Hajinews.id – Seperti biasa saat sedang suntuk, Abu Nawas menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan keliling kampung.
“Mana?” Tanya si pemuda. Saat perhatian si pemuda teralihkan, Abu Nawas merebut tas si pemuda dan membawanya lari.
Si pemuda mencoba mengejar tapi Abu Nawas terlalu cepat berlari, pemuda itu menangis sekeras-kerasnya.
“Kembalikan padaku, itu harta satu-satunya milikku.” Kata pemuda itu. Setelah jaraknya agak jauh, Abu Nawas menaruh tas si pemuda di tengah jalan dan ia bersembunyi di semak belukar.
Tak lama kemudian si pemuda datang dan melihat tasnya, dengan bahagia berlari mengambilnya.
“Alhamdulillah, aku kira telah kehilangan tas ini.” Ucapnya sambil tersenyum.
Abu Nawas pun ikut tersenyum dari balik semak belukar. “Akhirnya ia bisa bergembira.” Ucapnya dalam hati.
Abu Nawas keluar dari persembunyiannya dan menghampiri pemuda tersebut. “Hei, bukankah kamu tadi yang mencuri tasku.” Ucap si pemuda emosi.
“Sabar dulu wahai pemuda, aku tidak berniat mencuri tas mu, aku hanya ingin mengajarimu bersyukur meskipun hanya memiliki tas jelek.” Kata Abu Nawas.
“Waktu pertama aku melihatmu, kau tampak sedih meski hanya memiliki tas jelek dan sekarang bukankah kau bahagia dengan tas jelekmu.” Kata Abu Nawas lagi.
“Iya kamu benar, terima kasih telah mengingatkanku. Betapa pentingnya rasa bersyukur.” Balas si pemuda.
Keduanya terlihat akrab, lalu Abu Nawas mengajaknya jalan-jalan sambil menceritakan kisah lucu.
Hikmah dibalik kisah Abu Nawas ini adalah hendaknya kita mensyukuri apapun yang kita miliki saat ini.***