Tafsir Al-Quran Surat Ad-Dukhan Ayat 1-8

Tafsir Al-Quran Surat Ad-Dukhan
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Ahad, 28 Agustus 2022

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita dapat meneruskan kajian kita, Tafsir Al-Quran pada Ahad pagi ini, tanggal 28 Muharram 1444 H bertepatan dengan tanggal 28 Agustus 2022, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita akan mulai membahas Surat Ad-Dukhan ayat 1-8. Kita mulai dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu dilanjutkan dengan Surat Ad-Dukhan ayat 1-8, yang artinya, “Haa Mim. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas, sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu orang-orang yang meyakini. Tidak ada tuhan selain Dia, Dia yang menghidupkan dan mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu dahulu”.

Di dalam Al-Quran, terdapat tujuh surat yang didahului dengan ayat “Hamim”, yaitu: Surat Ghafir, Surat Fush-shilat, Surat Asy-Syura, Surat Az-Zukhraf, Surat Ad-Dukhan, Surat Al-Jatsiyah, dan Surat Al-Ahkaf. Mengapa hanya tujuh? Banyak rahasia di balik itu. Misalnya, para ahli dan ulama telah mendalami dan membahasnya, bahwa pintu neraka itu ada tujuh. Siapa yang menjaga atau membiasakan membaca Al-Quran dengan salah satu surat ini, maka akan dijaga dari pintu neraka. Patut kita jadikan bacaan harian, salah satu dari tujuh surat yang didahului dengan ayat “Hamim” ini. Ada hadist Rasulullah SAW yang menjelaskan, “Barangsiapa yang setiap membaca tujuh surat, maka ia akan selamat dari kehidupan di dunia dan akhirat”.

Pada hadist ini tidak dijelaskan surat apa saja dari yang tujuh surat ini, hingga para ulama menyebutkan tentang tujuh surat yang diawali dengan “Hamim” ini. Ada beberapa hadist Rasullah SAW yang menjelaskan tentang beberpa hikhmah dalam membaca Al-Quran. Misalnya “Barangsiapa membaca Surat Al-Waqiah setiap hari, maka ia akan dihindari dari kefakiran”. Barangsiapa membaca Surat Al-Kahfi setiap malam atau hari Jumat, maka akan diterangi perjalanan hidupnya. Sekali lagi, ajaran-ajaran seperti ini namanya hikmah, walaupun kita paham bahwa membaca Al-Quran bukan hanya untuk tujuan-tujuan seperti ini saja saja, tapi untuk menjadi pedoman dan tuntunan dalam kehidupan.

Setiap surat dalam Al-Quran yang dimulai dengan huruf muqatta’ah, seperti “Hamim’ tadi, maka ayat kedua, ketiga atau bahkan keempat pasti menceritakan tentang Al-Quran. Sebelum turun Al-Quran, dalam kosa kata Bahasa Arab tidak pernah dikenal huruf muqatta’ah ini, sehingga menjadi salah satu bukti bahwa Al-Quran adalah Firman Allah SWT. Dalam Surat Ad-Dukhan juga dijelaskan bahwa Al-Quran menerangkan segala sesuatu dengan jelas dan gamblang. Al-Quran diturunkan pada malam penuh keberkahan. Kalau kehidupan kita ingin berkah, perbanyaklah membaca Al-Quran. Berkah dalam pandangan manusia, dan dalam pandangan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Aku bangga pada orang-orang beriman, karena ujungnya adalah kebaikan”. Inilah yang disebut berkah, hidup penuh keberkahan. Keberkahan ini perlu diusahakan, perlu diperjuangkan, karena keberkahan itu tidak datang dengan sendirinya.

Perhatikan Surat Al-A’raf ayat ke-96. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. Dalam konteks kekinian, orang yang beriman harus punya identitas. Identitas itu sangat perlu. Jangan takut untuk menunjukkan identitas kita. Identitas orang beriman itu harus jelas. Politik identitas menjadi penting. Hal yang harus dihindari adalah politik bermusuhan, apalagi menjelang Pemilu. Sebagai orang beriman, kita harus memiliki identitas jelas, shalat di awal waktu. Ketika mendengar suara adzan, kita harus menghentikan seluruh kegiatan dan melaksanakan shalat di awal waktu, saling tolong-menolong sesama, dalam keimanan dan ketaqwaan, bukan tolong-menolong dalam dosa dan kejahatan.

Para ulama’ menyapakati bahwa turunnya ayat Al-Quran pada malam keberkahan itu terjadi pada Malam Nuzulul Quran, malam 17 Ramadhan. Para ulama’ juga memiliki tafsir yang berbeda dengan malam Lailatul Qadar pada sepertiga akhir dari bulan Ramadhan. Pelajaran yang penting adalah bahwa setiap keberkahan berujung pada kebaikan. Di dalam Al-Quran Allah SWT terkadang hanya memberikan jalan, walau banyak yang rahasia, yang perlu kita gali dan pelajari terus menerus. Allah SWT menentukan sesuatu dengan bijak dan adil, itu bentuk kasih sayang dari Allah.

Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita dianjurkan untuk mengawali kehidupan dengan bacaan ayat-ayat Al-Quran dan kita tutup atau akhir klehidupan pada malam hari dengan bacaan ayat-ayat Al-Quran. Bangun tidur membaca hamdalah dan mengawali kegiatan dengan Surat Al-Fatihah merupakan amalan baik dan insya Allah mengandung keberkahan. Membaca tiga ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah sebelum tidur tentu merupakan kebiasaan yang baik dan perlu terus diamalkan. Insya Allah jika di awal dan di akhir kehidupan diawali dengan doa-doa dan ayat-ayat Al-Quran, insya Allah di tengah-tengahnya akan baik juga.

Mari kita berdoa untuk jamaah yang sakit dan dalam proses penyembuhan, agar segera diangkat penyakitnya dan disembuhkan oleh Allah SWT. Kita bacakan Surat Al-Fatihah bersama untuk beliau. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *