Sudah 18 Hari ‘Drama’ Pembunuhan Brigadir J Masih Belum Tamat, Praktisi: Mirip ‘Ikatan Cinta’ Panjang dan Berliku!

Pembunuhan Brigadir J Masih Belum Tamat
Pembunuhan Brigadir J Masih Belum Tamat
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.idSudah 18 hari ‘drama’ tewasnya Brigadir Nofryansah Josua Hutabarat atau Brigadir J belum juga tamat. Ada apa sebenarnya dengan kasus ini.

Praktisi pun melontarkan sindirian tajam; Polri begitu sempurna dalam mengedepankan ‘presisi’ sehingga pengungkapan kasus sederhana bisa panjang, mirip sinetron ‘Ikatan Cinta’ berseri.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jalan mencari dalang otak dan pelaku penembakan Brigadir J dibuat rumit penuh kontroversi. Sampai pada titik episode pengangkatan jasadnya Brigadir J hari ini, Rabu 27 Juli 2022.

Jasad Brigarid J diangkat ntuk kepentingan autopsi ulang. Itu pun setelah munculnya tuntutan keluarga yang memantik sorotan publik.

Sampai-sampai tagar #ReformasiPolri menggema di jagad media sejak dini hari. Sikap apriori ini tanda lunturnya kepercayaan publik. Siapa yang salah, jelas institusi Polri sendiri.

Praktisi Hukum Syamsul Arifin menilai fenomena polisi tembak polisi telah membentuk opini: begitu rapuhnya Polri dalam menata rumahnya sendiri. Buruknya komunikasi menjadi tanda buruk pula komunikasi internal.

“Anda bisa bayangkan Polisi tidak bisa mengungkap ‘bangkai’ di rumahnya sendiri. Pelakunya polisi, penembaknya polisi, di rumah dinas polisi, yang menyidik dan memeriksa polisi, yang mengusut polisi lalu belum terungkap sampai hari ini, ya karena polisi. Unik ya? ya jelas unik dong,” tandas Syamsul Arifin, Rabu 27 Juli 2022.

Sudah sepantasnya Presiden Jokowi mengevaluasi kinerja Kapolri berikut para jenderal dan jajaran.

Termasuk mempertanyakan tagline ‘Presisi’ yang gaungnya dibesar-besarkan tapi realitanya memukul institusi itu sendiri.

Belum terungkapnya siapa otak pelaku pembunuhan Brigadir J di rumah dinas Irjen Pol Ferdy Sambo, hingga munculnya cerita pelecehan terhadap Putri Candrawathi pada 8 Juli 2022 lalu telah menimbulkan tanya.

“Saya bingung, sekelas Kapolri yang pernah menangkap koruptor di Singapura kok tidak bisa menembus ‘drama’ di Duren Tiga itu. Maka wajar ya publik terus melontarkan kritik, karena kerjanya tak tuntas, dibuat berseri mirip sinetron ‘Ikatan Cinta’,” timpal Syamsul Arifin.

Begitu pula dengan Komnas HAM, sebaiknya tak perlu bertele-tele terhadap apa yang sudah dikerjakan dari proses pencarian fakta dan data.

“Sampaikan ke publik segera. Apa yang ditanya wartawan jawab saja dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Apa Komnas HAM mau ikut-ikutan ‘presisi’ juga. Sudah 27 hari lho, apa kata dunia?” tandasnya.

Komnas HAM sebaiknya jangan larut dan ikut menjadi ‘pemain tambahan’ dalam ‘drama’ yang sederhana dan mudah, tapi dibuat sulit.

“Tembak menembak antara anggota Polri bukanlah pelanggaran HAM berat dan penting bagi negara. Memangnya J dan E itu mewakili pemerintah tindakannya? kan tidak, itu murni insiden karena ada yang melatarbelakangi, personal to personal,” terangnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *