yosua tewas dalam kejadian itu. Jasadnya juga telah diserahkan ke pihak keluarganya di Jambi.
Namun kasus tak berhenti di situ. Keluarga Yosua memberikan ada keanehan di jasad Yosua, ada luka lebam, luka sayatan, dan jarinya putus. Keluarga juga mengaku mendapat intimidasi. [kum]