Matinya Ilmu Dengan Wafatnya Ulama

Matinya Ilmu Dengan Wafatnya Ulama
KH Luthfi Bashori
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: KH Luthfi Bashori

Hajinews.id – Dalam kitab Shahih Bukhari Muslim, dari Abdullah bin Umar ra, beliau berkata : Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (agama) itu (secara langsung) dari umat manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu (agama) itu dengan mencabut nyawa para ulama.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tatkala tidak tersisa seorang alim pun (di muka bumi), maka orang-orang itu mengangkat para pemimpin (menjadi tokoh masyarakat/tomas) dari kalangan orang-orang awam (bodoh agama).

Kemudian para tokoh itu ditanya (hukum), dan mereka berfatwa tanpa di dasari ilmu (agama yang memadai), sehingga mereka tersesat dan sekaligus menyesatkan (umat Islam).

Rasanya keadaan jaman yang diprediksikan bakal terjadi, sebagaimana tersebut di atas, sudah mulai tampak di pelupuk mata.

Secara riil, betapa banyak bermunculan tomas (tokoh masyarakat) yang tidak memiliki background pendididkan agama, namun mereka sudah berani tampil di depan masyarakat `sebagai ulama` dengan membahas wilayah-wilayah agama, bahkan juga menyampaikan pandangan pribadi untuk menyikapi suatu kondisi yang semestinya hanya para ulama lah yang berkompeten untuk menyelesaikannya.

Lebih runyam, bahkan bursa pemilihan para petinggi ormas-ormas Islam pun, seringkali diramaikan oleh tokoh-tokoh organisatoris yang mengandalkan pemahaman ilmu agama hanya sebatas pada lisannya, tanpa pengamalan yang mendasar sesuai kaedah-kaedah yang telah digariskan oleh para ulama dengan berdasarkan rasa takut kepada Allah.

Tomas, di jaman ini memang telah menjadi sebuah `institusi` yang laik dijual. Bahkan institusi tomas ini termasuk cukup tinggi nilai jualnya.

Untuk menggaet investor asingpun dapat memanfaatkan institusi tomas, baik itu lewat LSM, maupun proposal untuk dikirimkan kepada instansi-instansi terkait, baik yang besifat lokal, nasional bahkan bertaraf internasional.

Walhasil, banyak sekali kalangan yang tergiur mendapatkan jabatan tomas, karena dianggap sebagai lahan subur yang mudah diraihnya untuk dapat memperkaya diri sendiri.

Adapun jualan barang dagangan yang paling laris manis dari para tomas dalam kriteria ini, adalah menampilkan pendapat pribadi yang dikemas sebagai pendapat agama, dengan asumsi untuk menjawab problematika umat dan tantangan jaman.

Kondisi inilah yang dalam prediksi Nabi SAW pada 21 abad silam, ternyata benar-benar terjadi pada jaman ini.

Banyaknya bermunculan para komentator tentang urusan agama, padahal mereka bukan ahli dalam bidang ilmu agama Islam. Kondisi ini sering kali menimbulkan kebingungan umat Islam grasroot dalam memahami agama.

Sebut saja bagaimana bermunculan para komentator dari kalangan para tomas itu di media massa dan elektronik, semacam pada kasus-kasus munculnya aliran sesat di Indonesia, maka terjadilah kontradiksi dan pro kontra di antara komentar-komentar para tomas itu yang satu dengan lainnya.

Mengapa bisa terjadi kontradiksi di antara komentar-komentar mereka itu dan terkesan saling bertabrakan?

Ini tiada lain karena para komentator itu berbicara sesuai pandangan pribadinya semata, bukan mengikuti kaedah baku ilmu agama yang telah disepakati oleh para ulama salaf.

Tentunya dapat dimaklumi, hal ini karena para komentator itu tidak memiliki backgraound ilmu agama yang mendalam, namun sudah terlanjur diangkat oleh masyarakat sebagai tokoh Islam bahkan diberi label ulama.

Nah, demikian inilah situasi dan kondisi yang sesuai dengan sabbda Nabi SAW :
Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (agama) itu (secara langsung) dari umat manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu (agama) itu dengan mencabut nyawa para ulama.

Tatkala tidak tersisa seorang alim pun (di muka bumi), maka masyarakat awam mengangkat para pemimpin (menjadi tokoh masyarakat/tomas) dari kalangan orang-orang awam (bodoh agama). Kemudian para tokoh itu ditanya (hukum), dan mereka berfatwa tanpa di dasari ilmu (agama yang memadai), sehingga mereka tersesat dan sekaligus menyesatkan (umat Islam).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *