Runtuhnya Sebuah Negeri Bermula dari Krisis Spritualitas

Krisis Spritualitas
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Jika anda bertanya, apa sebab peradaban dunia dewasa ini justru bergerak mengalami kemunduran? Sejak dari ancaman perubahan iklim, ancaman kelaparan (krisis pangan), ancaman peperangan dan ancaman dari berbagai wabah penyakit menular, maka salah satu jawabannya dapat ditemukan dalam Al-Qur’an surah Al-Rum. Di dalam Surah ini, Allah SWT memberitahu sebab-musabab hancurnya kerajaan Persia dan Romawi yang pernah menjadi negara adidaya pada masanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Allah SWT berfirman;

يَعْلَمُوْنَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ وَهُمْ عَنِ الْاٰخِرَةِ هُمْ غٰفِلُوْنَ

ya‘lamūna ẓāhiram minal-ḥayātid-dun-yā wa hum ‘anil-ākhirati hum gāfilūn

Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.

Q.S Ar-Rum [30] : 7

اَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَاَجَلٍ مُّسَمًّىۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ بِلِقَاۤئِ رَبِّهِمْ لَكٰفِرُوْنَ

awalam yatafakkarū fī anfusihim, mā khalaqallāhus-samāwāti wal-arḍa wa mā bainahumā illā bil-ḥaqqi wa ajalim musammā, wa inna kaṡīram minan-nāsi biliqā’i rabbihim lakāfirūn

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya”. Q.S Ar-Rum [30] : 8

Jadi inilah sebab musabab runtuhnya dua kerajaan besar di masa lampau (Persia dan Romawi/Konstantinopel).

Dari sisi kemajuan pembangunan infrastruktur (pisik/lahiriah), mereka memang terdepan. Ayat ini juga mengakui hal itu. Namun mereka lalai dalam urusan kehidupan akhirat.

Kata al-akhirah lazim juga dipahami dengan al-batin atau dimensi spritualitas kehidupan.

Karena dimensi spritualitas ini memiliki keluhuran, ketinggian, kemuliaan daripada dimenai duniawi, maka lazim juga di assosiasikan dengan istilah “langit”. Dimana dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an, Allah senantiasa memberitahukan bahwa kehidupan di bumi ini, diturunkan dari langit.

Dengan demikian, jika menghendaki Peradaban duniawi kokoh, memiliki kedudukan yang mulia, tinggi, berkeadaban maka kehidupan spritualitas dalam suatu masyarakat hendaknya diperhatikan.

Allah menjadikan proses penciptaan diri manusia, melalui ayat ini sebagai tamzil bagi pembinaan suatu masyarakat, pembangunan sebuah negeri dengan peradaban yang “tinggi”. Memberitahu bahwa manusia itu, makhluk yang secara paralel hidup dan berkembang pada dua alam sekaligus. Alam batiniah dan alam lahiriah. Kedua alam ini dihuni oleh jiwa manusia dalam batas-batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah.

Demikianlah pula setiap negeri, setiap peradaban tumbuh dan berkembang dalam dua alam sekaligus, secara beriringan (paralel) dalam batas-batas waktu yang telah ditetapkan atasnya. Dan oleh sebab itu, pasti adanya bahwa setiap negeri, setiap peradaban memiliki durasi masa pertumbuhan, perkembangan, dan kejayaannya masing-masing, untuk selanjutnya mengalami keruntuhan pada waktu yang telah ditentukan (oleh Allah) atasnya.

Kebanyakan, pengabaian kehidupan spritual itu terjadi karena tiadanya keyakinan pada diri seorang individu bahwa pertemuan dengan Allah merupakan keniscayaan yang pasti akan terjadi. Dan karena itu, mereka abai untuk melakukan persiapan-persiapan menyambut saat tibanya masa pertemuan yang dijanjikan tersebut.

فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ حِيْنَ تُمْسُوْنَ وَحِيْنَ تُصْبِحُوْنَ

fa subḥānallāhi ḥīna tumsūna wa ḥīna tuṣbiḥūn

Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh),

Q.S Ar-Rum [30] : 17

وَلَهُ الْحَمْدُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَعَشِيًّا وَّحِيْنَ تُظْهِرُوْنَ

wa lahul-ḥamdu fis-samāwāti wal-arḍi wa ‘asyiyyaw wa ḥīna tuẓhirūn

dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari). Q.S Ar-Rum [30] : 18

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ وَكَذٰلِكَ تُخْرَجُوْنَ

yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa yukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa yuḥyil-arḍa ba‘da mautihā, wa każālika tukhrajūn

“Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). Q.S Ar-Rum [30] : 19

Memelihara kehidupan spritualitas dengan cara memperbanyak memuji kebesaran Allah SWT. Melakukan dzikrullah terutama dipagi hari, saat mana fase pertumbuhan benih keimanan dalam diri, mulai menyingsing. Yakni semenjak seseorang telah mampu membedakan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk. hingga sore atau petang hari, saat mana fajar kehidupan itu mulai meredup.

Juga disaat puncak ketinggian ufuk (siang hari). Penyebutan waktu pagi, siang dan petang hari menunjukkan adanya isyarat bahwa kehidupan spritualitas itu, juga mengalami fase-fase pertumbuhan, fase puncak pencapaian, dan fase kemerosotan/kemunduran. Silih berganti akan kita alami dalam kehidupan.

Yang hidup itu dikeluarkan dari yang mati dan sebaliknya dari mati dikeluarkan dari yang hidup. Allah menghidupkan kehidupan spritualitas di bumi yang mengalami kematian, dengan mengeluarkan yang hidup daripadanya. Dan sebaliknya, mengeluarkan dari yang mati secara spritual, menjadi hidup secara spritual. Demikianlah manusia itu oleh Allah diciptakannya dari ketiadaan, lalu dihidupkan lalu dimatikan, lalu dibangkitkan kembali.

Selanjutnya, dari ayat 20-26 diatas, Allah memberitahu bahwa Dia senantiasa hadir bersama kita, memelihara dan menjaga keberlangsungan hidup kita. Dia memberikan tanda-tanda kehadiran-Nya sebagaimana yang Dia sampaikan pada ayat-ayat tersebut.

Sebab itu, hanya kepada-Nya semestinya manusia itu tunduk dan berserah diri.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *