Tafsir Al-Quran Surat Az-Zukhruf Ayat 65-73: Persaudaraan Karena Iman dan Takwa Bersifat Abadi

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zukhruf Ayat 65-73
KH Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Ahad, 7 Agustus 2022

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Jamaah kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, kita dapat bermuwajjah pada Ahad pagi ini, tanggal 9 Muharram 1444 H bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 2022, meneruskan kajian kita, mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita akan membahas Surat Az-Zukhruf ayat 65-73. Kita mulai dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu dilanjutkan dengan Surat Az-Zukhruf ayat 65-73, yang artinya, “Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka; maka celakalah orang-orang yang zhalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat). Apakah mereka hanya menunggu saja kedatangan hari Kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak sedang mereka tidak menyadarinya? Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa. “Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan.” Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan. Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan untukmu yang sebagiannya kamu makan”

Pada ayat lalu telah dijelaskan tentang ajaran Nabi Isa AS yang mengajarkan pengabdian kepada Allah SWT, bukan penyembahan kepada dirinya, “Dia adalah Allah, Tuhanku dan Tuhan kita semua. Sembahlah Allah, sebagai jalan yang lurus”. Para sahabat Nabi Isa AS yang disebut Hawariyun, jumlahnya tidak banyak, hanya 12 orang. Mereka inilah yang meyakini bahwa Nabi Isa AS adalah Rasul Allah. Ada juga kaum Bani Israil yang terus mempertentangkan tentang status Nabi Isa AS, bahkan sampai Hari Kiamat kelak. Kita mendapat teladan dari Kaum Hawariyun, sahabat Nabi Isa AS, yang senantiasa terus menjadi penolong agama Allah. Perhatikan Surat Ali Imran ayat 52-53. “Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyµn (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.” Sekali lagi, sikap dan ajaran yang disampaikan bahwa Nabi Isa AS adalah Nabi dan Rasul Allah, sama dengan para rasul yang lain.

Persahabatan yang ditunjukkan oleh Kaum Hawariyun menjadikan teladan yang baik, bahwa pertemanan karena iman dan takwa akan terus abadi. Ada juga dari Bani Israil yang terus memperdebatkan status Nabi Isa AS, apakah merupakan tuhan atau anak tuhan, harus disembah. Jadi, terdapat tertemanan dan persahabatan antara yang beriman dan yang tidak beriman, saling berkelompok (Ahzab, adalah bentuk jamak dari Hizb). Pada ayat-aya di atas dijelaskan bahwa pertentangan di antara mereka akan terus terjadi sampai Hari Kiamat. Dari bukti sejarah, kalangan umat-umat lain itu memang terdapat kelompok-kelompok yang sering berbantah dan mengarah pada perpecahan. Di kalangan ummat islam sebenarnya masih terdapat kelompok-kelompok seperti itu. Kita diperintah untuk menyelesaikan perselisihan di antara kaum muslimin dan mu’minin. Hanya persaudaraan di antara sesama orang beriman dan bertakwa yang akan membawa ke surga. Perhatikan Surat Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat Rahmat”. Jika sempat berselisih sesama muslim, janganlah seperti menghadapi musuh. Kita diperintah saling mengingatkan dan saling menolong. Basis-nya adalah kasih sayang karena rahmat dari Allah SWT.

Hubungan pertemanan dan persahabatan karena iman dan takwa tidak hanya di dunia, tetapi sampai akhirat. Salah satu indikator keimanan yang kuat adalah membantu kaum muslimin yang sedang bermasalah. Dalam keluarga, misi suami-isteri-anak harus dibangun, bersama orang-orang beriman. Hanya dengan inilah kelak suatu keluarga di Hari Kiamat dapat berkumpul lagi di surga. Perhatikan Surat ‘Abasa aya 33-37, “Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya”. Hubungan pertemanan, kekeluargaan dan persaudaraan yang abadi itu adalah yang dilandasi oleh keimanan, saling mendekat, bukan saling menjauh. Jangan hanya saling mendekat jika ada maunya saja. Bagi pemimpin yang dzalim, kelak di akhirat pun, dia akan lari dari rakyatnya. Dia sibuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri, tidak sempat memikirkan rakyatnya. Berbeda jika kita dekat secara hati, bahkan sampai lintas waktu, lintas zaman. Hati orang beriman akan berkait dengan hati orang beriman yang lain, bahkan termasuk dengan orang-orang zaman dulu, dan dari beberapa belahan tempat di dunia.

Hasad dan dengki adalah sifat yang buruk, kita diminta untuk menjauhuinya. Perpecahan persahabatan di antara orang muslim itu kadang berlandaskan sifat hasad dan dengki, misalnya karena materi, jabatan, dll. Persahabatan Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin dilandasai sifat iman dan takwa. Perhatikan Surat Al-Hasyr ayat 9-10. “Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan An¡ar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang”. Para sahabat Anshar mencintai sahabat Muhajirin karena Allah. Generasi sesudahnya, bahkan sampai sekarang, terus bersahabat. Ampuni kesalahan saudara kami. Hasad dan dengki itu tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh oleh lain, bahkan gembira jika orang lain mendapat kesulitan dan kesusahan. Ada hadist Rasulullah SAW bahwa ada orang yang akan masuk surga karena tidak punya sifat hasud dan dengki. Setiap hari, sebelum tidur dia memaafkan semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Ini benar-benar sifat luar biasa yang perlu dicontoh kita semua.

Menjawab pertanyaan tentang mengapa sampai sekarang masih terjadi konflik sesama muslim. Tantangan persaudaraan sesama muslim itu, karena mulia, tentu banyak sekali. Oleh karena itu diperlukan kesabaran yang luar biasa. Akhlah etika menghadapi pertentangan orang beriman adalah sabar dan saling mengalah. Kita perlu mendoakan orang-orang yang bermasalah dengan kita. Kalau perlu, kita bawa persoalan ke dalam doa shalat tahajjud dan memohon bantuan kepada Allah SWT. Terkadang, logika kita sendiri tidak cukup untuk menghadapi pertentangan hati seperti itu. Misalnya, kita datang silaturrahmi dan berbicara dari hati ke hati dengan sesorang yang bermasalah dengan kita.

Menjawab pertanyaan tentang kondisi suami yang tidak sempat shalat selama seminggu sebelum meninggal. Apakah boleh diqadha atau dibayar fidyah sebagai pengganti karena tidak salah? Shalat tidak boleh ditinggal dalam keadaan apa pun, sepanjang masih sadar. Tidak ada istilah qadha dan fidyah dalam shalat. Kalau ibadah puasa, itu masih dapat di-qadha atau diganti. Jangan sampai urusan dunia justeru membuat kita meninggalkan shalat. Misalnya dalam hajatan, yang sering menabrak waktu shalat. Kita perlu rencanakan hajatan dengan baik agar tidak mengganggu jadwal shalat. Pada kasus suami yang tidak sempat shalat seperti itu, kita perlu mendoakan saja beliau, mohonkan ampun kepada Allah SWT. Kita berbuat baik untuk beliau dll.

Menjawab pertanyaan apakah kita sekeluarga akan berkumpul di surga walau kadar keimanannya berbeda? Ya, muda-mudahan demikian. Semua orang beriman akan masuk surga, kecuali yang menolak masuk surga. Siapa yang menolak? Orang yang mengaku beriman tapi tidak melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sekali lagi, kita masuk surga karena rahmah dan keutamaan (fadhilah) dari Allah SWT, bukan semata karena ibadah kita sendiri.

Menjawab pertanyaan tentang orang yang menukar kesesatan dengan petunjuk atau hidayah Allah? Orang yang mendapat hidayah, akan dimudahkan hatinya untuk melakukan ibadah dalam islam. Perhatikan Surat Al-Anam ayat 125. “Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. Demikian sebaliknya, orang yang menghina Al-Quran, menghina ibadah, menghina orang islam, menfitnah, akan termasuk orang-orang yang tersesat. Allah meletakkan kotoran pada hatinya pada orang tidak beriman yang jauh dari ajaran islam

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *