Khutbah Jumat: 10 Tanda Lemahnya Iman

10 Tanda Lemahnya Iman
10 Tanda Lemahnya Iman
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Kami wasiatkan kepada diri kami, juga kepada jamaah sekalian dengan wasiat yang sangat mulia. Mari tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah ‘azza wajalla. Mari pegang teguh syariat-syariat-Nya.

Mari tegakkan syariat salat wajib lima waktu. Mari tunaikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba Allah ‘azza wajalla dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada bekal yang dapat menyelamatkan kita dari siksa api neraka kecuali dengan bekal iman dan takwa kepada Allah ‘azza wajalla.

Mari tingkatkan ketakwaan dan ketaatan kita kepada syariat Allah ‘azza wajalla. Ketahuilah, seburuk-buruk umat adalah umat yang suka melanggar syariat-syariat Allah ‘azza wajalla. Seburuk-buruk umat adalah umat yang tidak mau taat kepada Allah ‘azza wajalla.

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Hajinews.id – Kita meyakini dengan pasti bahwa iman itu dapat bertambah juga dapat berkurang. Iman akan bertambah dengan amal ketaatan. Iman akan berkurang dengan amal kemaksiatan dan dosa.

Melemahnya iman seseorang tentu ada tanda-tandanya. Ada banyak sekali. Tanda-tanda lemahnya iman ini harus kita pahami dengan baik. Selalu kita ingat. Selalu kita jadikan bahan muhasabah dan evaluasi diri setiap hari.

Dengan mengenali tanda lemahnya iman, kita berhadap kepada Allah ‘azza wajalla agar kita mampu mengendalikan diri sehingga kita memiliki kesempatan untuk menjaga iman kita agar tidak terus merosot.

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Apa saja tanda lemahnya iman?

Pertama: Malas melaksanakan amal ketaatan dan cenderung meremehkannya

Tanda lemahnya iman yang paling mudah dikenali adalah tumbuhnya rasa malas untuk melaksanakan amal ketaatan. Tanda yang lebih serius dari itu adalah meremehkan amal ketaatan. Terutama yang sifatnya amal tambahan atau nafilah.

Jika pun mau melaksanakan amal ketaatan, itu dilaksanakan dengan penuh kemalasan.

Persis seperti firman Allah ‘azza wajalla ketika menyebutkan beberapa sifat orang munafik yang suka malas mengerjakan salat.

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ

“Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas.” (QS. An-Nisa’: 142)

Orang yang malas melaksanakan amal ketaatan, tumbuh dari sikap kurangnya rasa kepedulian terhadap hukum dan keutamaan amal ketaatan tersebut. Akhirnya ia mulai meremehkan kedisiplinan waktu pelaksanaan amal ketaatan. Seolah, ia telah kehilangan harapan besar untuk mengharap pahala dari Allah ‘azza wajalla.

Tanda lemahnya iman berupa malas ibadah ini terwujud dalam sikap menunda pelaksanaan haji padahal ia mampu, mundur dari medan perang padahal dia mampu untuk maju, menunda pelaksanaan salat wajib padahal tidak ada uzur, bermalas-malas mendatangi salat Jumat padahal dalam kondisi longgar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ عَنِ الصَّفِّ الأَوَّلِ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِى النَّارِ

“Tiada henti-hentinya suatu kaum mengakhirkan dari shaf pertama sehingga Allah mengakhirkan mereka dalam neraka.” (HR. Abu Daud No. 679)

Ketika ia tidur, sama sekali tidak memiliki kewaspadaan jika saja tidurnya melampaui jadwal waktu salat. Bahkan ia tidak berhasrat untuk mengqadha salat yang ia tinggalkan.

Ia tidak peduli untuk ikut salat Ide bersama kaum muslimin. Ia tidak peduli untuk ikut menyalatkan dan mengantar jenazah muslim ke pemakamannya. Ia tidak peduli untuk ikut melaksanakan salat gerhana bersama kaum muslimin.

Gambaran ini sangat bertolak belakang dengan sifat seorang mukmin sejati sebagaimana difirmankan Allah ‘azza wajalla,

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

“Maka Kami kabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sungguh, mereka selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90)

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Kedua: Melakukan kedurhakaan dan dosa

Tanda lemahnya iman yang kedua adalah melakukan kedurhakaan dan dosa.

Jika diri kita mulai merasa ringan melakukan kedurhakaan, perbuatan dosa, dan perbuatan maksiat, bisa jadi iman kita sedang melemah.

Terlalu sering melakukan kedurhakaan bisa berubah menjadi kebiasaan. Jika telah menjadi kebiasaan, otomatis ia akan merasa berat untuk meninggalkannya. Secara perlahan, rasa takut dan kesadaran bahwa itu adalah perbuatan dosa pun akan hilang dari lubuk hatinya. Akhirnya, pelakunya mulai berani melakukan kedurhakaan secara terang-terangan.

Persis seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Semua umatku dimaafkan kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam hari, kemudian ketika pagi dia berkata (kepada orang lain), ‘Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan itu!’, padahal di waktu malam Rabbnya telah menutupinya (yaitu tidak ada orang yang mengetahuinya), namun di waktu pagi dia membongkar tirai Allah terhadapnya (yaitu menyampaikan kepada orang lain).” [HR. Al-Bukhari No. 6069; HR. Muslim No. 2990]

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Ketiga: Tidak marah jika menyaksikan pelanggaran syariat

Tanda lemahnya iman yang berikutnya adalah tidak adanya rasa marah jika menyaksikan pelanggaran syariat. Baik berupa pelanggaran terhadap hal-hal yang haram, atau pelanggaran terhadap aturan-aturan syariat Islam lainnya.

Mengapa itu bisa menimpa seseorang? Sebab ghirah dalam hatinya telah padam, sehingga anggota tubuhnya tidak mampu lagi mengingkari pelanggaran-pelanggaran syariat tersebut. Dari mimik wajahnya pun, samak sekali tidak ada perubahan ekspresi ketika melihat kemungkaran terjadi.

Ini tanda iman sedang lemah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا عُمِلَتْ الْخَطِيئَةُ فِي الْأَرْضِ كَانَ مَنْ شَهِدَهَا فَكَرِهَهَا وَقَالَ مَرَّةً أَنْكَرَهَا كَانَ كَمَنْ غَابَ عَنْهَا وَمَنْ غَابَ عَنْهَا فَرَضِيَهَا كَانَ كَمَنْ شَهِدَهَا

“Jika ada satu kemaksiatan dikerjakan di muka bumi, maka orang yang melihat lalu membencinya,” dalam riwayat lain, “Lalu ia mengingkarinya, ia seperti orang yang tidak melihatnya. Sedangkan bagi orang yang tidak melihatnya, namun ia ridha dengan kemaksiatan tersebut, maka ia seperti orang yang melihatnya.” (HR. Abu Daud No. 4345)

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Keempat: Menilai sesuatu dengan standar dosa atau tidak dosa, mengabaikan standar hukum makruh.

Menilai sesuatu dari sisi terjadinya dosa atau tidak, serta tidak mau melihat dari sisi perbuatan yang makruh, merupakan tanda lemahnya iman.

Praktiknya seperti berikut ini.

Ada sebagian orang ketika hendak melakukan suatu pekerjaan, maka dia tidak bertanya tentang pekerjaan yang baik, tetapi dia bertanya apakah pekerjaan ini menjurus kepada dosa atau tidak, apakah pekerjaan itu menjurus kepada dosa atau tidak, haram atau sekedar makruh saja?

Kondisi kejiwaan seperti ini dapat menyeret dirinya kepada syubhat dan perbuatan-perbuatan yang dimakruhkan. Lambat laun menjurus kepada hal-hal yang diharamkan.

Mengapa demikian? karena pelakunya tidak memiliki proteksi untuk tidak melakukan perbuatan yang dimakruhkan atau pekerjaan yang syubhat meskipun memang hal tidak tergolong perbuatan yang diharamkan.

Fenomena seperti ini persis seperti yang pernah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ أَلاَّ وِإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ

“Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Contoh lain, ada sebagian orang yang ketika meminta fatwa atau bertanya tentang hukum suatu permasalahan syar’i, lalu ustadz atau Syaikh yang ditanya menjawab haram, penanya masih saja bertanya apakah bobot keharamannya keras atau tidak, seberapa berat dosa yang ditimbulkan, dan semisalnya.

Model penanya seperti ini menunjukkan bahwa ia tidak memiliki keinginan kuat untuk menjauhi hal yang haram dan cenderung meremehkan dosa-dosa kecil. Pada akhirnya, dengan sifat seperti ini justru ia akan terjatuh pada hal yang diharamkan tersebut tanpa sadar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا

قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ.

قَالَ: أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا.

“Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah yang putih, kemudian Allah ‘azza wajalla menjadikannya debu yang beterbangan.”

Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya.” (HR. Ibnu Majah No. 4245)

Ibnu Mas’ud berkata,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا

“Sesungguhnya orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia khawatir gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menempel di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang.” (HR. Al-Bukhari No. 6302)

Jamaah salat Jumat rahimakumullah,

Kelima: Dada terasa sesak, perilaku mulai memburuk

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *