Tentang Irjen Ferdy Sambo, Mantan Kabais TNI: Sekali Pembohongan Akan Terjadi Kebohongan Selanjutnya

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI, Laksda TNI (Purn) Soleman B Ponto memberikan analisisnya terkait alasan Irjen Ferdy Sambo yang memakai alibi sedang tes PCR pada saat kejadian penembakan Brigadir J.

Soleman B Ponto berpendapat alibi Irjen Ferdy Sambo soal sedang tes PCR ini malah membuat kebohongan dirinya sendiri terbongkar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebelumnya pihak kepolisian mengumumkan bahwa ketika penembakan terjadi, Irjen Ferdy Sambo tidak ada ditempat karena sedang melakukan tes PCR.

Padahal menurut Soleman B Ponto sudah menjadi pengetahuan umum ketika pejabat kepolisian membutuhkan tenaga kesehatan seperti tes PCR, maka anggota medis akan datang ke tempat polisi tersebut tinggal bukan sebaliknya.

“Nah ini kan melanggar kebiasaan ini tadi, biasanya raja-raja seperti kadiv Propam rasa-rasanya kalau PCR, kalau PCR-nya dipanggil, kamu sini, aku periksa. Jaman aku kan Kabais begitu, mungkin beliau lain,” ujar Soleman B Ponto, dikutip dari poskota.co.id, Jumat 29 Juli 2022.

Soleman B Ponto juga menceritakan ketika dirinya masih berstatus sebagai Kabais TNI, setiap dirinya membutuhkan tenaga kesehatan, maka merekalah yang akan datang kepadanya.

“Hayo, pergi kesini kamu, aku punya darah ini, periksa,” kata Soleman B Ponto.

Alasan Irjen Ferdy Sambo yang mengaku sedang melakukan tes PCR menurut Soleman B Ponto malah membuat posisi kepolisian lemah yang akhirnya terdapat peluang untuk bertanya-tanya.

Jika berbagai fakta dijadikan satu, maka hal tersebut akan membuka kebohongan kepolisian itu sendiri.

“Lha kalau PCR kan, petugasnya datang, periksa ini. Lha PCR kan bisa saja panggil, ke sini. Tapi katanya pergi ke sana. Nah, ini kan buka tabir lagi, gampang, buka tabir sendiri namanya,” papar Soleman B Ponto.

Selanjutnya, Soleman B Ponto mempertanyakan alasan ajudan Irjen Ferdy Sambo (Bharada E dan Brigadir J) ditinggal di kediaman pribadinya.

Padahal jika seseorang berstatus Kadiv Propam, ajudan pasti akan selalu mengikuti kemanapun tuannya pergi.

“Lantas, kalau pergi kenapa ajudan ditinggal, kalau saya dulu ajudan ikut terus, lha kenapa ini ajudan dua kok ditinggal. Mungkin punya lebih dari tiga ajudan, saya nggak tahu. Nah ini menimbulkan narasi-narasi membuat masyarakat itu ramai, ini mau kemana perginya,” tutur Soleman B Ponto.

Soleman B Ponto menilai untuk menemukan siapa pembunuh Brigadir J, pihak kepolisian dapat langsung melihat buku harian pistol glock yang terdapat di lokasi kejadian.

Lebih lanjut lagi, Soleman B Ponto berharap polisi untuk berhenti memperhitungkan apa yang akan terjadi karena akan bermunculan deretan kebohongan selanjutnya.

“Sehingga tidak perlu berlama-lama untuk menghitung-hitung. Semakin menghitung, semakin lama maka semakin kelihatan itu pembohongan, kalau istilah polisi, sekali pembohongan akan terjadi pembohongan-pembohongan selanjutnya untuk menentukan pembohongan. Kan itu kalau ilmunya dari polisi,” pungkas Soleman B Ponto.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *