Sejarawan Asal Amerika Heran, Banyak Peran Kebangsaan Muhammadiyah Terselip

Banyak Peran Kebangsaan Muhammadiyah Terselip
Kevin W. Fogg, peneliti sejarah Islam di kawasan Asia Tenggara asal University of North Carolina at Chapel Hill
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.idKevin W. Fogg, peneliti sejarah Islam di kawasan Asia Tenggara asal University of North Carolina at Chapel Hill mengaku heran dengan terselipnya peran-peran kebangsaan umat Islam, terutama Muhammadiyah dalam catatan sejarah nasional.

Pada Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (12/11) Kevin menilai kemerdekaan dan eksistensi Indonesia tidak lepas dari jasa kiai dan guru-guru Islam yang mendidik murid-murid dan komunitas mereka untuk memaknai perjuangan membela tanah air sebagai jihad yang wajib dan selaras dengan pokok ajaran agama.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Yang bikin saya heran, kok sumbangan umat Islam yang begitu besar tidak begitu didalami, dihargai sebagai dasar yang kuat bagi perjuangan Indonesia dalam masa revolusi,” ungkapnya.

Peran Muhammadiyah dalam Jihad Akbar 10 November 1945 di Surabaya

Menurut Kevin, sebelum tahun 1957 masyarakat Indonesia berbeda dalam memaknai gelar pahlawan dengan pemahaman kita saat ini. Pada masa itu, gelar ‘pahlawan’ disematkan kepada semua orang yang telah ambil bagian dalam perang besar 10 November 1945 di Surabaya.

Seperti diketahui, peperangan Surabaya terjadi pada 27 Oktober-20 November 1945, dengan puncaknya pada 10 November setelah Bung Tomo berorasi lewat radio RRI. Pasukan berdatangan dari berbagai wilayah di Indonesia, terutama umat Islam. Diperkirakan para pejuang yang gugur mencapai angka 16.000 jiwa.

“Seruan Bung Tomo dianggap inspirasi bagi seluruh umat Islam di Indonesia karena merasa sebagai muslim berkewajiban membela negara,” tutur Kevin.

Menurut Kevin, Muhammadiyah dalam perang tersebut mengirimkan para anggota yang taktis dalam organisasi dan pertempuran dengan berbagi tugas dari kelaskaran, dapur umum, hingga posko pengobatan.

Selain itu, Muhammadiyah memiliki peran tidak langsung yaitu mengajarkan sejak lama lewat pendidikan dan forum keagamaan bahwa perjuangan membela tanah air merupakan suatu kewajiban dan kemuliaan di dalam Islam.

Muhammadiyah pada masa itu menyiapkan semua perangkat dari pembagian peran, hingga fikih terkait ibadah di dalam peperangan.

“Sumbangan Muhammadiyah sangat terlihat dalam (perjuangan) Surabaya, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi karena sudah tersusun sebagai organisasi yang sangat well-organized,” ungkap Kevin.

Perempuan Ikut Berjuang Lewat Hizbul Wathan Milik Muhammadiyah

Catatan lain yang menarik bagi Kevin adalah kepanduan Hizbul Wathan milik Muhammadiyah. Di beberapa tempat seperti Sumbawa dan Kalimantan Selatan, kepanduan HW otomatis berubah menjadi laskar perang ketika penjajah masuk di daerahnya.

Di HW, para anggota selain diajarkan cinta tanah air menurut Kevin juga diajarkan bahwa gugur dalam perjuangan membela tanah air mendapatkan gelar sebagai Syahid. Tak ayal, maka kaum perempuan pun juga banyak yang bergabung dengan HW untuk ikut berjuang.

Di Payakumbuh misalnya, Kevin mengungkapkan bahwa perempuan tidak hanya menyiapkan logistik bagi para pejuang laki-laki, tapi ikut memainkan muslihat untuk membunuh para penjajah.

Di beberapa daerah, peran HW dianggap Kevin cukup strategis dalam menguatkan pertahanan daerah tersebut sehingga tidak jatuh kembali dalam kekuasaan penjajah.

Muhammadiyah sebagai organisasi jadi paling penting dalam menahan serangan Belanda,” tutup Kevin.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *