Wow! Ekonomi Indonesia Melesat Salip AS & China, Kok Bisa?

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,3% pada 2022. Capaian yang luar biasa di tengah kondisi ekonomi global yang semakin memburuk.

Dalam laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dikutip CNBC Indonesia, Rabu (27/7/2022), pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu melampaui China yang ekonominya jatuh dari sebelumnya tumbuh 8,1% menjadi 3,3%.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih tinggi dari Amerika Serikat (AS) hanya mampu merealisasikan pertumbuhan 2,3% atau lebih rendah dari 2021 yang sebesar 5,7%.

Laporan IMF juga senada dengan yang disampaikan oleh Bank Dunia (World Bank) di mana Indonesia dilaporkan akan meraih pertumbuhan ekonomi 5,1% pada 2022.

Asian Development Bank (ADB) juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional yang kurang lebih sama, yakni bisa mencapai 5,2%.

 

Apa rahasianya? Simak penjelasan ekonom berikut:

1. Andry Asmoro (Bank Mandiri)

Andry Asmoro berpandangan kondisi ekonomi di Indonesia saat ini dalam kondisi baik. Perekonomian menunjukan perbaikan dibandingkan kondisi pada 2021 silam.

Hal tersebut, kata Andry terlihat pada indikator konsumsi dan produksi yang juga menunjukan perbaikan. “Seperti yang terlihat pada penjualan otomotif dan peningkatan di sektor perdagangan karena mobilitas yang dilonggarkan,” ujarnya.

Pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2022 hingga akhir tahun ini juga diperkirakan membaik, ditopang adanya peningkatan konsumsi dan produksi di tengah bulan puasa dan lebaran.

Andry bilang, berdasarkan data Mandiri Spending Index, menunjukan data transaksi pasca lebaran hanya turun 20% atau jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang turun 40% karena adanya varian delta dan pembatasan mobilitas yang ketat.

Kendati demikian, laju perekonomian di tanah air akan menantang karena tingkat inflasi yang merambat naik, pelemahan nilai tukar dan resesi perekonomian negara maju yang menjadi tujuan ekspor Indonesia.

2. Damhuri Nasution (BNI Sekuritas)

Damhuri memandang, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih cukup baik, terlihat pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang masih berada di zona ekspansi atau 50,2.

Selain itu juga penjualan ritel masih tumbuh positif, pertumbuhan ekspor juga masih baik. Pun Indeks Kepercayaan Konsumen hasil survei Bank Indonesia berada di level yang tinggi (128,9 pada bulan Mei 2022), level tertinggi sejak Januari 2010.

“Persepsi masyarakat yang baik terhadap kondisi terkini dan prospek makro ekonomi akan mendorong konsumsi tumbuh makin baik kedepan,” jelas Damhuri.

Damhuri mengatakan, rata-rata consensus memperkirakan ekonomi Indonesia tahun 2022 akan tumbuh 5,2%, jauh di atas pertumbuhan 2021 yang hanya tumbuh 3,7%.

Kendati demikian, kondisi ekonomi Kuartal II-2022 hingga akhir tahun dinilai agak berisiko, terutama jika tekanan inflasi di negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS) yang terus meningkat.

“Diikuti dengan kenaikan suku bunga yang agresif oleh the Fed, karena hal ini akan memperbesar peluang ekonomi AS jatuh ke jurang resesi. Jika AS mengalami resesi, maka ekonomi dunia secara umum akan mengalami resesi,” jelas Damhuri.

Perubahan kebijakan moneter dan fiskal di negara-negara maju, terutama di AS seperti kenaikan suku bunga acuan dan pengurangan balance sheet bank sentral adalah tantangan terbesar bagi perekonomian Indonesia saat ini.

Tantangan lainnya adalah mengelola inflasi dalam negeri dengan tidak menaikkan harga pertalite dan LPG 3 Kg di tengah tingginya harga energi dunia akibat perang Rusia vs Ukraina. Jika harga energi bertahan tinggi, maka beban subsidi di APBN akan besar.

3. Irman Faiz (Bank Danamon)

Irman mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini terbilang baik. Indikator pemulihan ekonomi sejauh ini, kata Irman terus berlanjut meskipun kasus harian Covid-19 meningkat.

Indikator kesehatan yang cukup baik dan terjaga menjadi landasan untuk aktivitas ekonomi dapat terus dilakukan. Fundamental ekonomi domestik juga cukup resilien terhadap risiko global.

“Pemulihan investasi dan konsumsi rumah tangga menjadi faktor utama pemulihan tahun ini,” tuturnya.

Pada Kuartal II-2022, terlihat mobilitas meningkat signifikan ditengah pemerintah yang mengizinkan mudik dan aktivitas puasa dan lebaran berjalan hampir normal.

Aktivitas tersebut menjadi faktor pendorong untuk pertumbuhan ekonomi tumbuh membaik pada kuartal II. Sejauh ini, dengan base effect dari Kuartal III-2021 saat delta, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus membaik hingga akhir tahun ini.

Tantangan terbesar bagi perekonomian, kata Irman saat ini adalah dinamika harga minyak dan komoditas. “Dalam periode pandemi, kita melihat bahwa kinerja neraca eksternal kita ditopang oleh peningkatan harga komoditas, sehingga mengkompensasi kenaikan defisit harga minyak,” ujarnya.

Sementara sekarang harga minyak masih tinggi dan berpotensi meningkat tetapi harga komoditas ekspor utama seperti CPO dan coal mulai ternormalisasi.

Tantangan terbesar bagi perekonomian, kata Irman saat ini adalah dinamika harga minyak dan komoditas. “Dalam periode pandemi, kita melihat bahwa kinerja neraca eksternal kita ditopang oleh peningkatan harga komoditas, sehingga mengkompensasi kenaikan defisit harga minyak,” ujarnya.

Sementara sekarang harga minyak masih tinggi dan berpotensi meningkat tetapi harga komoditas ekspor utama seperti CPO dan coal mulai ternormalisasi.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *