Tafsir Al-Quran Surat Az-Zukhruf 46-50: Kepemimpinan Para Nabi yang Mencerahkan dan Menyelamatkan

Kepemimpinan Para Nabi
KH Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kelompok ini berkebalikan dengan kelompok pertama, karena mereka hanya mendapatkan kehidupan sempit (“maisyatan dhankan”), sebagaimana dibahas pada pengajian sebulan lalu, mereka yang senantiasa mendapatkan kesulitan dalam hidupnya. Peran kepemimpinan dalam islam sangat luat biasa, karena pemimpin itu pelayan ummat, dan mampu mewujudkan rakyat yang dipimpinnya mencapai kesejahteraan seperti pada kategori kelomok pertama. Contoh kepemimpinan yang demikian telah diabadikan dalam kisah empat khalifah atau khulafaaur-rasyidin: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Bahkan, terdapat Hadist Rasulullah SAW, betapa tingginya nilai atau pahla bagi pemimpin yang adil, yang kelak akan mendapat naungan Allah SWT kelak di hari kiamat, bersama tujuh kategori lain. Dalam hal ini, adilnya para pemimpin sama dengan pahala ratusan rakaat shalat.

Menjawab pertanyaan, apa saja yang harus dilakukan ketika sekarang kita menghadapi kedzaliman? Sebenarnya orang yang berlaku dzalim pasti selalu ada dalam setiap zaman. Rasullah SAW telah memerintahkan untuk memperbaiki kedzaliman dan kemungkaran malalalui Hadist Shahih ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman” (H.R. Muslim). Jika tidak sejutu dengan kemungkaran, minimal hati kita menolak atau tidak setuju, walau itu termasuk selemah-lemahnya iman. Jika di hati saja kita sudah tidak memprotes atas kedzaliman, berarti kadar keimanan sudah semakin hilang.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Menjawab pertanyaan, walaupun Firaun itu orang dzalim, tapi dia masih patuh atau menurut saran isterinya. Allah SWT juga menurunkan kasih sayang kepada manusia, sehingga kepatuhan Firaun kepada isterinya Siti Asiah itu sebenarnya merupakan wujud cara Allah dalam memberikan Wahyu kelak kepada Nabi Musa AS. Perhatikan Surat At-Tahrim Ayat 11. “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim,” Perumpamaan perempuan yang baik bagi orang beriman, seperti isteri Firaun Siti Asiah, yang sebenarnya merupakan ketentuan kekuatan Allah SWT. Ketika Siti Asiah meminta untuk tidak membunuh bayi laki-laki Musa yang ditemukan mengambang atau dihanyutkan di Sungai Nil, ternyata Firaun juga setuju untuk memelihara bayi itu dan membesarkannya. Kelak kita paham bahwa laki-laki yang dipelihara Siti Asiah dan tinggal di Istana Firaun kelak menjadi Nabi Musa AS.

Menjawab pertanyaan ajaran islam komprehensif dari bangun tidur sampai tidur lagi, tapi mengapa masih banyak alergi membicarakan politik. Politik harus dibicarakan, harus dimengerti oleh ummat islam, karena politik itu siasah. Asal kata sais (pengendali delman) diambil dari kata siasah ini. Siasah artinya adalah alat untuk mengatur atau mengendalikan. Jadi di sini, kita memerlukan politik yang bersih, yang seseuai dengan ajaran islam. Jika kita orang islam alergi dan tidak membicarakan politik, maka politik itu akan dikuasai oleh orang-orang yang memanfaatkan politik untuk tujuan yang tidak baik atau dengan segala macam atau menghalalkan segala cara. Politik yang dimaksudkan sebagai siasah adalah politik berkaitan dengan kebijakan, bukan dengan politik kotor yang bertentangan dengan ajaran islam. Kita butuh sekarang kendaraan yang baik, berikut sopir dan kenek yang baik juga. Kita butuh kendaraan yang dapat berhenti di masjid ketika waktu shalat tiba, sopir menjadi imam dan kenek menjadi muadzdzin dll.

Mari kita berdoa untuk kesembuhan para jaamaah kita dan untuk kesehatan dan kebaikan kita semua. Lalu kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *