270 Juta Warga RI Bersiap! Inflasi Indonesia Resmi Tembus 4,94 Persen, Tertinggi Sejak 2015

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



 

Hajinews.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia menyentuh angka 4,94 persen pada Juli 2022. Angka ini sekaligus menjadikannya lebih besar dari inflasi Juni 2022 sebesar 4,35 persen (year-on-year/yoy).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tak hanya itu, Kepala BPS Margo Yuwono bahkan mengungkap bahwa besaran inflasi di bulan Juli tahun ini menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015 yang pernah tembus 6,35 persen.

“Secara yoy inflasi di Juli 2022 ini sebesar 4,94 persen merupakan inflasi tertinggi sejak Oktober 2015, dimana pada saat itu inflasi 6,25 persen secara yoy,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (1/8).

Margo juga menjelaskan apabila dilihat secara bulanan, inflasi tercatat sebesar 0,64 persen (month-to-month/mom) dan inflasi tahun kalender sebesar 3,85 persen pada Juli 2022.

Adapun 90 kota yang dipantau BPS semuanya dilaporkan mengalami inflasi, di mana inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 2,27 persen, sedangkan inflasi terendah tercatat di Pematang Siantar sebesar 0,04 persen.

BPS mencatat jika dilihat berdasarkan komponen, maka inflasi tertinggi didorong oleh harga bergejolak sebesar 11,47 persen (yoy) dengan andil 0,25 persen.

“Ini berasal dari cabai merah, bawang merah dan cabai rawit,” katanya.

Kemudian, Margo menuturkan harga yang diatur pemerintah sebesar 6,51 persen (yoy) dengan andil 0,21 persen. Berdasarkan data yang diperoleh, hal ini ditopang oleh kenaikan tarif angkutan udara, rokok kretek filter serta listrik untuk pelanggan 3.500 VA ke atas.

Sedangkan, inflasi inti masih dinilai Margo cukup baik di angka 2,86 persen (yoy) dengan andil 0,18 persen. Adapun komoditas pendorong inflasi ini adalah ikan segar, mobil dan sewa rumah.

Meski demikian, Margo menegaskan inflasi domestik sejauh ini masih terjaga. Ia menuturkan inflasi Tanah Air relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara G20.

“Dibandingkan beberapa negara, di G20 utamanya, kita masih lebih baik. Di bawah kita ada Tiongkok,” tegas Margo.

Margo pun menyebut kenaikan harga komoditas di tingkat global mampu diredam di level domestik karena subsidi dari pemerintah.

Walaupun harga sejumlah kebutuhan pangan terutama produk hortikultura dilaporkan mengalami kenaikan, hal itu disebut Margo terjadi karena faktor musiman yaitu curah hujan yang tinggi di sejumlah daerah.

“Kenaikan harga energi di tingkat global bisa diredam dengan subsidi. Sementara dari sisi pangan, inflasi kelompok volatile foods disebabkan cuaca yang anomali di sentra produksi,” jelasnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *